Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasar Tungging, Simalakama Pasar Rakyat "Berjadwal" Khas Urang Banjar

21 Juni 2020   14:53 Diperbarui: 22 Juni 2020   13:16 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Alat Elektronik dan Aksesorisnya di Pasar Tungging | @kaekaha

"Malam ni tunggingkah?"

Pertama kali mendengar kalimat diatas hampir 20 tahun yang lalu, awalnya sempat membuat saya syok! Bagaimana tidak, dengan logat dan cara berbicara khas Urang Banjar yang cepat dan seperti dilipat-lipat, isi pembicaraan suami istri pemilik warung makan ini benar-benar membuat saya melongo dan tercengang. 

Adanya unsur kosakata yang identik dengan bahasa Indonesia, "malam" dan"tungging" yang terucap tidak begitu jelas pelafalannya, tapi nyaring sampai di telinga saya, sukses mengecoh saya dari maksud pembicaraan yang sebenarnya dari suami isteri pemilik warung sebut saja, Amang (Paman) Yadi dan Acil (tante) Idah tersebut. 

Saya yakin, jika anda ada di posisi saya saat itu, intrepretasi yang terlahir dalam pikiran anda pasti kurang lebih sama dengan yang saya rasakan saat mendengar dialog antara suami-istri pemilik warung tersebut dan anda pasti tahu kemana arah otak saya berpikir?

Pasar Tungging Malam Jumat di Km.7 A. Yani | @kaekaha
Pasar Tungging Malam Jumat di Km.7 A. Yani | @kaekaha
Selain pelafalan dalam logat Banjar dan kecepatan dalam berbicara yang memang menyulitkan pemahaman saya, tata bahasa Banjar untuk percakapan juga beda dengan tata bahasa Indonesia, baik EYD maupun EBI dan yang tidak kalah penting adalah makna dan arti yang kemungkinan memang berbeda antara bahasa Indonesia dan bahasa Banjar, meskipun kosakata-nya sama persis baik dalam pengucapan/pelafalan maupun dalam hal penulisan. 

Jadi, pelajaran pentingnnya! Sebaiknya, kita memang tetap bijak menyikapi situasi dan kondisi yang kita benar-benar belum memahami duduk perkara dan juga hal ihwal yang sebenarnya dan semestinya! Jangan seperti saya, belum-apa-apa sudah ngeres duluan mendengar kata malam dan tungging! He...he...he...

Demi melihat ekspresi "melongo" saya, sepertinya suami istri pemilik warung/kedai rumah makan yang kelak menjadi guru privat saya belajar "conversation" bahasa Banjar ini menyadari "ngeresnya" otak saya saat itu.

Akhirnya beliau dengan suka dan rela membantu saya memahami maksud dan isi pembicaraannya dengan sang istri, terkait kosakata malam dan tungging yang ternyata membahas pasar tungging. Itulah fragmen setengah "horor" perkenalan saya pertama kali dengan pasar tungging.

Pembeli dan Penjual yang Sama-sama Jongkok (tungging ; Bhs Banjar) Inilah Asal-usul Nama Pasar Tungging | @kaekaha
Pembeli dan Penjual yang Sama-sama Jongkok (tungging ; Bhs Banjar) Inilah Asal-usul Nama Pasar Tungging | @kaekaha
Pasar tungging, Apa itu?
Pasar tungging adalah pasar tradisional keliling dan berjadwal khas Urang Banjar yang setiap Ahad (Minggu ; Bhs Banjar) malam atau malam Sanayan (Senin; Bhs Banjar) kebetulan jadwalnya ada di sepanjang jalan A. Yani Km. 10 alias di seberang warung makan Barokah milik Amang Yadi dan Acil Idah atau di ruas jalan A Yani yang ke arah Kota Banjarmasin.

Asal-usul nama pasar tungging diambil dari aktifitas penjual dan pembeli yang sama-sama nungging (kata kerja dari tungging; jongkok) ketika saling berinteraksi. 

Pasar tungging ini kalau di daerah lain, mungkin mirip-mirip dengan pasar dadakan, pasar tumpah, pasar malam atau pasar-pasar tidak permanen lainnya, mungkin yang membedakan adalah adanya jadwal tetap di masing-masing lokasi untuk putaran satu minggu pada pasar tungging.

Seperti di seberang warung makan Barokah milik Amang Yadi dan Acil Idah yang kebagian jadwal setiap Ahad malam atau malam Sanayan.

Jadi, setiap harinya para pedagang yang umumnya tergabung dalam komunitas pedagang pasar tungging ini selalu berpindah-pindah tempat mengikuti jadwal yang telah disepakati bersama. 

Malam Sanayan (Senin)
Jl. A. Yani km 10
Jl. Keramat Raya Banjarmasin Timur

Malam Salasa (Selasa)
Jl. Benua Anyar (bawah Jembatan)
Jl. sutoyo S Gg. 20

Malam Arba (Rabu)
Jl. Sutoyo S Gg. 20
Sei Tabuk Kota Sungai Tabuk
Pemurus Kertak hanyar

Malam Kamis
Jl. studion Lambung mangkurat banjarmasin
Jl. Rawa sari

Malam Jumahat (Jumat)
Jl. A.yani km 8 Depan Handil Manarap dan Handil Manarap, Kertakhanyar
Jl. A.yani km 7 Depan Handil Jatuh/Jl. Mahligai, Kertakhanyar
Jl. Lingkar Selatan Tembus Fly Over Gatot Subroto

Malam Sabtu
Jl. Sei.jingah Banjarmasin

Malam Ahad (Minggu)
Jl. Pengambangan
Komplek Beruntung A.Yani Km.6

Pembeli dan Pedagang Sama-sama Nunggging (jongkok) Asal-muasal Nama Pasar Tungging | @kaekaha
Pembeli dan Pedagang Sama-sama Nunggging (jongkok) Asal-muasal Nama Pasar Tungging | @kaekaha
Sejarah Pasar Tungging
Keberadaan pasar tungging yang sesuai jadwalnya "buka" di berbagai sudut Kota 1000 Sungai dan beberapa daerah disekitarnya pada dua dekade terkahir, tidak terlepas dari kemunculan penjual pakaian bekas import atau ada sebagian yang menyebutnya sebagai barang kapal di Sepanjang jalan Belitung. 

Uniknya, pakaian-pakaian bekas dari luar negeri yang sebagian besar masih sangat layak pakai dan umumnya bermerek terkenal ini, dikenali produk bekas dari luar negeri justeru karena seringnya ditemukan pecahan mata uang asing dari saku atau kantong produk pakaiannya yang dijual, baik dari jaket, celana maupun baju-bajunya.

Penjual Alat Elektronik dan Aksesorisnya di Pasar Tungging | @kaekaha
Penjual Alat Elektronik dan Aksesorisnya di Pasar Tungging | @kaekaha
Lokasi awalnya dimulai dari sekitar jembatan Belitung Darat sampai Asrama Yatim Piatu “Santosa” Banjarmasin dan seiring semakin ramainya aktivitas jual beli pakaian bekas import ini, jumlah pedagangnya bertambah terus jadi semakin memanjang sampai di sepanjang jalan Belitung.

Begitu pula dengan barang dagangan yang dijual, semakin bervariasi dan lengkap, mulai dari beragam jenis pakaian, sembako, sayur dan buah-buahan, kuliner siap makan, perkakas rumah tangga, alat elektronik termasuk HP, hewan peliharaan, aksesoris, alat pancing, benda antik sampai jasa pijat dll, karenanya banyak juga yang menggelari pasar tungging ini sebagai mall panjang.

Awalnya, meskipun ada pedagang yang berjualan hampir 24 jam, tapi setelah ada penertiban dari pemerintah, sebagian besar mulai buka lapak sehabis Ashar atau menjelang Maghrib sekitar jam 17.00 WITA dan akan tutup sekitar jam 10.00 WITA. Puncak kepadatan biasanya setelah Isya sampai tutup lapak. Untuk keperluan penerangan dan keamanan di kelola oleh masyarakat setempat. 

Tidak Ada Lagi BAju Bekas di Pasar Tungging | @kaekaha
Tidak Ada Lagi BAju Bekas di Pasar Tungging | @kaekaha
Sayangnya, setelah eksis hampir satu dekade, pasar tungging disepanjang jalan Belitung yang dulu juga sempat diwacanakan menjadi destinasi wisata belanja rakyat khas Kota 1000 Sungai itu akhirnya harus ditutup pada tahun 2009-2010.

Menjadi biang kemacetan yang sangat parah di sepanjang jalan Belitung, merupakan alasan masyarakat sekitar keberatan dengan semakin berkembangnya pasar tungging.

Sebagian pedagangnya yang mau direlokasi, dibangunkan pasar baru, masih di jalan Belitung tapi tidak di pinggir jalan lagi, yaitu di dekat Pasar Kalindo, Banjarmasin. Uniknya, pasar baru hasil relokasi yang dibangun oleh Pemko Banjarmasin ini tetap dinamai "PASAR TUNGGING, meskipun para pedagangnya sudah mempunyai kios sehingga tidak perlu lagi jongkok alias nungging lagi untuk melayani pembeli, begitu juga pembelinya.

Sedangkan pedagang yang tidak mau direlokasi inilah yang kemudian menghidupkan Pasar Tungging baru. Pasar tungging dengan konsep baru yang tidak semi permanen seperti saat berjualan di jalan Belitung, tapi pasar keliling berjadwal seperti yang ada sampai sekarang, satu dekade berikutmya.

Jadi jangan keliru! Secara riil, saat ini ada dua jenis pasar tungging di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Pasar Tungging (sebagai nama pasar, hasil relokasi pedagang pasar tungging Belitung) yang lokasinya menetap permanen di dekat Pasar Kalindo di Jalan Belitung, Kota Banjarmasin dan pasar tungging keliling berjadwal yang tersebar diseluruh pelosok kota.

Besarnya Potensi Ekonomi Kerakyatan khas Pasar Tungging | @kaekaha
Besarnya Potensi Ekonomi Kerakyatan khas Pasar Tungging | @kaekaha
Pasar Tungging dan Ekonomi Kerakyatan
Mengutip data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banjarmasin seperti dilansir Banjarmasin Post, setidaknya ada 19 titik lokasi pasar tungging berskala relatif besar di seluruh penjuru Kota Banjarmasin, sementara untuk pasar tungging berskala lebih kecil yang biasanya memilih lokasi di dalam perumahan atau di dalam gang-gang jumlahnya jauh lebih banyak.

Adanya persebaran lokasi pasar tungging, ini tentu dipengaruhi oleh banyak hal. Selain berlakunya hukum pasar terkait supply dan demand, dimana penentuan lokasi pasar tentu juga menimbang potensi pasarnya, juga tidak terlepas dari strategi berdagang khas orang Banjar yang cenderung agresif uantuk manyasah pasar atau mengejar/mendatangi pasar. Ini yang unik! 

Mungkin ini rahasia kenapa keberadaan pasar tungging sejauh yang saya tahu tidak pernah sepi dari pengunjung. Berbeda dengan pasar yang dibangun resmi oleh pemerintah yang kadang-kadang malah miss, tidak ada pembelinya.

Belajar Berjualan Face Shield di Pasar Tungging | @kaekaha
Belajar Berjualan Face Shield di Pasar Tungging | @kaekaha
Keberadaan pasar tungging dilhat dari sudut ekonomi dan budaya tentu sangat positif, terlebih di masa paceklik akibat pandemi covid-19 saat ini.

Menurut Dr. H. Iqbal Firdausi, Pengamat ekonomi dari STIE Indonesia Banjarmasin, keberadaan pasar malam itu salah satu instrument penyelamatan ekonomi rakyat, khususnya untuk memberi kesempatan kerja. Iqbal berpendapat justru keberadaan pasar tungging malam merupakan katup pengaman ekonomi daerah di tengah sulitnya pasar kerja yang ada.

Sedangkan dari sudut budaya, sudah menjadi rahasia umum, Kota tua Banjarmasin yang sejak berabad-abad silam telah dikenal sebagai bandar perdagangan tua di nusantara yang pada gilirannya juga menumbuhkan mental-mental pedagang pada diri Urang Banjar. Artinya, keberadaan pasar tungging juga sangat penting menjadi "kawah candradimuka" bagi para entrepreneur baru untuk berproses melestarikan tradisi berdagang yang memang identik dengan Urang Banjar.

Tidak hanya itu, Keberadaan pasar tungging juga berpotensi sebagai sarana hiburan masyarakat urban yang murah meriah, sekaligus efektif sebagai pemecah konsentrasi simpul masa dan juga ekonomi baru yang lebih dekat dengan konsumen.

Ngeri-ngeri Sedap Belanja di Pasar Tungging | @kaekaha
Ngeri-ngeri Sedap Belanja di Pasar Tungging | @kaekaha
Simalakama Pasar Tungging
Memang, pasar tungging digadang-gadang banyak pihak bisa berperan lumayan signifikan sebagai salah satu penggerak ekonomi mikro masyarakat, selain juga menjadi media pelestarian mental entrepreneur, khususnya jiwa dagang khas Urang Banjar.

Tapi, bukan berarti kehadiran pasar tungging di berbagai penjuru Kota Banjarmasin dan sekitarnya juga tidak meninggalkan masalah. Biasalah, karena pasar tungging biasanya berdiri secara alami, tanpa konsep, prosedur ataupun aturan-aturan birokratif yang biasanya ruwet, lebih sebagai respon terhadap  adanya peluang usaha karena adanya permintaan pasar (masyarakat). 

Tidak heran jika kemudian pasar tungging, umumnya berdiri mandiri tanpa ada campur tangan pemerintah, sebagai pemangku kebijakan (regulator) dan juga kepentingan, setidaknya dalam hal ini untuk urusan kesejahteraan dan ketahanan perekonomian masyarakat.

Nekat Membuka Lapak di Tengah Jalan Saat Jalan Raya Masih Aktif | @kaekaha
Nekat Membuka Lapak di Tengah Jalan Saat Jalan Raya Masih Aktif | @kaekaha

Bisa saja, awalnya hanya seorang paman pentol (penjual pentol) yang mangkal di hook atau perempatan jalan komplek, karena ramai pembeli maka besoknya datanglah tukang sate ayam, begitu seterusnya sampai akhirnya berkumpul banyak pedagang di lokasi yang sama. Dari situ, muncul kesadaran bersama dari para pedagang untuk sama-sama menjaga "pasar" yang telah dibangun dari nol, diantaranya dengan membangun organisasi, termasuk bisa juga menentukan hari pasar sekaligus lokasinya.

Sayangnya, masalah biasanya akan muncul ketika pasar tungging sudah jadi atau ramai pengunjung, sehingga mengganggu lalu lintas juga berbagai aktifitas sosial masyarakat sekitar lokasi pasar. 

Luar Biasa Nekat Bukan? | @kaekaha
Luar Biasa Nekat Bukan? | @kaekaha
Ini masalah klasik yang dari dulu selalu menjadi alasan dibubarkannya aktifitas pasar tungging di berbagai tempat, termasuk pasar tungging legendaris di Jalan Belitung, pasar tungging  di jalan lingkar selatan tembus fly over dan yang terbaru adalah pembubaran pasar tungging di sepanjang jalan Handil Manarap, Kertakhanyar.

Memang harus diakui, semua lokasi pasar tungging bisa dibilang "bermasalah!" Selain pasti dipinggir jalan dan biasanya memakan badan jalan raya mulai dari kelas jalan tertinggi sampai yang paling rendah di kelas jalan gang-gang di kampung dan lokasinya pasti tidak berijin, karena kalau minta ijin pasti tidak akan diijinkan.

Jualan di Tengah Jalan | @kaekaha
Jualan di Tengah Jalan | @kaekaha
Sayangnya lagi, lokasi yang "bermasalah" itu semakin mendapatkan legitimasi buruk ketika diantara pedagang, beberapa diantaranya justeru memilih berjualan dengan "menantang maut", yaitu memilih lokasi sekaligus membuka lapak berjualan lebih dulu (disini memang masih berlaku siapa cepat, maka dapat lokasi strategis) di tempat-tempat yang menurutnya strategis di tengah jalan raya yang masih aktif, bahkan cenderung masih padat kendaraan. 

Kedepan, ada baiknya upaya mandiri para pedagang membangun pasar yang kelak dikenal sebagai pasar tungging ini tidak bertepuk sebelah tangan dengan (upaya) pemerintah yang sebenarnya juga terus berupaya membangun simpul-simpul ekonomi kreatif dan produktif baru untuk menjaga stabilitas perekonomian, terlebih di masa pandemi covid-19 saat ini.

Jualan di Tengah Jalan | @kaekaha
Jualan di Tengah Jalan | @kaekaha
Seharusnya, pasar tungging berikut semua pedagangnya bisa diberdayakan dengan lebih baik dan manusiawi oleh semua pihak pemangku kebijakan dan kepentingan di pemerintahan daerah. 

Selain, jelas-jelas memberi banyak dampak positif bagi perekonomian, budaya dan juga kemungkinan pariwisata bagi masyarakat banua, permasalahan utama mereka terkait lokasi strategis pasar tungging secara logika masih bisa dicarikan win-win solution-nya. 

Disinilah perlunya kehadiran pemerintah, tentunya dengan aturan atau regulasi yang bersifat mengatur untuk  memberdayakan semua potensi kearifan kultur masyarakat banua sendiri, bukan di larang dan ditutup tanpa memberikan solusi.

Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun