Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Musik Panting & Soto Banjar di Tepian Sungai Martapura Banjarmasin

2 November 2018   22:39 Diperbarui: 3 November 2018   11:07 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu seni tradisi suku Banjar yang sampai sekarang masih tetap eksis dan terus berkembang di Kota Banjarmasin adalah seni musik panting.

Seni musik ensemble khas banua ini merupakan orkestrasi beberapa alat musik tradisional dan modern seperti panting, babun (kendang), gong, ketipak (sejenis tamborin tapi ukurannya lebih kecil dan kedua sisinya dilapisi kulit), tamborin, seruling bambu dan biola.

Dalam perkembangan "kekinian", beberapa grup musik panting sudah banyak yang menambahkan instrumen atau alat musik standar band seperti gitar dan bass elektrik, keyboard bahkan juga seperangkat bedug Inggris atau drumset. Meskipun begitu, posisi dan peran alat musik panting dalam ensemble musik panting tetaplah menjadi leader alias paling dominan.

Baca juga : Fantastis! Harga Dua Jenis Ikan Ini Sama dengan Harga Daging Sapi

Alat musik panting merupakan alat musik petik khas Kalimantan Selatan yang bentuk fisik dasarnya mirip dengan alat musik gambus atau gitar gambus Arab. Bedanya pada ukurannya yang lebih kecil dan adanya hiasan berupa ukiran pada bagian kepala dan atau lukisan dengan motif khas Kalimantan Selatan di beberapa bagian.  

Nama alat musik "Panting" yang dalam bahasa banjar berarti petik, mengadopsi dari cara memainkannya yakni, membunyikan senar dengan teknik petikan/sentilan. Awalnya, "Panting" hanya memiliki tiga helai tali atau dawai, yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda-beda. 

Tali pertama disebut pangalik, yaitu tali yang fungsi bunyinnya sebagai penyisip nyanyian atau melodi. Tali kedua, disebut panggundah atau pangguda yang digunakan sebagai penyusun lagu atau paningkah. Sedang tali ketiga disebut agur yang berfungsi sebagai pengatur tempo musik, fungsinya sama dengan instrumen bass pada komposisi band.


Untuk tali atau dawai "Panting", pada masa lalu dibuat dari haduk hanau (ijuk), serat nenas atau serat kulit kayu bikat, tapi sekarang masyarakat lebih banyak memakai benang nilon atau kawat (string) untuk dawai panting, karena lebih mudah didapatkan dan bunyinya yang jauh lebih ulem atau lebih enak didengar.

Baca Juga : Unda-Nyawa, Ini "Lo-Gue" Versi Bahasa Banjar!

Uniknya, Seiring semakin kreatifnya para perajin panting, ornament penghias badan panting juga semakin variatif dan tentunya semakin menarik. Hal ini menyebabkan adanya pelebaran fungsi alat musik panting. 

Sekarang panting tidak hanya populer untuk dipetik dawainya dan dinikmati alunan nada-nada indahnya, tapi juga mulai populer sebagai buah tangan alias oleh-oleh untuk sanak saudara, karena sangat cocok juga menjadi elemen seni penghias ruangan. Mau?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun