Karena, semua prosesnya dikerjakan secara manual maka sangat tergantung pada presisi dari teknik dalam mengikat pola gambarnya dan ini sangat ditentukan oleh senioritas atau pengalaman seorang pengrajin Kain (Batik) Sasirangan.Â
Tapi sekali lagi, saya tidak ingin membahas masalah ini lebih jauh lagi. Semuanya saya kembalikan kepada intrepretasi anda para pecinta kain tradisonal Indonesia! Kain Sasirangan termasuk batik atau bukan tidak penting bagi kami, karena sebagai produk budaya leluhur yang wajib kita banggakan Kain Sasirangan tetap harus kami lestarikanÂ
Menurut sejarah, awalnya masing-masing motif kain (batik) Sasirangan mempunyai fungsi serta kegunaan yang berbeda-beda dalam pemanfaatannya, khususnya dalam ritual upacara adat suku banjar. Ada yang khusus untuk batatamba (pengobatan orang sakit), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan jaman serta semakin mendunianya kain (batik) Sasirangan, mulai ada pergeseran pada peruntukannya.
Sekarang, kain (batik) Sasirangan tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar semata, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya.
Kain (batik) Sasirangan sekarang telah menjadi bahan pakaian sehari-hari masyarakat Banjar, tidak hanya golongan elit bangsawan (keturunan kesultanan/Pagustian) saja, tapi juga oleh masyarakat umum.
Menurut budayawan Banjar, H.M. Syamsiar Seman dalam buku karyanya "Sasirangan Kain Khas Banjar", setidaknya dikenal 21 motif tradisional kain Sasirangan, diantaranya;
Seperti sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), hiris gagatas (irisan kue gagatas), kambang sakaki, ingkang, bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang (garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), ular lidi, Mayang maurai, dan jajumputan (jumputan).Â
Selain itu, ditangan-tangan kreatif, motif kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini terus berkembang. Setiap saat selalu muncul ragam motif dengan ornamen yang bermacam-macam, ada kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), banawati (warna pelangi) dan banyak yang lainnya.Â