Pepatah lama yang berbunyi "dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung!" menjadi mantra yang wajib terus diugemi oleh makhluk-makhluk pengelana alias perantau seperti saya dan mungkin juga anda, betul?
Sebagai manusia yang dilahirkan sebagai orang Jawa dan kebetulan besarnya tidak menetap di satu tempat, tapi hampir berkeliling nusantara ikut orang tua, menetap di Kota Banjarmasin tentu memberi konsekuensi hidup yang tidak sesederhana yang awalnya saya bayangkan. Seperti pengalaman tinggal dan menetap di Kota-kota sebelumnya, harus ada kompromi dan komodifikasi pada beberapa hal.
Salah satu kondisi uang awalnya agak "mengganggu" Â adalah susahnya beradaptasi dengan iklim dan cuacanya yang puanaaas itu lho! Maklum kota Banjarmasin terletak di dataran rendah, bahkan lebih rendah 80 cm dari permukaan laut lho! Bisa ngebayanginnya?
Sedangkan untuk urusan budaya, secara umum saya kira tidak terlalu masalah, karena sebelumnya sudah terbiasa"keliling", jadi relatif mudah bagi saya untuk berkomunikasi lintas budaya. Apalagi budaya yang berurusan dengan perut alias makan, asalkan halal saya relatif paling mudah untuk beradaptasi dengan berbagai kuliner khas Indonesia.Â
Apalagi kuliner dengan kuah kaldu kesukaan saya, baik kuah kaldu dari daging sapi/kambing maupun hadangan (kerbau), ayam/itik atau unggas lainnya ataupun dari berbagai jenis ikan laut/sungai-rawa. Termasuk berbagai kuliner khas Urang Banjar yang secara umum saya kategorikan berani bumbu alias full taste dan sangat cocok untuk bersahur maupun berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Terkait ibadah puasa Ramadhan, saya ada referensi ragam kuliner khas Banjar yang layak menjadi rekomendasi  untuk bersahur, khususnya yang jarang dijual oleh warung atau rumah makan di Banjarmasin, yaitu kuliner rumahan bercitarasa gurih cenderung asin, asam dan pedas menyegarkan yang disebut oleh masyarakat Banjar dengan "Garih Haruan Batanak".Â
Selain cita rasanya yang menurut saya unik dan sedap, kuliner yang satu ini bisa berperan menjadi booster atau semacam penguat sinyal untuk menambah"nafsu bersahur"  dan yang tidak kalah penting, bisa dibilang Indonesia Bangat! Karena dibuat dari bumbu rempah-rempah khas Indonesia yang jumlahnya lumayan lengkap.
Garih adalah ikan yang diasinkan tapi biasanya tidak terlalu kering , masih ada ba'al-nya (basahnya)sedikit, haruan adalah ikan gabus (Channa striata) sedangkan batanak secara leksikal artinya adalah memasak.Â
Mungkin, makna gramatikal dari istilah kuliner Garih Haruan Batanak adalah masakan berbahan dasar ikan haruan yang diasinkan berikut ubarampe-nya (Bhs Jawa ; perlengkapannya).Â
Masyarakat Banjar, biasanya menggunakan ikan jenis haruan atau ikan gabus yang sudah diasinkan untuk bahan mengolah kuliner garih batanak ini, karena tidak se-asin ikan telang atau juga Jambal, selain itu garih ikan haruan juga berdaging tebal dan tekstur dagingnya terasa pas jika digigit.Â
Tapi, tetap harus hati-hati ya, karena ikan haruan seperti layaknya ikan-ikan lainnya juga mempunyai duri lho! Tapi jangan kuatir, durinya besar-besar kok jadi relatif lebih mudah dilihat sekaligus dibersihkan. Disinilah menurut saya seninya makan garih batanak dari ikan haruan, pelan-pelan dan teliti. Penasaran kepingin tahu rasanya!? Eiiiits, tunggu dulu! jangan kepingin tahu rasanya saja! Cara membuatnya juga dong....
Ini dia resep sekaligus step by step cara membuat hidangan murah meriah dan simple  tapi cita rasanya super menggoda ini,
Bumbu :
- Â Â 5 butir bawang merah
- Â Â 5 siung bawang putih
- Â Â 1 ruas jari jahe
- Â Â 1 ruas jari kunyit
- Â Â 3 butir kemiri
- Â Â Secukupnya Ketumbar
- Â Â Secukupnnya merica
- Â Â 1 batang serai, ambil bagian putihnya, memarkan
- Â Â 2 lbr daun jeruk purut
Bahan-bahan :
- Â Â 1/2 kg garih ikan haruan kering/ikan jenis lain sesuai selera, rendam air bersih sekitar lima menit atau sesuai kebutuhan
- Â Â 3 buah tomat mentah
- Â Â 10 buah belimbing wuluh
- Â Â 2 biji cabe merah/hijau besar, iris miring
- Â Â Segenggam daun kemangi (tentative/jika suka)
- Â Â 2 sdm minyak untuk menumis
- Â Â Secukupnya santan siap pakai
Cara Memasak :
1. Â Cuci bersih garih ikan haruan kering dan potong sesuai selera.
2. Â Kecuali serai dan daun jeruk, haluskan semua bumbu.
3. Â Panaskan wajan, tambahkan minyak goreng lalu tumis bumbu halus hingga tercium harum. Tambahkan segelas air/sesuai kebutuhan, lalu masak hingga mendidih.
4. Â Masukkan garih ikan haruan dan masak kembali hingga ikan matang.
5. Tambahkan santan dan aduk rata, masak hingga mendidih sambil terus diaduk. Terakhir sebelum diangkat, masukkan daun kemangi, belimbing atau tomat dan cabai rawit. Setelah dirasa cukup, angkat masakan dan tuang dalam wadah untuk dihidangkan.
Tambahan :
1. Jika masakan kurang asin, bisa ditambah garam sesesuai selera. Bila menginginkan rasa gurih, bisa juga menambahkan penyedap rasa atau gula secukupnya.
2. Tomat dan belimbing wuluh, sebagai pencitarasa asam bisa dipilih salah satu. Tapi jika menyukai keduanya atau dirasa kurang rasa asamnya, bisa juga dipakai keduanya.
3. Jika sensitif terhadap garih haruan/jenis ikan asin atau khawatir adanya kandungan bahan berbahaya dalam ikan asin, bisa juga kok menggunakan ikan segar sebagai alternatif, tapi namanya bukan garih batanak lagi ya.....he...he...he...
Silakan mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H