Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Sasirangan, Kain (Batik) Khas Banua Kalimantan Selatan

3 Oktober 2019   00:58 Diperbarui: 3 Oktober 2019   04:24 4150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam Motif Kain (Batik) Sairangan (dokpri)

Baca Juga : Cara Kreatif Urang Banjar Melestarikan Sasirangan

Bahkan di era teknologi yang semakin maju, ide dan inovasi penggiat serta pelestari Kain Sasirangan tidak hanya fokus pada pengembangan motif semata, tapi juga pada diversifikasi proses pembuatan yang belakangan melahirkan jenis Kain (Batik) Sasirangan Bordir, yaitu jenis kain Sasirangan yang memadukan antara teknik pembuatan tradisonal dengan teknik bordir. Unik, kan?

Kain (Batik) Sasirangan Pewarna Alami (dokpri)
Kain (Batik) Sasirangan Pewarna Alami (dokpri)

Selanjutnya diversifikasi pada bahan pewarnaan yang melahirkan Kain Sasirangan dengan bahan-bahan pewarnaan alami dari tumbuh-tumbuhan.

Khusus untuk jenis kain (Batik) Sasirangan dengan pewarnaan alami ini, umumnya ditandai dengan jenis warna yang lebih soft alias kalem bila dibanding dengan warna-warna ngejreng dari kain (batik) Sasirangan dengan pewarna sintetis/buatan dan yang paling penting harganya jauh lebih mahal.

Inovasi berikutnya adalah diversifikasi pada pemanfaatan hasil produk jadi. Jika selama ini Kain Sasirangan hanya dijadikan sebagai bahan pakaian, sekarang Kain Sasirangan telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, seperti kopiah, sarung bantal, dompet, kotak tisu, beragam tas, topi, dan banyak yang lainnya.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Sasirangan mulai bertransformasi dalam ragam bentuk dan aplikasi yang lebih bervariasi, tidak hanya pada media kain semata.

Tas Tangan Wanita (dokpri)
Tas Tangan Wanita (dokpri)

Proses Pembuatan Kain (Batik) Sasirangan

  1. Persiapan Kain Putih
    Pertama mempersiapkan bahan kain putih polos dengan ukuran dan bahan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, bahan baku kain putih polos yang digunakan untuk membuat kain sasirangan adalah kain dari serat kapas atau kain katun (cotton), karena tuntutan pasar sekarang bahan baku kain yang dipakai jauh lebih bervariasi seperti santung, balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon, sutera dan lain-lain.
  2. Pembuatan Motif atau Pola pada Media Kain
    Setelah itu dilanjutkan dengan membuat motif atau pola gambar tradisional sesuai dengan motif yang dikehendaki dengan menggunakan pensil. Pola-pola inilah yang nantinya menjadi patokan dalam mengikat atau menjahit dengan tangan kain tersebut.
  3. Menjahit Jelujur
    Pola-pola motif yang telah dilukis pada kain tersebut selanjutnya dijahit jelujur menggunakan benang atau bahan perintang lainnya dengan jarak satu sampai dua mili meter atau dua sampai tiga mili meter. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan-jahitan pola tersebut ditarik sampai membentuk kerutan-kerutan. Proses ini yang paling menentukan tingkat presisi dari pola-pola motif yang dibentuk (tidak ingin diwarnai).
  4. Membersihan Kain
    Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan kaporit selama satu malam.
  5. Pewarnaan Kain
    Sebagian besar pewarna yang digunakan pengrajin Kain (Batik) Sasirangan adalah jenis pewarna sintetis dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan pewarna alami. Hal ini terkait dengan ketidaktersediaan bahan baku pewarna, tingkat kepraktisan, tuntutan konsumen, biaya produksi dan tingkat kesulitan proses pewarnaan. Secara umum, dikenal tiga cara pewarnaan kain (Batik) Sasirangan, yaitu :
    a. Teknik pencelupan digunakan untuk memperoleh satu warna saja, yaitu dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur. Bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
    b. Teknik Pencoletan biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat memerlukan lebih dari satu warna.
    c. Kombinasi Keduanya, untuk memperoleh warna dasar yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet dengan variasi warna sebagaimana telah direncanakan.
  6. Melepas Jahitan Jelujur
    Setelah kain agak kering, benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan untuk menjelujur dilepaskan seluruhnya, sehingga motif-motif Sasirangan aka tempak dari bekas jahitan yang telah terlepas. Unik bukan? Kita akan tahu hasil pembuatan setelah semua jahitan terbuka semuanya!
  7. Pencucian
    Setelah seluruh perintang/jahitan dilepaskan, kemudian kain dicuci sampai bersih yang ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak berwarna lagi.
  8. Pengeringan
    Setelah itu kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung.
  9. Finishing / Disetrika
    Sebagai langkah akhir dari proses pembuatan kain (batik) sasirangan adalah dengan menyeterika agar menjadi kain lebih halus, licin dan rapi.


Selamat Hari Batik Nasional 2019 (dokpri)
Selamat Hari Batik Nasional 2019 (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun