Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soto Banjar dan Katupat Kandangan “Pengantar” Mabrurnya Ibadah Haji

4 Juli 2019   05:57 Diperbarui: 4 Juli 2019   06:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajian Lengkap Katupat Kandangan di Warung Kaum (Foto : @kaekaha)

Bus Shalawat (liputan6.com)
Bus Shalawat (liputan6.com)
  1. transportasi antar kota perhajian, melayani 6 rute, yaitu : bandara Madinah ke pemondokan Madinah, Madinah ke Makkah, Jeddah ke Makkah, Makkah ke Jeddah, Makkah ke Madinah, dan pemondokan Madinah ke bandara Madinah.
  2. transportasi shalawat, 24 jam non stop melayani 9 rute, yaitu : Jamarat - Mahbas Jin - Bab Ali (bus dengan nomor stiker 4), Syisyah - Syib Amir (nomor stiker 5), Syisyah Raudhah - Syib Amir (nomor stiker 6), Syisyah 1 - Syib Amir (nomor stiker 7), Syisyah 2 - Syib Amir (nomor stiker 8), Raudhah - Syib Amir (nomor stiker 9), Jarwal - Syib Amir (nomor stiker 10), Misfalah - Jiad (nomor stiker 11), Rea Bakhsy- Jiad (nomor stiker 12)
  3. transportasi Masyair, melayani 4 rute, yaitu: Makkah ke Arafah,  Arafah ke Muzdalifah,  Muzdalifah ke Mina,  dan Mina ke Makkah.

Untuk masalah jamaah tersesat, dengan zonasi pemondokan plus tertibnya jamaah untuk selalu mengenakan atribut haji khas Indonesia termasuk bisa mengerti bahasa Indonesia (karena masih banyak calon jamaah haji yang hanya bisa berbahasa daerah masing-masing, terutama yang berusia tua) apalagi bahasa Arab, Insha Allah akan lebih cepat mendapatkan pertolongan untuk menemukan kembali area pemondokannya.

Suasana pemondokan di Mina (dokpri)
Suasana pemondokan di Mina (dokpri)

Untuk masalah bahasa, inilah salah satu keunikan khas jamaah haji dari Indonesia! Meskipun datang dari negeri yang sama, jamaah haji kita mempunyai latar belakang etnis yang berbeda-beda yang secara otomatis pasti mempunyai bahasa ibu yang berbeda-beda juga.

Belajar dari hasil survey kepuasan jamaah haji tahun-tahun sebelumnya, dimana faktor bahasa selalu menjadi salah satu kendala dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar jamaah yang dikhawatirkan bisa memicu kesalahpahaman, maka dengan sistem zonasi atau pengelompokkan ini diharapkan akan mengurangi resiko diatas dan semakin menambah kenyamanan jamaah dalam berkomunikasi dan berinteraksi sehingga bisa menambah kekhusu’an dalam beribadah.

Terakhir, ini yang paling menarik! Dengan sistem zonasi ini, memungkinkan pemerintah sebagai “operator tunggal” penyelenggara ibadah haji di Indonesia untuk berinovasi pada ragam menu makanan/katering jamaah haji. 

Nasi Kuning Dendeng Rusa khas Banjar (dokpri)
Nasi Kuning Dendeng Rusa khas Banjar (dokpri)

Jika pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah memberikan menu katering berupa makanan  yang bersifat nasional secara seragam kepada seluruh jamaah selama di tanah suci, maka mulai tahun ini selama mukim di Makkah menu lokal atau menu khas daerah masing-masing jamaah bisa dihidangkan tiga kali dalam seminggu, yaitu tiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu seperti disampaikan oleh Kepala Seksi Layanan Katering Daker Mekah Tahun 1440 H/2019 Dewi Gusti Karini.

Artinya, bagi jamaah haji dari embarkasi Banjarmasin (BDJ) dan Balikpapan (BPN) yang mayoritas merupakan urang Banjar dan Insha Allah akan menempati zona Rei Bakhsy sangat memungkinkan tetap bisa menikmati ragam kuliner khas Banjar seperti Soto Banjar, Katupat Kandangan, nasi kuning lauk Iwak haruan atau dendeng menjangan tiga kali dalam seminggu selama di Makkah. (Memang semua tergantung ketersediaan bahan baku dan kesanggupan juru masaknya!) Ini baru  inovasi keren, iya nggak?

Sekilas, urusan perut ini bagi sebagian orang mungkin dianggap hanya urusan sepele saja, tapi bagi yang pernah melaksanakan ibadah haji atau mungkin sesekali ke luar negeri dengan budaya kuliner berbeda untuk waktu lebih dari sebulan mungkin baru bisa merasakan bagaimana rasanya “tersiksa”  (secara fisik maupun psikologis) merindukan masakan ibu. Sangat mengganggu konsentrasi!

Soto Banjar Klasik (dokpri/@kaekaha)
Soto Banjar Klasik (dokpri/@kaekaha)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun