Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

26 Tahun Merokok, Ini Cara Saya Berhenti dan Bertahan Tidak Merokok Lagi!

2 November 2019   06:39 Diperbarui: 2 November 2019   20:23 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tahu, bahkan meyakini merokok tidak baik untuk kesehatan, disaat yang sama saya juga tahu dan sadar kesehatan itu kebutuhan primer. Aneh dan ajaibnya, saya tetap saja merokok! Artinya, logika sadar saya masih belum mampu mengawal sikap dan tindakan saya untuk konsisten pada keyakinan bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan, sekaligus kesehatan itu kebutuhan primer saya sebagai manusia normal.

Berbeda jika keyakinan bahwa sehat adalah kebutuhan primer itu telah tertanam dengan baik pada level pikiran alam bawah sadar kita. Pada level inilah, biasanya keyakinan bisa efektif menjadi pemandu alam sadar untuk konsisten "menjaga" perilaku dan tindakan sesuai dengan keyakinan, bahwa  sehat adalah kebutuhan primer. Dengan begitu, semua tindakan yang tidak sejalan dengan keyakinan bahwa sehat adalah kebutuhan primer dengan sendirinya akan teranulir. 

Syarat utama agar keyakinan bisa tertanam pada level pikiran alam bawah sadar adalah, benar-benar kehendak sendiri, serius, sungguh-sungguh dan diikuti dengan upaya tindakan pengulangan (repetisi) secara kontiyu tanpa batas waktu dan hitungan ideal, karena masing-masing orang berbeda tingkat sensitifitasnya.

Semisal, saya  ingin merokok lagi, padahal sudah dua tahun tidak merokok! Maka secara otomatis alam bawah sadar akan memberi "alarm" untuk menolak keinginan merokok tersebut. Bahkan biasanya saya merasa diarahkan untuk  segera menolak keinginan itu dengan melakukan aktifitas fisik ringan tapi menyibukkan (menyibukkan otak dan tangan sekaligus), seperti yang telah rutin saya lakukan sejak awal berhenti merokok.  Ini yang terjadi dalam dua tahun terakhir kehidupan saya pasca memutuskan berhenti merokok.

(suara.com)
(suara.com)

Berhenti Merokok!

Pertanyaannya, bagaimana bisa berhenti merokok setelah menjadi perokok aktif selama 26 tahun? Bagaimana pula caranya bertahan dari godaan merokok selama 2 tahun terakhir?

Semua perokok, apalagi di level perokok berat yang sudah puluhan tahun kecanduan merokok, pasti akan mengatakan sangat susah untuk berhenti merokok. Itu juga yang saya alami! 

Tapi jangan salah! Perjuangan saya untuk berhenti merokok sebenarnya jauh lebih berat jika dibanding dengan perokok (berat) lainnya, karena saya kolektor rokok sekaligus penjual rokok! Beratnya lagi, di toko saya  bisa beli rokok ketengan/ngecer! Hayo coba bayangkan! Tapi, mungkin inilah yang namanya berkah, ketika niat sungguh-sungguh bertemu dengan usaha dan doa!

Semua bermula dari ocehan anak saya yang menanyakan "kalau makan perut bisa kenyang, minum hilang haus, kalau merokok ...?"  

Baca Juga : Merokok Itu untuk Apa Ya, Bah?    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun