Menurut Dr. H. Iqbal Firdausi, Pengamat ekonomi dari STIE Indonesia Banjarmasin, keberadaan pasar malam itu salah satu instrument penyelamatan ekonomi rakyat, khususnya untuk memberi kesempatan kerja. Iqbal berpendapat justru keberadaan pasar tungging malam merupakan katup pengaman ekonomi daerah di tengah sulitnya pasar kerja yang ada.
Sedangkan dari sudut budaya, sudah menjadi rahasia umum, Kota tua Banjarmasin yang sejak berabad-abad silam telah dikenal sebagai bandar perdagangan tua di nusantara yang pada gilirannya juga menumbuhkan mental-mental pedagang pada diri Urang Banjar. Artinya, keberadaan pasar tungging juga sangat penting menjadi "kawah candradimuka" bagi para entrepreneur baru untuk berproses melestarikan tradisi berdagang yang memang identik dengan Urang Banjar.
Tidak hanya itu, Keberadaan pasar tungging juga berpotensi sebagai sarana hiburan masyarakat urban yang murah meriah, sekaligus efektif sebagai pemecah konsentrasi simpul masa dan juga ekonomi baru yang lebih dekat dengan konsumen.
Memang, pasar tungging digadang-gadang banyak pihak bisa berperan lumayan signifikan sebagai salah satu penggerak ekonomi mikro masyarakat, selain juga menjadi media pelestarian mental entrepreneur, khususnya jiwa dagang khas Urang Banjar.
Tapi, bukan berarti kehadiran pasar tungging di berbagai penjuru Kota Banjarmasin dan sekitarnya juga tidak meninggalkan masalah. Biasalah, karena pasar tungging biasanya berdiri secara alami, tanpa konsep, prosedur ataupun aturan-aturan birokratif yang biasanya ruwet, lebih sebagai respon terhadap  adanya peluang usaha karena adanya permintaan pasar (masyarakat).Â
Tidak heran jika kemudian pasar tungging, umumnya berdiri mandiri tanpa ada campur tangan pemerintah, sebagai pemangku kebijakan (regulator) dan juga kepentingan, setidaknya dalam hal ini untuk urusan kesejahteraan dan ketahanan perekonomian masyarakat.
Bisa saja, awalnya hanya seorang paman pentol (penjual pentol) yang mangkal di hook atau perempatan jalan komplek, karena ramai pembeli maka besoknya datanglah tukang sate ayam, begitu seterusnya sampai akhirnya berkumpul banyak pedagang di lokasi yang sama. Dari situ, muncul kesadaran bersama dari para pedagang untuk sama-sama menjaga "pasar" yang telah dibangun dari nol, diantaranya dengan membangun organisasi, termasuk bisa juga menentukan hari pasar sekaligus lokasinya.
Sayangnya, masalah biasanya akan muncul ketika pasar tungging sudah jadi atau ramai pengunjung, sehingga mengganggu lalu lintas juga berbagai aktifitas sosial masyarakat sekitar lokasi pasar.Â
Memang harus diakui, semua lokasi pasar tungging bisa dibilang "bermasalah!" Selain pasti dipinggir jalan dan biasanya memakan badan jalan raya mulai dari kelas jalan tertinggi sampai yang paling rendah di kelas jalan gang-gang di kampung dan lokasinya pasti tidak berijin, karena kalau minta ijin pasti tidak akan diijinkan.