Selayang Pandang Boomerang
Bagi para penggemar musik rock Indonesia, terutama generasi akhir 90-an sampai awal milenium, tentu sangat familiar dengan nama band cadas beraliran Hard rock asal Surabaya, Boomerang.
Band yang lahir dengan nama Lost Angels ini bisa merajai pentas panggung musik rock Indonesia setelah masuk finalis di ajang Festival Musik Rock Indonesia ke-7 tahun 1993 yang diadakan oleh salah satu promotor musik rock kenamaan Indonesia yang juga berasal dari Kota Buaya Surabaya, Log Zelebour.
Tradisi hadiah bagi juara pertama Festival Musik Rock Indonesia adalah kontrak otomatis alias bisa masuk dapur rekaman untuk merilis album dengan Loggis Record, perusahaan rekaman milik Log Zelebour yang memang mendedikasikannya untuk memproduksi musik rock Indonesia. Sedangkan untuk 10 finalis termasuk juara pertama akan dibuatkan album kompilasi 10 finalis Festival Musik Rock Indonesia.
Nasib baik berpihak pada Lost Angels yang saat itu diperkuat oleh Roy Jeconiah Isoka Wurangian (Vokal), John Paul Ivan (Guitar), Hubert Henry Limahelu (Bass) dan Petrus Augusty (Drum). Meskipun hanya masuk dalam 10 besar pada Festival Musik Rock Indonesia ke-7, mereka justeru direkrut oleh Log Zelebour untuk masuk dapur rekaman membuat album pertama bersama label Loggis Record.
Selesai rekaman dan tinggal menunggu pembuatan desain cover album, datanglah masalah yang mengharuskan mereka mengeluarkan Petrus Augusty dari formasi band.
Tepat tanggal 8 Mei 1994 atau sekitar 2 bulan sebelum rilis album pertama di awal Juli 1994, mereka sepakat mengganti nama band dari Lost Angels menjadi Boomerang. Hal ini untuk menutup semua kenangan pahit mereka dengan Lost Angels. Tapi meskipun ganti nama, warna musik yang mereka usung tetap sama dengan warna musik mereka saat masih menggunakan bendera Lost Angels, tetap nge-rooooooock dan tetap garaaang!
Setelah album ke-2 sukses dipasaran, setahun berikutnya Boomerang merilis album ketiganya dengan judul Disharmoni. Album yang masih datangani oleh Log Zelebour ini juga laris manis di pasaran musik Indonesia. Masih menawarkan musik yang garang dan ngerock, lagu-lagu seperti Generasiku, Satu dan Kisah Yang Biru seperti menjadi lagu wajib band-band rock di era itu jika main di panggung.
Setelah album Disharmoni, Boomerang sempay merilis album semi greates hits dengan judul Hits Maker. Di album yang meluncur pada tahun 1997 ini, selain berisi lagu-lagu yang pernah hits dari album pertama sampai ke-3, juga terselip 3 lagu baru, yaitu single baru Kehadiran dan lagu cover Setan Tertawa, milik Duo Kribo.
Setelah agak lama disibukkan oleh konser dan tour, akhirnya ditahun 1998 Boomerang kembali melahirkan album ke-5 mereka yang diberi judul Segitiga. Album ini menurut saya sangat istimewa dan termasuk salah satu album masterpiece dari Boomerang. Album ini merupakan wadah bertemunya energi musik rock khas Boomerang dengan estetika visual hasil intepretasi Mas Dibyo dan kebesaran serta Kejeniusan karya musik-musik legenda Indonesia.
Semua aspek atribut dalam album ini, semuanya sangat spesial! Dari sisi waktu, album ini diproduksi tahun 1997 saat krisis politik dan ekonomi melanda bangsa ini, jadi sebenarnya Log Zelebour termasuk berjudi ketika tetap nekat merilis album ini dipasaran.
Dari sisi proses kreatif, di album ini Boomerang mencoba proses kreatif yang berbeda jika dibandingkan dengan proses album-album sebelumnya. Setidaknya ada dua proses kreatif "keren" dibalik kelahiran album Segitiga ini yang layak untuk kita bedah, yaitu :
Masing-masing lagu evergreen yang akan digarap ulang untuk album ini diintrepretasikan dalam bentuk lukisan 2 dimensi oleh Mas Dibyo, seniman lukis bergaya ekspresionis-surealis produktif kelahiran Pacitan Jawa Timur.
Lukisan intrepretasi karya Mas Dibyo berupa dua segitiga yang menjadi cover depan album merupakan intrepretasi untuk judul album Segitiga, sedangkan untuk lukisan-lukisan “nyentrik” hasil intrepretasi dari masing-masing lirik lagu dalam album ini posisinya ada di cover album bagian dalam yang dibagian bawahnya masing-masing terdapat judul lagu berikut penciptanya.
Sisi materi lagu. Jika biasanya Boomerang selalu menelurkan album yang 100% adalah karya mereka sendiri, tapi di album ke-4 ini beda! Disini Boomerang mencoba menginterpretasikan lagu-lagu karya abadi milik legenda musik Indonesia yang rata-rata lahir di era 70 sampai awal 80-an ke dalam gaya musik rock khas Boomerang.
Uniknya, tidak semua materi lagu yang di ambil ber-genre rock. Ini gambling berikutnya sekaligus tantangan uniknya, tentu semua jadi penasaran! Dimainkan oleh Boomerang lagu-lagu lawas yang termasuk evergreen ini jadi lebih menarik dan akan semakin abadi atau malah jadi hancur lebur sehingga merusak citra lagu-lagu tersebut yang terlanjur dianggap sebagai legend musik Indonesia!?
Berikut daftar lagu legendaris dalam musik Indonesia yang mengisi album cover Boomerang berjudul Segitiga, yaitu
Lagu Neraka Jahanan ciptaan Ian Antono dan Ahmad Albar ini pertama kali dipopulerkan oleh Duo Kribo yang diperkuat oleh dua vokalis rock ternama pada akhir tahun 1970-an, Ahmad Albar (God Bless) dan Ucok Harahap (AKA). Lagu Neraka Jahanam ada dalam album Duo Kribo-Vol I yang rilis tahun 1977.
Berita Cuaca adalah lagu ciptaan Alm. Soedjarwoto Soemarsono atau yang kita kenal dengan nama Gombloh. Lagu sedih berirama riang ini dipopulerkan oleh kelompok musik beraliran Art Rock asal Surabaya Lemon Tree's Anno '69 yang di motori oleh Alm. Gombloh, Alm. Murri (Koes Plus), Leo Kristi dan Frangky Sahilatua. Lagu Berita Cuaca masuk dalam album ke-9 Lemon Tree's Anno '69 yang berjudul self titled Berita Cuaca yang rilis tahun 1982.
Lagu Kereta Laju merupakan lagu yang pernah dipopulerkan sekaligus diciptakan oleh Alm. Leo Imam Sukarno atau lebih dikenal dengan nama Leo Kristi penyanyi kelahiran Surabaya, Jawa Timur tahun 1949. Lagu ini masuk dalam album Konser Rakyat Leo Kristi-Nyanyian Malam yang rilis tahun 1976.
Lagu Hidupku Sunyi merupakan lagu hits yang pernah dipopulerkan oleh band The Mercy's, ciptaan dari sang vokalis yang juga pemain keyboard Alm. Charles Hutagalung. Lagu ini masuk dalam album pertama The Mercy's - Volume 1 yang rilis Pada tahun 1972 dengan label Purnama, Album yang berisi 11 lagu menelurkan hits Hidupku sunyi dan Kisah Seorang Pramuria.
Anggota The Mercy's lainnya adalah Erwin Harahap (Gitar), Rinto Harahap (Bass) selanjutnya dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu, Rizal Arsyad (Gitar Rhythm) dikenal sebagai mantan suami penyanyi IIs Sugianto, Reynold Panggabean (Drum) dikenal sebagai mantan suami Camelia Malik dan pendiri grup dangdut Tarantula, Albert Sumlang (Saxophone) dan Iskandar (vokal) yang akhirnya mengundurkan diri karena memilih kuliah dan posisinya lalu digantikan oleh Charles Hutagalung.
The Gembell’s adalah band rock "terpelajar" asal Surabaya yang berdiri pada tahun 1969. Band ini beranggotakan para mahasiswa dari beberapa universitas di Surabaya yang dimotori oleh Victor Nasution pemuda perantauan dari Tapanuli Selatan. Nama The Gembell’s bukan diambil dari kata gembel yang sebenarnya, tapi merupakan singkatan dari "Gemar Belajar". Jadi pantas saja kalau mereka dijuluki sebagai band rock terpelajar! Apalagi seandainya banyak yang tahu jika salah satu personilnya kelak menjadi guru besar bergelar professor di salah satu perguruan Tinggi Negeri bergengsi di Kota Kembang, Bandung! Ada yang tahu siapa dia...?
Personil awal The Gembell's selain Viktor Nasution (Gitar,Vokal) adalah Minto Muslimin (drum), Rudy Anand (gitar), Abu Bakar (bass), dan Anas Zaman (keyboard). Lagu-lagu hits mereka antara lain Pahlawan Yang Dilupakan, Balada Kalimas, Surapati Wira Negara, Dola-Doli, Hey Dokter dan Peristiwa Kaki Lima yang pernah dicekal RRI Surabaya.
Superkid adalah band berformat minimalis asal Bandung yang beranggotakan Deddy Stanzah (bass, vokal), Deddy Dorres (vokal, gitar, keyboard) dan Jelly Tobing (drums, vokal). Band yang digagas oleh jurnalis Denny Sabri ini juga pernah mempopulerkan lagu Hilangnya Seorang Gadis, sedang lagu Preman masuk dalam album ke-3 Superkid yang rilis tahun 1978 dengan judul Superkid 1978.
Lagu Kisah Seorang Pramuria ini merupakan lagu ciptaan Hengky MS gitaris Black Brothers yang masuk dalam album Black Brothers- Volume 1 rilis tahun 1976. Band yang lahir dari Papua ini juga beranggotakan Benny Betay (bas), Jochie Phiu (kibor), Amry Tess (terompet), Stevie MR (drum), Sandhy Betay (vokal), Marthy Messer (lead vokal), dan David (saksofon).
Selain fenomena lagu Kisah Seorang Pramuria, Black Brothers juga mempunyai fenomena lagu menarik lainnya yang layak untuk diapresiasi, yaitu terkait lagu berjudul Persipura yang juga masuk pada album Black Brothers- Volume 1. Lagu Persipura ini bisa jadi merupakan lagu dukungan untuk klub sepakbola pertama yang lahir di Indonesia! Wooow keren kan!
Hanya Bila Haus di Padang Tandus - The Rollies (1976)
Lagu Hanya Bila Haus di Padang Tandus ini merupakan karya Johanes Purba yang masuk dalam album Bimbi (Vol.3) yang dirilis tahun 1978 oleh label Musica Record. Lagu berirama pop manis ini dinyanyikan dengan apik oleh Bangun Sugito yang kita kenal dengan Gito Rollies,vokalis utama dari band beraliran jazz rock, pop, soul funk yang dibentuk di Bandung tahun 1967 dan populer di era 60-an sampai dengan akhir 90-an.
Personil The Rollies / New Rollies antara lain Bangun Sugito / Gito Rollies (vokal), Delly Joko Arifin (keyboards/vokal), Teungku Zulian Iskandar (saxophone), Benny Likumahuwa (trombon), Bonny Nurdaya (gitar), Oetje F Tekol (bass), Jimmy Manoppo (drum), Didit Maruto (Trumpet) dan juga pendiri dan mantan personilnya almarhum Deddy Stanzah dan Iwan Krisnawan.
Setan Tertawa merupakan lagu cadas dengan nafas rock yang cukup kental karya Donny Fatah Gagola, Bassis dari Godbless yang masuk dalam album self titled godbless. Album yang dirilis tahun 1976 ini merupakan album perdana GodBless yang saat itu digawangi oleh Ahmad Albar (Vokal) Donny Fattah Gagola (bass), Jockie Surjoprajogo (keyboard), Ian Antono (gitar) dan Teddy Sujaya (drum).
Mana lagu favorit anda!?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H