Don't judge book by its a cover Â
Pepatah kuno dari negerinya John Lennon yang secara umum bisa dimaknai jangan menilai segala sesuatu hanya dari yang tampak di depan mata ini, sepertinya cocok untuk menggambarkan realitas salah satu kuliner khas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan yang dibalik kesederhanaan tampilannya ternyata menyimpan citarasa juara, citarasa istimewa hasil racikan ragam bumbu rempah khas tradisi kuliner Suku Banjar,  yaitu Nasi Itik  Gambut.
Baca Juga :Â Menikmati Musik Panting & Soto Banjar di Tepian Sungai Martapura Banjarmasin
Selain tampilannya yang memang sangat sederhana, hanya berupa nasi putih dengan lauk olahan itik atau bebek yang dagingnya cukup renyah alias lembut dan tidak alot dengan bumbu masak habang khas Kalimantan Selatan yang bercitarasa cenderung manis gurih mirip bumbu Bali yang suedaaaap (ada juga beberapa warung yang menambahkan sedikit mie goreng untuk variasi), cirikhas kesederhanaan lain yang sering mengecoh "citarasa juara"  Nasi Itik  Gambut adalah fakta unik tempat-tempat masyarakat bisa mendapatkan kuliner yang cocok untuk menu makan berat kapan saja, sarapan pagi, makan siang maupun malam ini.
Baca Juga :Â Romantika Seputar Vermaak Wajah "Pasar Kindai Limpuar" Gambut
Lokasi kawasan ini sangat strategis. Â Lokasi ini merupakan lokasi premium di Kalimantan Selatan, sebagai jalur utama transportasi dari Kota Banjarmasin ke Bandar Udara Syamsuddin Noor di Banjarbaru dan Kota Banjarmasin ke komplek Kantor Gubernur di Banjarbaru plus jalur darat satu-satunya yang reperesentatif untuk jalur koneksi antar propinsi di Kalimantan (Kaltara-Kaltim menuju Kalteng-Kalbar atau sebaliknya) Â tidak heran jika kawasan ini disebut-sebut sebagai etalase-nya Kalimantan Selatan.Â
Baca Juga :Â Menikmati Diplomasi Rendang di Daerah Terdampak Bencana Alam
Daerah ini, sebelumnya dikenal sebagai lumbung padi-nya Kalimantan Selatan. Dari lahan sawah di daerah inilah aneka beras Banjar dengan kualitas terbaik seperti siam unus, siam unus mutiara dan yang lainnya dihasilkan.
Baca Juga :Â Singgah di "Kampung Jagung Manis" Bati-Bati, Tanah Laut
Pada dasarnya, diantara keduanya tidaklah jauh berbeda. Bahkan, secara materi keduanya bisa dibilang sama persis, yaitu sama-sama berisi nasi putih (dari beras unus mutiara) dan lauk berupa itik masak habang. Bedanya, kalau untuk nasi bungkus biasanya, warung atau kedai penjualnya tidak hanya menjual lauk itik masak habang saja, tapi juga lauk ikan haruan/gabus, hintalu itik/telur itik, hati dan ayam yang semuanya dimasak dengan bumbu masak habang, khusus untuk pembeli lauk itik masak habang, tentu tidak bisa memilih isi lauk itik masak habangnya. Situasi ini tentu berbeda dengan penikmat nasi itik habang untuk saji di piring, dimana pelanggan bisa memilih dan meminta bagian-bagian itik untuk lauk, mau potongan bagian paha, dada atau yang lainnya.
Diantara sekian banyak itu, sejauh ini terdapat dua nama warung atau kedai Nasi Itik Gambut yang paling dikenal masyarakat Banjar dan sekitarnya yaitu Warung Tenda Biru dan Warung Mama Baiti. Kedua warung ini tidak pernah sepi dari pelanggan baik pagi, siang maupun malam.Â
Baca Juga :Â Kegundahan di Balik Nikmatnya Nasi Kuning Dendeng Rusa, Khas Banjarmasin
Itu juga yang terjadi pada selera keluarga saya terhadap Nasi Itik Gambut. Orangtua saya, yang pertamakali memperkenalkan saya kepada Nasi Itik Gambut di awal tahun 2000-an, saat itu masih berupa sate itik (Gambut) bukan Nasi Itik Gambut seperti saat ini, sejak dulu mempunyai warung Nasi Itik Gambut langganan yang lokasinya di seberang jembatan sebelah kiri Pasar Kindai Limpuar yang halaman bagian depannya juga dimanfaatkan oleh sebagian pedagang ayam untuk menggelar dagangan.Â
Memasuki kedai yang tampak adem ayem ini, kita seperti dibawa berkelana ke warung-warung bahari (baca : jaman dulu) di era 70-80an yang banyak menonjolkan interior berbahan kayu yang semakin memperkuat kesan sederhana bangunan berkonstruksi kayu yang hampir semuanya dicat warna biru itu. Dinding bagian belakang warung yang juga terpasang meja kayu merupakan bagian yang paling menarik perhatian saya. Di dinding inilah ruang dialektika budaya dan agama bertemu di dalam warung atau kedai ini.
Baca Juga :Â Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin
Sisi unik lainnya dari kedai ini, hampir satu jam saya dan  keluarga berada di dalam kedai, tidak sekalipun melihat pembeli berusia muda diantara pembeli yang keluar masuk. Semua pembelinya adalah bapak-bapak berusia lanjut.Â
Tertarik mencoba Nasi itik Gambut? Berikut nuansa unik dari kedai atau warung-warung sederhana yang menjualnya? Ayoooo jalan-jalan ke Banjarmasin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H