Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Datu’ Kalampaian dan 4 Serangkai Ulama dari Tanah Jawi (Melayu) Inspirasi Nusantara

14 Juni 2019   07:47 Diperbarui: 14 Juni 2019   20:10 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin (kaekaha)

Datu’ Kalampaian atau Datu’ Kalampayan (1710—1812 Masehi/ 1122-1227 hijriyah) adalah  seorang ulama besar dan kharismatik sekaligus mufti dari Kesultanan Banjar yang pusat pemerintahannya sekarang masuk dalam wilayah Propinsi Kalimantan Selatan 

Dakwah dan jasa-jasa Sidin (beliau ; bhs Banjar) dalam meletakkan dasar-dasar hukum fiqih, ilmu tauhid, tasawuf, hadits, tafsir, ilmu falak dan yang lainnya di lingkungan kekuasaan Kesultanan Banjar melalui karya-karya besar, fenomenal dan tentunya bermanfaat bagi umat yang diyakini berjumlah sekitar 17 kitab, beberapa diantaranya bahkan masih menjadi rujukan bagi para santri di seluruh pelosok nusantara bahkan Asia tenggara.

Hal itu menjadikan beliau salah satu sosok teladan dan panutan bagi umat Islam tidak hanya di Kalimantan Selatan saja, tapi juga di berbagai wilayah bekas kekuasaan Kesultanan Banjar bahkan di seputar wilayah Asia Tenggara, sehingga oleh umat beliau sering digelari dengan sebutan Tuan Haji Besar.

Datu’ Kalampayan yang juga dikenal dengan nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan ulama berpengaruh yang masih keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao (Kesultanan Maguindanao) yang lahir di Lok Gabang, Astambul, Kabupaten Banjar dan besar di daerah Dalam Pagar, Martapura. Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tersebut.

Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin (kaekaha)
Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin (kaekaha)

Salah satu karya fenomenal beliau yang paling dikenal umat adalah Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din yang secara umum diartikan sebagai ”Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Kitab yang ditulis pada tahun 1779 M (1193 H) pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah ini merupakan kitab fikih yang populer dalam Madzhab Syafi'i. 

Sebagai bentuk penghormatan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan terhadap jasa-jasa beliau, nama besar Sidin diabadikan pada Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, selain itu judul dari salah satu kitab karya Sidin yang paling populer, Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din diabadikan menjadi nama masjid termegah dan terbesar simbol dialektika budaya masyarakat Kalimantan yang menjadi salah satu landmark terbaik Kota 1000 Sungai yang lokasinya persis di jantung Kota Banjarmasin, Masjid Sabilal Muhtadin.

Kitab Sabilal Muhtadin (id.m.wikipedia.org)
Kitab Sabilal Muhtadin (id.m.wikipedia.org)

Biografi singkat Datu’ Kalampaian
Pada usia 7 tahun, Muhammad Arsyad kecil diminta Sultan Tahlilullah untuk tinggal di istana, untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan yang kelak ikut membentuk kepribadiannya yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan selalu hormat kepada yang lebih tua. 

Kepribadian unggul yang telah nampak sejak dini ini, membuat Sultan Tahlilullah dan semua penghuni istana menyayanginya dan memberikan kasih sayang terbaik. Bahkan, demi harapan untuk mempersiapkan Muhammad Arsyad sebagai pemimpin yang alim, Sultan memberikan fasilitas pendidikan penuh kepada Muhammad Arsyad sampai umur 30 tahun.

Di usia 30 tahun, Muhammad Arsyad di jodohkan oleh Sultan Tahlilullah dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Ketika istrinya hamil muda, Muhammad Arsyad dikirim ke tanah suci Mekkah untuk tugas belajar, oleh Suktan ke-15 Kesultanan Banjar, Sultan Tahmidullah (1700-1745).

Di Mekkah dan Madinah, Muhammad Arsyad mengaji atau belajar pada masyaikh terkemuka timur tengah pada masa itu. seperti Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.

Empat Serangkai dari Tanah Jawi (jejakrekam.com)
Empat Serangkai dari Tanah Jawi (jejakrekam.com)

Selama kurang lebih 35 tahun menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari juga menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu dari Tanah Jawi (Melayu), seperti Syekh Abdussamad al-Falimbani (Palembang-Sumatera Selatan), Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi (Betawi-Jakarta) dan Syekh Abdul Wahab Bugis (Bugis-Sulawesi Selatan) Sehingga kelak mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu).

Setelah dinilai cukup menuntut ilmu di Mekah serta Madinah, dan tidak mendapatkan restu dari para gurunya untuk belajar ke Mesir, tapi para gurunya justeru menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi (Melayu, saat itu belum ada Indonesia) untuk berdakwah di negerinya masing-masing, maka setelah melakukan ibadah haji empat serangkai tersebut menuruti saran sang guru untuk pulang ke tanah Jawi (Melayu/Indonesia). 

Untuk mempererat ikatan persaudaraan, kelak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari menikahkan putrinya Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan salah satu dari tiga sahabatnya dari Empat Serangkai santri dari Tanah Jawi (Melayu) yaitu, Syekh Abdussamad Al-Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi dan Syekh Abdul Wahab Bugis dengan cara diundi dan yang terpilih akhirnya adalah Syekh Abdul Wahab Bugis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun