Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tergoda Sajian "Cuanki Jalanan" Asli dari Kota Garut

8 November 2019   14:05 Diperbarui: 8 November 2019   14:20 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Dua rombong pikulan si Bapak, ternyata sangat berbeda dengan rombong pikulan pedagang bakwan/bakso Malang yang ukurannya lebih besar. Sedang rombong Cuanki yang didominsi 0leh balutan seng tanpa warna atau berwarna metalik dan terlihat bersih kinclong ini relatif lebih kecil dan ringkas. 

Di bagian atas gerobak pikulan sebelah kiri terlihat beberapa varian merk mie instan  terkenal diikat pada kayu penopang pikulan, sedang di kotak sisi kanan, saya melihat ada tiga botol berwarna hitam dan kemerahan yang sepertinya berisi kecap, saus tomat dan sambal pedas.

Di mangkuk bergambar ayam jago merah yang legendaris itu, si Bapak meracik bumbu kering seperti serbuk layaknya meracik bumbu mi instan. Karena waktu saya relatif mepet, maka saya menolak tawaran memakai mie dari kemasan mie instan yang terlebih dulu harus direbus atau lebih tepatnya dimasukkan ke dandang tempat kuah di pikulan sebelah kanan yang menurut perkiraan saya perlu waktu lumayan lama untuk melunakkan mie-nya.  

Disinilah letak perbedaan mendasar antara Bakwan/Bakso Malang dengan Cuanki yang paling mencolok selain kelengkapan isinya.

dokpri
dokpri
Setelah semua bumbu dituangkan dalam mangkuk, si Bapak langsung membuka dandang kuah untuk mengambil isian Cuanki yang pada edisi "jalanan Garut" ini antara lain tiga pentol daging sapi, tahu goreng, siomay goreng, kerupuk kulit sapi dan terakhir kuah bening dengan asap mengepul tanda kuahnya memang sangat panas.

Khusus untuk isian kerupuk kulit sapi ini, mengingatkan saya pada sajian kerupuk dorokdok khas Garut yang rasanya gurih aduhai! Kerupuk kulit berbahan kulit sapi ini, diolah dan dibumbui dengan bumbu khas yang rasanya memang ngangeni! Terutama bagi penikmat kerupuk atau semua penikmat camilan gurih, dijamin tidak akan berhenti mengunyah dorokdok jika dipiring atau toples belum habis!  

Sesuai dengan rekomendasi dari para Asgar alias asli Garut, teman-teman sekaligus guied yang menemani kami selama di Garut, Dorokdok memang pasangan yang paling pas untuk menikmati kuliner berkuah kaldu seperti Cuanki, Bakso, Soto atau apa saja asal berkuah kaldu. 

Kentongan Mini Pedagang Cuanki (dokpri)
Kentongan Mini Pedagang Cuanki (dokpri)

Satu lagi keunikan penjual Cuanki yang baru saya sadari adalah, ruas kayu yang sesekali dipukul si Bapak untuk memanggil semua pelanggannya. Sekilas memang sangat mirip dengan ruas bambu yang biasa dipukul penjual Bakwan/Bakso Malang. Tapi ketika saya amati dari dekat, keduanya ternyata sangat jauh berbeda!

Jika pedagang Bakwan/Bakso Malang memakai ruas bambu yang bagian dalamnya (daging bambu) hanya di kerok tepat di bagian tengahnya, maka untuk pedagang Cuanki yang dipakai adalah batang kayu (bukan bambu) yang dibentuk agak pipih dan dilubangi bagian tengahnya memanjang seperti kentongan dalam ukuran mini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun