Keenam, Jukung Barenteng
Sebagian besar para pedagang pasar terapung berasal dari daerah pedalaman yang relatif jauh dari lokasi pasar terapung. Untuk bisa berjualan di lokasi pasar terapung mereka biasanya akan berangkat secara berombongan dengan cara ditarik oleh kelotok (perahu bermesin tempel dengan ukuran lebih besar) begitu juga untuk kembali pulang menuju kampung dan rumah masing-masing.
Formasi unik yang dibentuk oleh rombongan para pedagang pasar terapung saat berangkat dan pulang berjualan dengan cara mengikatkan seutas tali pada bagian ujung masing-masing jukung dalam satu rombongan yang ditarik oleh kelotok inilah yang biasa disebut dengan jukung barenteng.
Ketuju, tanggui, pupur bangkal dan kerudung.
Mayoritas pedagang di pasar terapung adalah Urang Banjar. Seperti layaknya masyarakat Banjar lainnya yang sejak dulu dikenal sangat religius, sebagian besar para pedagang pasar terapung juga “berseragam” layaknya muslimah pada umumnya, yaitu memakai baju muslim longgar yang menutup semua bagian tubuh, termasuk jilbab atau kerudung untuk penutup kepala.
Sedangkan untuk mengurangi terpaan terik sinar matahari, biasanya para acil akan melengkapi atribut di kepala dengan tanggui, sejenis topi caping yang dibuat dari bahan daun nipah dan biasa dipakai oleh para petani di Banjar.
Selain itu, para acil dan paninian juga tidak akan lupa untuk selalu memulaskan pupur bangkal atau pupur dingin ramuan tradisonal di seluruh wajah untuk menjaga kehalusan kulit sekaligus melindungi kulit dari sengatan terik matahari.
Penampilan khas acil-acil ini semakin mempesona tatkala senyuman tulus, hangat, dan bersahabat khas Urang Banjar mulai mengembang disaat menyapa para pengunjung yang datang. Hanya saja, kesan ini mungkin berbeda di mata pengunjung anak-anak yang baru pertama kali melihat penampilan acil-acil “bertopeng” layaknya riasan badut ini, ekspresinya bisa macam-macam. Ada yang tertawa terpingkal-pingkal tapi tidak jarang ada juga yang menangis ketakutan. Lucu ya!
Kedelapan, Dagangan Acil
Untuk ragam dagangan yang dijual acil dan amang, walaupun sekilas terlihat sama atau mirip-mirip, menjual buah-buahan, sayuran, bumbu dapur, tanaman, bunga, ayam, itik, telur, sembako, aneka wadai (kue), nasi kuning, soto Banjar, sampai kerajinan tangan khas suku Banjar juga ada di sini.
Sebenarnya kalau diperhatikan lebih teliti ternyata masing-masing pasar terapung mempunyai sedikit perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing.
Pedagang di Pasar Terapung Muara Kuin, dagagannya relatif kompleks dan lengkap, uniknya pedagang Soto Banjar, nasi kuning, aneka gaguduh (gorengan: bahasa Banjar) dan berbagai makanan semi berat dan berat lainnya dijajakan lengkap dalam kelotok yang juga ada tempat untuk duduknya disini.
Sedangkan di Pasar Terapung Siring Tendean lebih simpel dan lengkap, dimana untuk makanan semi berat dan berat dijajakan di dermaga apung bukan di kelotok dan untuk Pasar Terapung Lok Baintan juga simpel, relatif lengkap untuk hasil buminya (dominan) tapi belum kompleks, pedagang makanan semi berat dan berat masih relatif sedikit.