Nama-nama tokoh dalam cerita Si Palui sebagian besar diawali dengan suku kata Tu yang merupakan singkatan dari kata Utuh, panggilan untuk anak laki-laki suku Banjar yang berarti Anak (Laki-laki).
Jadi tokoh Tulamak berasal dari dua suku kata Utuh + Lamak, Utuh = Anak, Lamak = Gemuk jadi artinya Anak Gemuk. Sedangkan Tuhalus berasal dari dua suku kata Utuh + Halus, Utuh = Anak, Halus = Kecil artinya Anak Kecil (Kecil disini bukan kecil dari segi umur, tapi kecil dari segi ukuran badan) dan untuk tokoh Tuhirang serta Tuhabuk masing-masing berasal dari dua suku kata Utuh + Hirang dan Utuh + Habuk yang artinya Hirang = Hitam sedangkan Habuk = Cokelat. Tuhirang artinya anak yang kulitnya berwarna hitam sedangkan Tuhabuk artinya Anak yang kulitnya berwarna cokelat.
Banjarmasin Post merupakan koran harian tertua dan terbesar di Kalimantan yang dibidani oleh tiga serangkai (Alm) H. J. Djok Mentaya, (Alm) Yustan Aziddin dan Pangeran Haji Gusti Rusdi Effendi AR, yang sekarang dikenal sebagai tokoh pers nasional dari Kalimantan selatan dan juga ayahanda dari Gusti Hendi, drummer band kenamaan Indonesia GIGI.
Sejak terbit pertama pada tanggal 2 Agustus 1971, melalui tangan dingin dan kelihaian mengolah cerita (Alm) Yustan Aziddin, salah satu dari trio pendiri Banjarmasin Post inilah folklore berbahasa Banjar berjudul Si Palui terlahir di dunia moderen dan sekaligus menjadi "nutrisi" penting dalam perjalanan panjang harian Banjarmasin Post dalam industri media (cetak).
Sedangkan menurut (Alm) Yustan Aziddin selaku pemilik ide pertama kali menuliskan kisah-kisah rekaan Si Palui di media moderen, mengakui bahwa ide beliau menulis Si Palui berasal dari cerita kakeknya sendiri yang sering didengarkannya saat kecil di daerah Margasari, Rantau, Kabupaten Tapin.
Sebagai folklore yang hidup ditengah-tengah masyarakat banua, Kalimantan Selatan wajar jika semua masyarakat banua tidak hanya mencintai tapi juga merasa memiliki karakter ketokohan Si Palui. Sehingga sekarang di jaman milenium ini, Si Palui sebagai tokoh dan sebagai karakter telah banyak diapresiasi oleh berbagai kalangan.Â
Ada yang menjadikannya sebagai nama kafe dan rumah makan, Layanan untuk masyarakat, judul dan tema lagu, judul film dan sinetron, gelaran festival teater, judul acara televisi dan radio bahkan sekarang sudah ada aplikasi di android untuk membaca kisah-kisah Si Palui dengan nama self titled Si Palui.Â
Dari ranah penelitian dan pendidikan sudah banyak hasil karya tulis ilmiah termasuk skripsi dan desertasi yang menjadikan Si Palui berikut aspek kehidupan yang menyertainya sebagai obyek penelitian. Terakhir, naskah asli Si Palui ketikan dari (Alm) Yustan Azidin telah masuk dalam jajaran koleksi khusus dari museum pers di Surakarta.
Baca Juga:
- Unda-Nyawa, Ini "Lo-Gue" Versi Bahasa Banjar!
- Bapukung, Tradisi Tua Meninabobokan Bayi Khas Suku Banjar
- Mencicipi Legitnya Tapai Gambut yang Melegenda
- Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin
- Inspirasi di Balik Berdirinya Markas Besar PBB "Bungas" di Banjarmasin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H