Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sisi Unik Pasar Terapung Banjarmasin yang Masih Jarang Diketahui Publik

4 Agustus 2019   22:37 Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:52 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jukung Barenteng| Dokumentasi pribadi

Situasi ini mungkin agak berbeda bila bertemu dengan pedagang paninian (nenek-nenek; bahasa Banjar) karena beberapa di antaranya ada yang tidak begitu mengerti dengan bahasa Indonesia dan bahasa Banjarnya relatif cepat dan agak susah untuk dipahami.

Tapi jangan khawatir, justeru disinilah uniknya! Karena para pedagang ini semuanya bergerombol, jadi komunikasi dijamin tetap bisa berjalan, walaupun pasti akan disertai dengan gelak tawa “bahagia” yang akan membuat Anda selalu mengenangnya.

Acil Menyerahkan Barang Dagangan| Dokumentasi pribadi
Acil Menyerahkan Barang Dagangan| Dokumentasi pribadi

Makanya, kalau ke pasar terapung di Kalimantan Selatan, jangan hanya puas dengan berfoto-foto ria saja! Cobalah berinteraksi dan bertransaksi dengan para acil dan amang, karena disinilah Anda akan menemukan berbagai pengalaman unik yang tidak akan pernah Anda lupakan seumur hidup Anda dan rasakan sensasinya!

Ketiga, Acil, Amang, dan Julak
Para pedagang di pasar terapung sebagian besar merupakan ibu-ibu atau para paninian (nenek-nenek: bahasa Banjar) yang biasa dipanggil dengan sebutan acil yang artinya bibi/bulik/tante, kecuali pasar terapung yang di Muara Kuin. 

Kalaupun ada laki-laki, biasanya suami atau keluarga si acil yang mengawani atau menemani saat berjualan. Para lelaki ini biasa dipanggil paman atau amang (paman: bahasa Banjar), tapi ada juga yang dipanggil Julak (Pakde: bahasa Banjar).

Jukung Barenteng| Dokumentasi pribadi
Jukung Barenteng| Dokumentasi pribadi

Keempat, dukuh dan penyambangan
Para pedagang yang berjualan di pasar terapung, menurut adatnya dibagi menjadi dua kategori yang biasa disebut dengan dukuh dan panyambangan. Dikategorikan dukuh, bila pedagang itu menjual barang-barang yang berstatus milik sendiri atau milik keluarganya sendiri, sedangkan istilah kategori panyambangan itu disematkan kepada para pedagang yang menjualkan barang milik orang lain (reseller)

Kelima, jukung
Perahu yang dipakai para acil dan paninian untuk berjualan ini disebut jukung. Perahu ini tidak bermesin, jadi untuk menjalankannya harus didayung menggunakan bilah dayung. 

Dalam bahasa Banjar, sebutan jukung itu merujuk pada semua jenis perahu dengan ukuran yang relatif kecil dan tidak memakai mesin. Sekadar informasi, masyarakat Banjar mempunyai macam-macam jukung yang jenisnya mencapai puluhan.

Jukung Barenteng| Dokumentasi pribadi
Jukung Barenteng| Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun