Saking lengketnya budaya sungai dengan Urang Banjar, banyak tradisi dan budaya sungai yang diadopsi untuk diterapkan di daratan. Salah satunya, tradisi navigasi khas Urang Banjar yang uniknya tidak mengenal arah mata angin layaknya sistem navigasi modern saat ini.Â
Pada masanya, sungai sebagai satu-satunya akses "jalan raya" bagi Urang Banua untuk bepergian ke berbagai daerah tujuan, arah dan jalur pelayarannya sudah di sediakan alam. Kalau tidak menuju ke hulu berarti sebaliknya ke hilir/atau ke muara. Kalaupun bertemu dengan simpang tiga atau simpang empat, tinggal pilih saja belok kiri, belok kanan atau lurus yang biasanya disebut masyarakat Banjar sebagai ke atas.
Baca juga :  Unik, Ternyata di Banjarmasin Tidak Ada Arah Mata Angin!         Â
Jadi untuk mendiskripsikan lokasi sebuah destinasi, masyarakat Banjar dari dulu memang tidak memerlukan arah mata angin, cukup arah kiri, kanan atau ke atas dan ke bawah. Ini masih eksis sampai detik ini!Â
Jadi, jika travelling ke Kalimantan Selatan, sekali-kali bolehlah coba tanya arah atau alamat ! Dijamin, tidak akan mendapat jawaban berisi unsur mata angin, seperti Barat, Utara, Timur dan Selatan apalagi arah mata angin turunan seperti tenggara, barat daya, barat laut dan timur laut.
Betul-betul simpel bukan!?
Tahukah anda, Banjarmasin tidak hanya mempunyai 1000 Sungai, saja? tapi juga 1000 pemadam kebakaran!?Â
Hebatnya, untuk julukan Kota 1000 Pemadam Kebakaran ini Kota Banjarmasin sudah mendapatkan pengakuan dari MURI (Musium Rekor Dunia dan Indonesia) lho! Dua kali malah!
Pertama, tanggal 26 September 2004 dengan catatan rekor "Barisan mobil Pemadam Kebakaran Terpanjang Se-Indonesia dan Asia Tenggara" dan yang kedua, tanggal 23 Agustus 2015 dengan catatan rekor "Barisan Pemadam Kebakaran Swadaya Masyarakat Terbanyak"Â
Baca Juga :  Banjarmasin, Kota 1.000 Pemadam Kebakaran    Â