Salah satu, bukti kedekatan Urang Banjar dengan alam lingkungannya sebagai cermin budaya simpel, bisa kita temukan pada olahan kuliner khas-nya yang sebagian besar merupakan olahan hasil sungai (dan rawa).
Baca juga :Â "Gangan Sulur Bunga Teratai", Olahan Sayur Kaya Nutrisi Khas Kota 1.000 Sungai
Bagi yang sudah pernah icip-icip kuliner khas Urang Banjar yang umumnya didominasi oleh jenis olahan berbahan dasar ikan air tawar dari sungai/rawa seperti ikan haruan/gabus (Channa Striata), papuyu/betok (Anabas testudineus), sapat (Trichopodus trichopterus), Sapat Siam (Trichopodus pectoralis), patin (Pangasius), Walut/Belut (Monopterus albus ) dll. Kalaupun ada selain olahan ikan air tawar, biasanya bahan dasarnya tetap tidak jauh-jauh dari hasil sungai/rawa, seperti gangan katuyung dan haliling (sejenis keong air), telur itik, daging itik juga burung belibis yang habitatnya di rawa-rawa.
Begitu juga dengan beragam sayurannya, baik untuk lalapan maupun diolah menjadi gangan (jangan;bhs Jawa, sayur masak) yang semuanya bisa didapat dengan mudah dan gratis, karena semuanya tumbuh subur sebagai tanaman liar disekitar rumah, seperti genjer (Limnocharis flava), kalakai (Stenoclaena palustris), bunga teratai (Nymphaceae pubescens), kangkung (Ipomoea aquatica), kambang Tigarun (Crataeva nurvala Buch. Ham.) dan daun supan-supan (Neptunia oleracea) sejenis tanaman putri malu yang kesemuanya hanya tumbuh di sekitar sungai atau rawa-rawa.
Sebagian besar urang Banjarmasin tinggal di rumah panggung yang berdiri di tepian sungai/rawa-rawa, biasanya  kolong rumah menjadi tempat menambatkan perahu, sekeliling rumah biasanya dimanfaatkan untuk pembesaran ikan dan unggas berhabitat rawa. Mudah dan simpelkan jadi orang Banjar, makanan dan lauk pauknya tinggal ambil di bawah rumah!
Budaya Susurungan atau baantaran makanan dan minuman ini yang sangat menginspirasi adalah kreasi alatnya.Â
Di beberapa daerah, untuk mengantar makanan dalam piring atau minuman dalam gelas saat ada hajatan, biasa menggunakan nampan bulat atau persegi  yang umumnya hanya bisa memuat  4-5 piring saja, maka alat susurungan khas Urang Banjar ini bisa membawa sampai 10 (sepuluh) piring sekaligus, tergantung ukuran susurungannya. Jadi bila tiap orang membawa dua susurungan, maka bisa membawa 20 piring sekaligus, coba bandingkan jika memakai nampan!
Sejarah terciptanya alat susurungan dari bahan besi ini, konon juga tidak lepas dari alam Banua Banjar yang daratannya didominsai oleh perairan darat, maka untuk mengantar makanan antar rumah dalam jumlah banyak tentu sangat sulit jika harus pakai nampan, apalagi jika harus naik jukung atau kelotok (perahu khas Banjar)!?