Kain sasirangan adalah kain tradisional khas suku Banjar yang sebagian besar berdomisili di bagian tenggara Pulau Kalimantan yang sekarang kita kenal sebagai Propinsi Kalimantan selatan. Nama "Sasirangan" sendiri sebenarnya merupakan sebuah kata kerja yang diadopsi dari cara atau proses pembuatan kain.
"Sa" berarti "satu" dan "sirang" berarti "jelujur/lajur". Secara harfiah sasirangan bisa dimaknai sebagai proses pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali lainnya kemudian diwarnai dengan cara dicelup dengan warna serta bahan pilihan (sintetis/alami) sesuai dengan kebutuhan pewarnaan.
Menurut budayawan Banjar, H.M. Syamsiar Seman dalam buku karyanya “Sasirangan Kain Khas Banjar”, setidaknya dikenal 21 motif tradisional kain Sasirangan, diantaranya;
Seperti sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), hiris gagatas (irisan kue gagatas), kambang sakaki, ingkang, bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), ular lidi, Mayang maurai, dan jajumputan (jumputan).
Selain itu ada pula kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putrid menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan banawati (warna pelangi).
Menurut sejarahnya, masing-masing motif kain sasirangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam pemanfaatannya, khususnya dalam ritual upacara adat suku banjar. Ada yang khusus untuk batatamba (pengobatan orang sakit), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.
Seiring dengan semakin mendunianya kain Sasirangan, memang ada pergeseran pada peruntukan kain sasirangan. Sekarang, kain sasirangan tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar semata, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya.
Sekarang, ditangan-tangan kreatif, kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, bahkan dalam beberapa tahun terakhir Sasirangan mulai bertransformasi dalam ragam bentuk dan aplikasi yang lebih bervariasi.
Cara Simpel, kreatif dan Anti ribet Melestarikan Sasirangan.
Kreativitas urang Banjar melestarikan Sasirangan, dimulai dari keberaniannya untuk out of the box, yaitu keluar dari pakem Sasirangan sendiri.
Jika melihat dari asal usul namanya, Sasirangan merupakan proses yang hanya bisa diaplikasikan pada kain saja. Ini yang dibikin simpel sama urang Banjar! Sekarang, Sasirangan bisa diaplikasikan secara kreatif menjadi ornamen estetis penghias berbagai obyek produk, seperti dinding bangunan, mobil, taman, jembatan, kue bahkan pepohonan.
Berikut beberapa kreativitas urang Banjar dalam mengekspresikan kecintaannya kepada Sasirangan,
Rumah yang terletak di jalan Mahligai atau handil jatuh ini milik dari seorang perajin kain Sasirangan, selain representasi sekaligus promosi dari usahanya dengan dicat motif Sasirangan, rumah ini jadi terkenal lho...
Botol AMDK
Produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) lokal dari Banjarmasin merek “Prof”ini dengan bangganya menjadikan motif Sasirangan sebagai identitas produknya.
Klub sepakbola profesional yang didirikan oleh Haji Leman ini dengan bangganya, juga menjadikan motif Sasirangan sebagai identitas dari Jersey kebangaannya, baik untuk laga kandang maupun laga tandang.
Pohon
Pohon peneduh yang batangnya berhias motif Sasirangan yang antik ini lokasinya ada di Kota Martapura, Ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tepatnya di depan perkantoran UPTD Kab. Banjar di jalan Ahmad Yani, tidak terlalu jauh dari Alun-alun Ratu Zaleha dan pusat pertokoan Intan dan batuan mulia, Cahaya Bumi Shalawat.
Sampul buku
Sampul buku dengan motif Sasirangan ini relatif mudah untuk didapatkan, selain karena menjadi sampul wajib bagi buku tulis catatan siswa, cantiknya ragam motif Sasirangan yang di diaplikasikan dalam sampul buku juga menjadi daya tarik tersendiri.
Penghias dinding dan Taman
Sekolah SDIT Ukhuwah yang terletak di Komplek Handayani jalan lingkar selatan ini, bisa dibilang sebagai sekolah pelopor pelestari Sasirangan.
Di sekolah ini, semua dinding pagar dan luar ruang yang terbuka tidak satupun yang lepas dari ornamen indah Sasirangan. Bahkan ruangan kantinnya semua full Sasirangan.
Papan Nama Sungai
Banjarmasin, kota tua yang mempunyai julukan sebagai Kota 1000 Sungai ini memang mempunyai banyak sekali daerah aliran sungai alias DAS yang membelah kota dengan ukuran yang bervariasi.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian sekaligus penghargaan kepada sungai-sungai yang telah memberi banyak manfaat pada masyarakat Kota Banjarmasin, semua sungai di Banjarmasin diberi papan nama sesuai identitas dan data-data terkait sungai tersebut. Uniknya, papan nama sungai tersebut sangat cantik dengan hiasan list ornamen motif Sasirangan.
Pasar Malabar Pasar Berwajah Sasirangan
Pasar Malabar adala salah satu dari sekitar 54 pasar tradisonal yang ada di Kota Banjarmasin yang mulai tahun 2012 di ambil alih pengelolaanya oleh Pemko Banjarmasin dan diproyeksikan menjadi pasar wisata di Kota Banjarmasin.
Untuk menambah semarak dan memberi wajah khas banua, wajah pasar rakyat ini di sulap menjadi jauh lebih cantik dengan ragam ornamen Sasirangan dengan warna-warna cerah yang memberi kesah ceria.
Keren kan, kreasi simpel antiribet ala urang Banjar dalam usahanya untuk melestarikan Sasirangan, Salah satu hasil karya cipta nenek moyang berbasis budaya khas banua yang telah berusia ratusan tahun.
Tertarik dengan Sasirangan!? Yuk jalan-jalan ke Banjarmasin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H