Karena mempunyai kandungan karbohidrat yang relatif tinggi, maka masyarakat Banjar menjadikannya sebagai salah satu menu sarapan pagi favorit, selain nasi kuning dan lontong Tampusing!
Di Banjarmasin, wadai lupis ini relatif mudah dijumpai, terutama pada pagi hari di pasar pagi, banyak juga penjual yang menggelar dagangannya di pinggir jalan atau di halaman rumah atau toko yang bersifat tidak permanen.
Jadi ketika dagangan habis, maka semua peralatan berjualan akan disimpuni atau dibereskan sampai bersih, sehingga tidak terlihat samasekali bekas atau tanda-tanda berjualan.
Biasanya, penjual lupis tidak hanya menjual satu macam wadai lupis saja, tapi juga jenis wadai lainnya, seperti petah, kokoleh, kelelepon, getuk Banjar dan lain-lainnya.Â
Bahkan seperti di Magetan, Jawa Timur, di mana biasanya banyak penikmat lupis yang mencampur lupisnya dengan ragam jajanan lain dalam satu wadah saji, bisa dengan cenil, getuk pisang dan yang lainnya.
Nah, di Banjar juga sama, banyak juga yang menggabungkan lupis dengan kokoleh sejenis bubur sumsum tapi warnanya hijau dengan tekstur yang sedikit lebih keras, ada juga dengan kelelepon (Klepon;Jawa) dll.
Bahan Lupis:
- 500 gr lakatan (ketan) putih, rendam kurang lebih 2 jam
- 2 sdm air kapur sirih
- Daun pisang untuk membungkus
Bahan Kinca:
- 250 gr gula merah
- 50 ml air
Bahan Taburan:
- Kelapa yang agak muda, diparut
- 1/2 sdt garam
- 2 lbr daun pandan yang disobek-sobek
Cara Membuat Lupis Ketan:
- Cuci dan rendam ketan sekitar satu jam, lalu tiriskan tiriskan
- Tuangi air kapur sirih, campur rata
- Letakkan 3 sendok makan ketan dalam beberapa lembar daun pisang, bungkus seperti lontong, ikat dengan tali
- Rebus selama 3 jam sampai matang
- Angkat lupis, tiriskan dan dinginkan
- Cara Membuat Taburan : Campur kelapa parut dengan garam dan daun pandan, kukus.
- Cara Membuat Kinca : Gula merah direbus dengan air sampai mengental, beri daun pandan, saring.