Situ atau danau Cangkuang yang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles ini berada di tengah gunung-gunung besar di Jawa Barat, yakni Haruman, Kaledong, Mandalawangi dan Guntur ini merupakan salah satu destinasi wisata unggulan yang terletak di bagian utara Kabupaten Garut. Berdiri di sini, kita seperti dibentengi oleh raksasa-raksasa yang selalu memberikan pemandangan misterius tapi sangat indah untuk dinikmati.
Dengan titik koordinat pada 7°6'13"S 107°55'10"E, lokasi Situ Cangkuang berjarak sekitar 16 km dari Kota Garut. Jika anda berniat berlibur di Kota Garut dan datang dari arah Bandung atau Jakarta, agar tidak bolak-balik, sebaiknya singgah dulu di danau yang memberikan nuansa keheningan khas priangan tersebut sebelum mengarahkan kendaraan menuju ke Garut Kota atau ke tempat penginapan di Cipanas.
Baca Juga : Â Akhirnya Charlie Chaplin Membawaku Terbang ke Switzerland van Java
Komplek situs wisata Situ Cangkuang, mempunyai 3 (tiga) objek wisata menarik yang secara bersamaan bisa dikunjungi. Selain Situ Cangkuang sendiri, ada juga Candi Cangkuang yang merupakan peninggalan bersejarah dari dinasti budaya Hindu sekitar abad ke- 7 (tujuh) dan juga Kampung Adat Pulo, kampung adat yang dihuni oleh keturunan Mbah Arief Muhammad, panglima perang Mataram saat pasukan Mataram menyerang VOC di Batavia abad ke-17. Â Karena kalah perang, beliau lebih memilih menjadi penyebar agama Islam di tanah Pasundan dan menetap di tempat terpencil di tengah danau yang sekarang kita kenal sebagai Danau atau Situ Cangkuang.Â
Ini yang unik, menarik dan tentunya indah sekali fragmentasinya! Kedua situs bersejarah diatas berada di sebuah pulau yang lokasinya persis ditengah tengah Situ Cangkuang yang menurut situs Disbudpar.Jabarprov mempunyai luas 340,775 Ha. untuk berkunjung ke Pulau di tengah situ, pengunjung harus naik rakit bambu yang tidak kalah unik, baik bentuk maupun cara pengoperasiannya.
Untuk tematik Candi Cangkuang dan Kampung adat Pulo yang unik dan bersejarah, sekaligus banyak memberikan inspirasi bertoleransi kepada kita anak-anak Indonesia, Insha Allah akan saya tuliskan secara terpisah ya! Doain saya selalu sehat walafiat, bebas malas dan selalu dalam perlindungan-Nya. Amin
Akses transportasi menuju Situ Cangkuang relatif sangat mudah. Bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun moda transportasi umum yang representatif dan aman.Â
Untuk mendapatkan sensasi perjalanan yang unik, khusus bagi wisatawan yang naik kendaraan umum, sesampai di Kecamatan Leles, perjalanan menuju ke Situ Cangkuang hanya bisa dilanjutkan dengan menggunakan 2 (dua) moda transportasi lokal, yaitu delman dan ojek, dimana disepanjang perjalanan kita akan disuguhi fragmentasi alam priangan yang seksi berupa lansekap persawahan, lengkap dengan kolam-kolam ikan dan gunung-gunung menjulang sebagai latar pemandangan.
Nama Cangkuang yang diabadikan menjadi nama desa yang juga menjadi nama Situ dan Candi yang ada di tengah pulau Situ Cangkuang berasal dari nama lokal atau nama dalam bahasa Sunda tanaman keluarga pandan-pandanan yang banyak terdapat di Pulau tersebut, yaitu pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus).  Pandan yang daunnya biasa diolah menjadi berbagai kerajinan seperti tikar, topi, bungkus gula merah/gula aren dan banyak lagi yang lainnya ini masih banyak tumbuh liar dan beranak pinak di tengah pulau Situ Cangkuang.
Sebelum menyeberang ke pulau dengan rakit yang bisa diisi sampai 15 (lima belas) orang, ada baiknya terlebih dahulu menikmati suasana di dermaga penyebarangan yang lokasinya tepat di belakang pos loket terlebih dahulu. Di sini kita bisa melihat penampakan seperti yang saya ilustrasikan di bagian awal tulisan ini dan pagi atau sore hari, sepertinya menjadi moment paling pas untuk berkunjung disini.