Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Terbujuk Nostalgia, Bakwan Malang "Pikulan" Ini Sedapnya Unik

18 November 2018   21:42 Diperbarui: 20 November 2018   01:46 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khususnya perumahan-perumahan yang memang mengijinkan dirinya masuk dan menjajakan Bakwan Malangnya.Tapi rute ini kemungkinan nantinya juga akan terus berubah, seiring dengan potensi pasar dan juga personil penjaja yang kata boss-nya akan terus ditambah orangnya.

Saat berangkat, berat beban pikulan dagangan Bakwan Malangnya menurut Cak Mat sekitar 40-45 kg. “Jadi tidak lebih berat dari satu sak semen”, Kata Cak Mat yang mulai berangkat berjualan sekitar pukul 09.00 WITA dan akan pulang sekitar pukul 17.00 WITA.

Isi Lengkap Kotak Kayu Berkaca (Foto : @kaekaha)
Isi Lengkap Kotak Kayu Berkaca (Foto : @kaekaha)
Berbeda dengan cara menjual Bakwan atau Bakso yang manggon atau menetap yang biasanya isian menu bakwan atau bakso dan harga perporsinya sudah tetap, maka kalau berjualan dengan cara keliling seperti Cak Mat sebagian besar pembelinya menentukan sendiri apa jenis isian yang mau dimakannya yang otomatis juga menentukan harga yang harus dibayar.

Sangat jarang pembeli mengikuti menu dan harga porsian yang sebenarnya sudah ditentukan oleh Cak Mat. “Inilah seninya menjajakan Bakwan keliling, Mas! Beli Lima ribuan-pun juga saya layani”, Kata Cak Mat.

Baca Juga : Menikmati Diplomasi Rendang di Daerah Terdampak Bencana Alam

Selama seminggu menjajakan Bakwan Malang di Banjarmasin, bayak cerita menarik yang dialami oleh Cak Mat. Salah satunya terkait penyebutan pentol halus saat Cak Mat beberapa kali melayani pembelinya yang (mungkin) kebetulan urang banua  alias Orang Banjar asli.

Beberapa pembeli selalu menolak terus jika ditawari pentol halus. "Kenapa Ya? Bingung saya, Mas" Kata Cak Mat. Saya langsung tertawa mendengar keluhan Cak Mat terkait pentol halus-nya yang selalu ditolak oleh pembeli.

Pembeli Bebas Memilih Isian (Foto : @kaekaha)
Pembeli Bebas Memilih Isian (Foto : @kaekaha)
"Cak Mat, dalam bahasa Banjar, kata halus itu artinya kecil. Jadi, kalau Cak Mat menawari pentol halus selalu ditolak karena dikira Cak Mat menawari pentol berukuran kecil"  Jawab saya yang membuat Cak Mat tersenyum sendiri. 

"Makanya,  Cak Mat harus segera belajar bahasa Banjar! Biar nggak sering salah paham", Saran saya pada Cak Mat.

Selain itu, pelanggan juga banyak yang salah sangka membaca kata "bakwan" di depan kata Malang. Di Banjarmasin, kata bakwan artinya gorengan yang di Jawa disebut Ote-Ote, Heci atau Hongkong sebutan dari orang Jember dan sekitarnya. Makanya ketika membaca Bakwan Malang dikiranya gorengan dari Malang.

Tampak samping Kotak Kaca berisi Mie Kuning dan Mangkok (Foto : @kaekaha)
Tampak samping Kotak Kaca berisi Mie Kuning dan Mangkok (Foto : @kaekaha)
Sedangkan terkait Perbedaan antara Bakso Malang dan Bakwan Malang yang juga sangat sering ditanyakan oleh pembelinya, Cak Mat juga memberi penjelasan kalau yang namanya Bakwan Malang itu ya Bakso khas Malang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun