Iwak Kalabau Maskot Kota 1000 Sungai, Banjarmasin
Jika Anda pernah beranjangsana ke Kota 1000 Sungai, Kota Banjarmasin nan bungas dalam tiga tahun terakhir dan berkesempatan keliling kota yang luasnya “hanya” 98,46 km² atau sepersembilan Kota Jakarta dan dikenal sebagai ibu kota tertua sekaligus terkecil di Pulau Kalimantan ini.
Kemungkinan besar anda juga pernah bersua dengan sosok seekor ikan raksasa yang secara fisik mirip dengan ikan mas yang posisinya seperti sedang terbang tepat di simpang empat jalan MT. Haryono, Kertak Baru Ulu, Banjarmasin, seperti gambar diatas!
Sosok ikan raksasa yang anda lihat tersebut merupakan tampilan dari si-Iwak Kalabau (Iwak Kelabau; Osteochilus melanopleurus), ada juga yang menyebutnya sebagai ikan birah mata, sedangkan di Kalimantan Selatan bagian utara (daerah pahuluan) juga dikenal dengan sebutan ikan sanggang, fauna khas yang telah ditetapkan sebagai maskot dari Kota Banjarmasin bersama-sama dengan tanaman teratai untuk versi floranya.
Fakta Ikan Kalabau yang Unik
Iwak Kalabau atau ikan Kelabau, sejatinya memang bukanlah jenis ikan endemik Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan semata, karena ikan herbivora yang secara “internasional” lebih dikenal dengan sebutan ikan hara, haro, atau aro ini juga terdapat di penjuru Asia Tenggara.
Termasuk Indonesia khususnya di Pulau Sumatera (Sungai Indragiri, Jambi, Palembang; Sungai Baram, Danau Seriang) dan Kalimantan (Sungai Kapuas, Pontianak, Mandor, Sungai Kahayan, Sungai Barito, Banjarmasin).
Hanya saja, sejarah panjang interaksi masyarakat Banjar dengan sungai dan rawa yang mendominasi daratan Kalimantan Selatan, akhirnya melahirkan ikatan naluriah yang begitu kuat diantara keduanya yang kelak ikatan tersebut kita kenal sebagai budaya Sungai.
Termasuk didalamnya kebiasaan masyarakat Banjar bersentuhan dengan berbagai hasil sungai dan rawa, salah satunya adalah iwak atau ikan yang dulu pernah menjadi pilihan paling favorit masyarakat Banjar, karena tekstur dagingnya yang lembut dan perwakannya yang termasuk besar ketika dewasa (beratnya mencapai 7 kg/ekor), yaitu Iwak Kalabau atau Iwak Sanggang.
Sayang, sekarang ikan yang disetiap daerah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan Sumatera yang menjadi daerah sebaran atau habitatnya, mempunyai nama atau sebutan yang berbeda-beda ini sudah sangat jarang ditemukan di perairan Kota Banjarmasin bahkan Kalimantan Selatan.
Memang, menurut para pemancing yang biasa memancing di Sungai Martapura, khususnya dari spot ruas Jembatan Dewi, Banjarmasin, hanya para pemancing senior alias kaum tua-tua saja yang mengenal jenis ikan yang konon memang relatif sulit untuk ditangkap atau dipancing ini, karena termasuk ikan yang unik! Kuat berenang melawan arus, suka berada di dasar sungai yang dalam dan berarus deras, serta pintar bersembunyi di ceruk atau dibawah reruntuhan pohon yang tumbang. Sedangkan para pemancing muda rata-rata mereka hanya pernah mendengar namanya saja, sedangkan wujud asli ikannya belum pernah sekalipun melihat. Waduh...
Menurut Wikipedia, keterangan ciri-ciri lengkap dari ikan Kalabau atau ikan sanggang adalah jenis ikan air tawar yang masuk kelompok Cyprinidae dengan ukuran tubuh sedang, panjang total rata-rata sekitar 370 mm, mempunyai tinggi tubuh pada awal sirip dorsal (punggung) 2,7-3 berbanding panjang standar (tanpa sirip ekor).
Panjang kepala 4-5 berbanding panjang standar. Moncong (rostrum) membulat tumpul, tanpa pori (lubang-lubang kecil) di atasnya dan mempunyai Sungut maksilar lebih panjang daripada diameter mata, sedangkan sungut rostral lebih pendek.
Sisi punggung berwarna zaitun, memucat di sisi samping, dan ke bawah berwarna keperakan.Suatu noktah atau coreng besar kehitaman, vertikal, biasa terdapat di wilayah belakang gelangan bahu. Sisik-sisik dengan warna yang lebih gelap di bagian pangkalnya. Iris mata kuning atau kemerahan, sirip-sirip berwarna kemerahan atau keunguan.
Kabar baik dari Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar (BPBAT)
Melihat fakta kelangkaan ikan Kalabau dan beberapa jenis ikan air tawar lain yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi seperti ikan haruan atau ikan gabus (channa striata) dan ikan papuyu atau ikan betok (anabas testudineus bloch) yang secara tradisonal memang susah untuk di budidayakan, akhirnya gayung bersambut!
Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar (BPBAT), Kalimantan Selatan, yang beralamat di Jalan Tahura Sultan Adam Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang tidak pernah lelah untuk terus melakukan penelitian guna melakukan pembenihan dan pembesaran berbagai jenis ikan air tawar dengan nilai ekonomis tinggi diatas, akhirnya bisa melakukan pembenihan dan pembesaran ikan haruan atau ikan gabus (channa striata) dan ikan papuyu atau ikan betok (anabas testudineus bloch) dan juga tidak ketinggalan ikan kalabau (osteochilus melanopleuora) sejak 2012.
Semoga, pembenihan berbagai ikan air tawar yang telah berhasil dilakukan oleh (BPBAT) ini tidak hanya mengurangi tren kepunahan berbagai jenis ikan air tawar, termasuk ikan Kalabau di perairan Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan saja, tapi juga menjadi peluang untuk mengembangkan usaha budidaya ikan konsumsi alternatif bagi petani, mengingat harga jual ikan Kalabau tangkapan dari alam yang sangat mahal, karena jarang sekali didapat.
Tertarik ikan Kalabau!? Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H