Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Warna-warni Pengalaman Mudik Simpel dan Asyik

28 Mei 2019   22:07 Diperbarui: 28 Mei 2019   22:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minibus (aoutomotifwoard.net)

Saya mengatakan naik sepeda motor mempunyai tingkat kenyamanan di posisi kedua setelah minibus karena lebih fleksibel. Kita bisa berhenti untuk berbagai keperluan kapan saja dan dimana saja. 

Apalagi sudah menjadi hobi dan kebiasaan saya waktu itu, ketika lewat di kota atau daerah tempat tinggal saudara/keluarga dan juga teman, bisa teman satu kelas, satu kos atau bahkan teman ngopi di sekitar kampus saya usahakan untuk blusukan, singgah dan bersilaturahmi. 

Banyak manfaat silaturahmi, bisa kenal dengan keluarga teman yang sudah barang tentu berpahala dan bisa menambah rejeki, kita juga bisa mengenal daerah baru tersebut lebih "intens" jadi kalau ada "apa-apa" di jalanan sekitar daerah itu, kita tidak akan mengalami "masalah" dan selebihnya, saya sering disangoni apa saja oleh orang tua teman-teman saya kalau mau singgah, bisa nasi bungkus, sekaleng kue kering, minuman botol/kaleng, buah-buahan, uang bensin, uang beli es bahkan pernah dikasih juga uang untuk beli baju lebaran...he...he...he... lumayan kan!?

Fleksibilitas yang sangat memudahkan ritual perjalanan mudik  plus hitungan paling irit bila dibanding dengan moda transportasi lain memang menjadi daya tarik utama mudik dengan sepeda motor, tapi sayangnya meskipun relatif nyaman dan irit tapi tingkat keamanannya berbanding terbalik alias relatif rendah. 

Sepeda motor yang umum dijual dipasaran dan banyak menjadi alat transportasi kita, tidak didesain secara khusus untuk keperluan perjalanan jauh/touring seperti yang saya lakukan, sehingga bila terkombinasi dengan faktor kelelahan dan ngantuk, hembusan angin yang bebas ke arah tubuh, sengatan matahari yang panas atau turun hujan yang lebat sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan yang bisa berujung maut. 

Memang masing-masing individu pasti mempunyai cara dan strategi khusus untuk tetap bisa menikmati ritual mudik dengan mengendarai sepeda motor, sama seperti yang saya lakukan. 

Hanya saja, saran saya kalau mau mudik pakai sepeda motor badan harus benar-benar sehat dan fresh, begitu juga dengan kendaraan yang akan ditunggangi di sepanjang perjalanan dan yang tidak kalah penting usahakan membawa bekal secukupnya, jangan mudik sendirian, jangan membawa anak kecil plus jangan membawa barang terlalu banyak.


Moda transportasi berikutnya yang sering juga saya gunakan untuk mudik adalah kereta api, menurut saya secara pribadi moda transportasi yang satu ini sebenarnya cukup nyaman dan merupakan moda transportasi paling merakyat di Indonesia dan mungkin di dunia. 

Di atas jalur kereta api yang menghubungkan kaki gunung Lawu-Ibu Kota Jawa Timur - Kota Tembakau di tahun 90-an, banyak sekali romantikanya yang terekam di otak saya, termasuk ketika kereta lebaran sukses memisahkan saya dengan barang-barang bawaan, bergelantungan di pintu kereta dengan satu kaki saja yang bisa menjejak, berdesak-desakan di dalam toilet yang berbau tanpa bisa bergerak sedikitpun sampai tertidur dalam keadaan berdiri, berdesakan dengan sepeda, sepeda motor,  aneka sayuran dan binatang peliharaan di gerbong barang, bertemu dengan mantan pacar, mantan pejuang bahkan menteri.

Tingkat kenyamanan naik kereta api saat itu, memang masih dibawah minibus terlebih karena bisingnya suara gesekan roda dengan rel kereta yang masuk kedalam kabin penumpang, sering berhenti di stasiun yang dilewati (semakin rendah kelas kereta api, biasanya semakin sering berhenti) dan sering banyak pedagang asongan/pengemis yang masuk ke kabin jika berhenti di stasiun, sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun