Dalam perjalanan sejarah kain Benang Bintik kebanggaan masyarakat Kalimantan Tengah ini, ada beberapa momentum faktual penting yang ikut menyertainya sampai berada diposisinya sekarang sebagai salah satu wastra "resmi" yang wajib dipakai sebagai seragam oleh para pelajar sekolah dan ASN alias pegawai negeri di seluruh Kalimantan Tengah.
Pertama, kelahiran Batik Kalimantan Tengah.
Ide istri Gubernur Drs.Suparmanto, Gubernur Kalimantan Tengah yang memerintah pada periode tahun 1989-1993 untuk membuat batik kalimantan Tengah.
Dengan cara akulturasi atau dengan cara mengawinkan dua budaya yaitu membuat kain batik (dengan teknik "membatik" yang dikenal sebagai budaya Jawa) dengan motif Dayak (Ngaju) asli Kalimantan Tengah.Â
Meskipun ide ini berhasil melahirkan Batik Kalimantan Tengah yang akhirnya menjadi "kain resmi" bagi masyarakat Kalimantan Tengah, tapi kehadiran Batik Kalimantan Tengah ini bukan tanpa "kendala" dalam prosesnya!Â
Salah satunya adalah kritikan konstruktif datang dari Kusni Sulang salah satu budayawan Dayak yang cukup kritis dalam menangkap fenomena sosial budaya kekinian masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya untuk isu yang terkait budaya Dayak.Â
Mungkin karena tidak ada komunikasi yang intensif, kelahiran produk Batik Kalimantan Tengah yang sepertinya tidak melibatkan "masyarakat Dayak", menyebabkan Masyarakat Dayak sendiri justeru merasa asing dengan produk Batik Kalimantan Tengah.Â
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pencipta dan pemrakarsanya, Kusni Sulang merasa Batik Kalimantan Tengah baik sebagai istilah maupun sebagai produk masih jauh dari roh budaya Dayak.Â
Tapi bagaimanapun, upaya istri Gubernur Drs.Suparmanto untuk mengangkat kembali kekhasan Kalimantan Tengah dengan segala keterbatasananya dalam bentuk kain batik, tetap saja menjadi titik balik atau setidaknya sebuah awal yang bagus untuk mengingatkan kembali pentingnya melestarikan berbagai kekhasan serta keunikan produk budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.Â
Kedua, kelahiran Bénang Bintik.Â