Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Warna-warni Tanglong Menyatukan Hati Kami Semua

30 Mei 2019   16:58 Diperbarui: 30 Mei 2019   17:14 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanglong berbentuk Masjid (kabarkalsel.info)

Sayang tradisi badadamaran ini lambat laun ditinggalkan oleh urang banua karena ketiadaan persediaan getah damar untuk bahan bakar, akibat habisnya pohon damar ditebang oleh pembalakan liar. Untuk menyiasati, akhirnya masyarakat memanfaatkan lembaran karet kering yang disulut dengan api dalam wadah-wadah hasil kreasi dari  batang pisang, pelepah daun rumbia, atau bambu. 

Tanglong bertema Ukiran Dayak (banjarmasin.tribunnews.com)
Tanglong bertema Ukiran Dayak (banjarmasin.tribunnews.com)

Kreativitas yang awalnya untuk menyiasati kelangkaan damar ini, memunculkan kreativitas unik berupa wadah cantik untuk membakar karet dengan bentuk beragam seperti pesawat terbang, aneka binatang, rumah-rumahan dll. Inilah awal mula kemunculan tradisi  perlombaan badadamaran.

Seiring perjalanan waktu, bahan badadamaran mulai berkembang sejak kehadiran bahan lilin dan minyak tanah yang relatif lebih mudah didapatkan. Lambat laun bahan karet kering juga ditinggalkan oleh masyarakat banua. Mereka lebih memilih memasang batang lilin dan lampu minyak tanah  di wadah badadamaran. 

Khusus lampu minyak tanah, masyarakat banua  biasa memanfaatkan bekas botol sirup/kecap/ limun atau apa saja untuk wadah minyak tanah, sedang sumbu sumbu yang terbuat dari kain di sematkan di tutup botol yang dilubangi. Sayangnya,  tradisi ini juga tidak bertahan lama, mungkin karena asapnya yang relatif mengganggu serta bahaya kebakaran yang mengintai rumah-rumah urang Banjar yang sebagian berbahan utama kayu. 

Seiring masuknya listrik, akhirnya masyarakat berinisiatif untuk membuatkan tempat semacam lampion dari kertas warna-warni dan diberi lampu, yang kelak dikenal sebagai tanglong dengan warna-warni cahaya yang semarak untuk menyemarakkan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.

Tanglong Jukung Hias (banjarmasin.tribunnews.com
Tanglong Jukung Hias (banjarmasin.tribunnews.com

Tradisi Tanglong yang Menyatukan Hati Kami

Tradisi Tanglong di Banjarmasin terbagi menjadi dua macam, yaitu Tanglong Salikuran yaitu event Tanglong yang diselenggarakan untuk menyemarakkan malam 21 Ramadan yang biasanya mengambil rute di jalanan Kota Banjarmasin.

Sedangkan jenis Tanglong satunya lagi adalah Tanglong Jukung Hias yaitu kombinasi Tanglong dengan jukung (perahu) hias yang biasanya menjadi event paling ditunggu oleh masyarakat  setiap peringatan hari jadi Kota Banjarmasin. Uniknya, karena memakai jukung, maka rute pawai bukan di jalan raya kota, tapi di Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin menjadi dua bagian.

Bahan utama untuk membuat aneka tanglong adalah ragam kertas warna warni, sejumlah kain warna-warni, serta batang rotan dan bilah bambu sebagai bahan untuk kerangka. Biasanya dibutuhkan waktu antara seminggu sampai setengah bulan untuk menyelesaikan bangun tanglong  (sesuai dengan ukuran dan tingkat kerumitan model) mulai dari konsep sampai bentuk jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun