Dua rombong pikulan si Bapak, ternyata sangat berbeda dengan rombong pikulan pedagang bakwan/bakso Malang yang ukurannya lebih besar. Sedang rombong Cuanki yang didominsi 0leh balutan seng tanpa warna atau berwarna metalik dan terlihat bersih kinclong ini relatif lebih kecil dan ringkas.Â
Di bagian atas gerobak pikulan sebelah kiri terlihat beberapa varian merk mie instan  terkenal diikat pada kayu penopang pikulan, sedang di kotak sisi kanan, saya melihat ada tiga botol berwarna hitam dan kemerahan yang sepertinya berisi kecap, saus tomat dan sambal pedas.
Di mangkuk bergambar ayam jago merah yang legendaris itu, si Bapak meracik bumbu kering seperti serbuk layaknya meracik bumbu mi instan. Karena waktu saya relatif mepet, maka saya menolak tawaran memakai mie dari kemasan mie instan yang terlebih dulu harus direbus atau lebih tepatnya dimasukkan ke dandang tempat kuah di pikulan sebelah kanan yang menurut perkiraan saya perlu waktu lumayan lama untuk melunakkan mie-nya. Â
Disinilah letak perbedaan mendasar antara Bakwan/Bakso Malang dengan Cuanki yang paling mencolok selain kelengkapan isinya.
Khusus untuk isian kerupuk kulit sapi ini, mengingatkan saya pada sajian kerupuk dorokdok khas Garut yang rasanya gurih aduhai! Kerupuk kulit berbahan kulit sapi ini, diolah dan dibumbui dengan bumbu khas yang rasanya memang ngangeni! Terutama bagi penikmat kerupuk atau semua penikmat camilan gurih, dijamin tidak akan berhenti mengunyah dorokdok jika dipiring atau toples belum habis! Â
Sesuai dengan rekomendasi dari para Asgar alias asli Garut, teman-teman sekaligus guied yang menemani kami selama di Garut, Dorokdok memang pasangan yang paling pas untuk menikmati kuliner berkuah kaldu seperti Cuanki, Bakso, Soto atau apa saja asal berkuah kaldu.Â
Satu lagi keunikan penjual Cuanki yang baru saya sadari adalah, ruas kayu yang sesekali dipukul si Bapak untuk memanggil semua pelanggannya. Sekilas memang sangat mirip dengan ruas bambu yang biasa dipukul penjual Bakwan/Bakso Malang. Tapi ketika saya amati dari dekat, keduanya ternyata sangat jauh berbeda!
Jika pedagang Bakwan/Bakso Malang memakai ruas bambu yang bagian dalamnya (daging bambu) hanya di kerok tepat di bagian tengahnya, maka untuk pedagang Cuanki yang dipakai adalah batang kayu (bukan bambu) yang dibentuk agak pipih dan dilubangi bagian tengahnya memanjang seperti kentongan dalam ukuran mini.