Jujur, pertanyaan sederhana dari mulut polos anak saya inilah yang menampar kesadaran logika saya, baik sebagai manusia dewasa yang seharusnya bisa menakar sekaligus mempertanggungjawabkan semua tindakan yang diambil secara logis, maupun sebagai orang tua yang seharusnya memberi teladan sekaligus pengalaman terbaik dan bermanfaat untuk anak-anaknya!
Kenyataanya, saya benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana tapi sangat krusial dari anak saya tersebut! Untuk apa saya merokok? Artinya, 26 tahun saya melakukan perbuatan yang saya sendiri tidak tahu untuk apa saya melakukan itu! Betapa lucunya saya dihadapan anak-anak saya!
Dari sini, saya review lagi semua aktivitas saya terkait rokok dan merokok selama 26 tahun terakhir yang akhirnya mempertemukan saya dengan banyak fakta mengejutkan yang semakin membulatkan tekad saya untuk segera berhenti merokok sekaligus memutus semua aksesnya saat itu juga! Caranya harus revolusif!Â
- Tidak menjual rokok lagi di toko.
- Memberi tahu semua kolega, tetangga dan juga keluarga kalau saya berhenti merokok. Harapannya, semua bisa memahami sekaligus membantu tekad saya lepas dari rokok.
- Mundur dari rutinitas begadang malam yang biasanya ditemani sekaleng rokok isi 50 batang dan bergelas-gelas kopi. Akibatnya, hampir setahun aktifitas kreatif saya, (menulis dan desain/produksi kerajinan) kedodoran dan terbengkalai.
- Membatasi berbagai aktifitas diluar rumah yang memungkinkan bersentuhan dengan rokok.
- Biasanya, titik kritis munculnya keinginan merokok adalah setelah makan, aktifitas yang memerlukan konsentrasi (menulis dan mendesain, termasuk eksekusi desain) dan pas istirahat/ngobrol. Untuk itu, setiap berada di posisi titik kritis itu saya biasakan mengalihkan perhatian dengan beraktifitas fisik ringan tapi menyibukkan, termasuk sesekali dengan ngemil dan ngemut permen. Pilihan yang terakhir, meskipun tidak rutin tapi efeknya dahsyat! Hanya sekitar 2-3 bulan, berat badan saya langsung naik 15 kilo.
Dari sisi kesehatan, Alhamdulillah selama dan pasca 26 tahun merokok, saya tidak pernah mengalami sakit serius (semoga benar-benar tidak!), kecuali turunnya kebugaran fisik yang sangat terasa bila bangun tidur di pagi hari dimana badan terasa tidak fresh, jadi malas bergerak, mudah capek,  pegal-pegal, dada sesak dan mood sering tidak enak bahkan biasa juga muncul keluhan asam lambung yang lebih sering naik sampai menyebabkan muntah, juga nyeri dan berat di leher bagian belakang sampai ke kepala bagian belakang dan lengan kiri yang sempat lemah karena terkena gejala stroke.
Alhamdulillah, sekarang berbagai keluhan yang saya rasakan seperti diatas berangsur-angsur hilang setelah dua tahun saya berhenti merokok dan saya imbangi dengan cukup asupan air putih, makanan plus minuman sehat olahan sendiri dan olah raga ringan setiap pagi. Walaupun untuk kembali segar bugar seperti dulu sepertinya tidak mungkin lagi karena faktor usia, setidaknya saya sudah memulai hidup baru dengan cara baru untuk menjaga aset terbesar kita! Sehat itu aset.
Sehat Itu Aset Berharga!
Sebagai kebutuhan primer layaknya sandang, pangan dan papan, kondisi sehat merupakan aset alias harta terbesar kita!Â
Sebagai manusia normal, secara logika kita pasti akan menjaga semua aset yang kita miliki, apalagi aset terbesar seperti kondisi sehat! Betul?Â