Selamat Hari Batik Indonesiaku!  Sejak tahun 2010, tanggal 2 Oktober di peringati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Batik Nasional, yaitu satu hari spesial yang didedikasikan seluruh elemen bangsa untuk meningkatkan martabat bangsa Indonesia  dan citra positif di forum internasional dengan mengapresiasi serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan terhadap batik sebagai salah satu hasil karya cipta para leluhur yang sangat layak untuk di lestarikan.
Tanggal 2 Oktober diabadikan sebagai Hari Batik Nasional, melalui penerbitan Keputusan Presiden No 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional, pada tanggal 17 November 2009. Penetapan ini mengambil momentum dari pengakuan  UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), badan PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan yang mengukuhkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Tahun 2018 ini, peringatan Hari Batik Nasional yang memasuki edisi ke-9 mengambil tema sentral "PARAS BATIK NUSANTARA". Tema ini jelas mengambil latar dari keragaman "paras" batik di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan membawa keanggunan, kecantikan, keunikan dan kekhasan masing-masing.
Keragaman "paras" dari batik-batik yang tumbuh di seluruh pelosok nusantara merupakan kekuatan pesona Indonesa yang sangat luar biasa, khususnya kekayaan budaya (batik) Indonesia dan ini tidak ada duanya di muka bumi! Tidak ada satupun negara di muka bumi ini yang memiliki kekayaan desain motif batik sebanyak yang di miliki oleh bangsa Indonesia.
Seni pewarnaan dengan teknik perintang yang sekarang kita kenal dengan membatik telah dikenal sejak abad ke-4 SM, dibuktikan dengan ditemukannya kain pembungkus mumi yang bentuk polanya terbentuk dari lapisan malam.Â
Sedangkan di Asia, teknik mewarna yang mirip dengan teknik membatik sudah ada di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-907) serta di India dan Jepang pada pasa Periode Nara (645-794). Hanya saja, kawasan nusantara merupakan satu-satunya kawasan yang secara konsisten menerapkan teknik mewarna dengan perintang dari bahan malam ini. Sehingga, perkembangannya relatif terjaga bahkan sampai sekarang!Â
Memang, secara teoritis kemunculan serta eksistensi batik dalam peradaban seni dan budaya nusantara (baca : Indonesia) memang mempunyai banyak versi, baik dari sisi waktu, asal muasal maupun subyek pelaku sejarahnya. Salah satu pendapat yang relatif populer adalah catatan Rens Heringa, pada karya bukunya Fabric of Enchantment : Batik from the North Coast of Java (1996) yang menyebutkan batik pertama kali ada di Indonesia sekitar tahun 700-an. Diperkenalkan oleh orang India, pada saat Raja Lembu Amiluhur (Jayanegara), yang merupakan raja kerajaan Janggala menikahkan putranya dengan seorang putri India.Â
Setelah itu, batik mulai berkembang di berbagai tempat dengan pola yang beragam. Salah satu, bukti tertua keberadaan batik di Indonesia bisa dilihat pada detail pola-pola batik berpola sulur tumbuhan dan kembang-kembang pada pakaian arca Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan dari abad ke-13 yang ditemukan di Jawa Timur. Menurut beberapa peneliti, kerumitan pola batik pada pakaian arca tersebut hanya bisa dihasilkan dengan menggunakan canting. Artinya, canting sebagai alat pembatik sudah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau sebelumnya, dan bisa jadi canting memang muncul dari tradisi leluhur masyarakat Jawa.
Dari beberapa hipotesis diatas bisa diambil simpulan, perjalanan batik menjadi bagian dari seni budaya bangsa Indonesia sudah sangat panjang dan lama. Bila ditarik garis lurus dari teori Rens Heringa, lebih dari 13 abad nusantara mengenal batik. Wooow!Â
Perjalanan panjang batik dalam sejarah peradaban masyarakat nusantara sampai diakui sebagai warisan non benda untuk dunia internasional bukanlah perjalanan instant, singkat dan langsung jadi. Sempat dianggap sebagai pakaian jadul alias jaman dulu, pakaian kondangan sampai pakaian yang identik dengan orang tua, menyebabkan batik pernah hampir ditinggalkan dan dilupakan oleh masyarakat, khususnya generasi muda!
Tapi, titik balik yang menjadi momentum bersejarah itu akhirnya datang juga! Lucunya yang menjadi pemicu justeru negari jiran Malaysia. Lho kok bisa!? Gara-gara berita heboh batik yang diklaim milik Malaysia, tiba-tiba sense of belonging masyarakat Indonesia terhadap batik langsung melesat tinggi.
Saat itu, masyarakat Indonesia seperti baru saja tersadar dari tidur yang teramat panjang. Sengatan dari negeri jiran tersebut memberi efek kesadaran masyarakat terhadap batik sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan.
Secara formal, kebangkitan batik sebagai salah satu karya besar nusantara untuk dunia menemui momentumnya pada tanggal 2 Oktober 2009. Sejak saat itu, batik seperti mendapatkan ruang hidup yang baru yang lebih representatif. Sejak saat itu, batik "kembali" mendapatkan ruang apresiasi yang lebih baik dari seluruh masyarakat Indonesia dari seluruh pelosok tanah air, anak-anak sekolah kembali bangga mengenakan batik pada hari Jumat dan Sabtu, hampir semua instansi pemerintah dan BUMN yang mengharuskan karyawannya memakai batik pada hari Jumat.
Menurut mantan Walikota Solo yang akrab dipanggil Jokowi ini, "Lebih bagus batik daripada jas. Batik itu ciri khas Indonesia, sedangkan jas kan bukan," ujar Jokowi. Jokowi berharap, pejabat pemerintah dan pegawai negeri sipil mengenakan baju batik atau kemeja putih empat kali dalam seminggu. "Jadi, pakai jas, ya, sekali atau dua kali setahun saja," ujar Jokowi yang saat itu langsung disambut dengan riuh tepuk tangan tamu yang datang. Pernyataan sederhana ini tentu menjadi sangat berarti ketika diucapkan oleh seorang presiden, seorang front man dari negara besar yang penuh dengan fragmen kebhinekaan! Seperti Indonesia.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga memberikan beberapa pernyataan praktis dan strategis terkait kemungkinan batik menjadi pakaian seragam pejabat-pejabat teras dan aparat sipil negara Indonesia. Menurutnya, "Seharusnya pejabat Indonesia sering mengenakan baju batik! Kan, jenis batik kita itu banyak dari Sabang sampai Merauke ada. Karena itu, pemakainya dapat berganti motif batik setiap hari. Misalnya dua hari pakai batik Jawa, dua hari lagi batik Sumatera, begitu seterusnya," ujar Jokowi.
Ucapan Presiden Jokowi tentang banyaknya jenis batik Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke diatas tentu bukan sebuah pepesan kosong semata. Kalau dulu, orang lebih mengenal batik sebagai produk budaya domain masyarakat Jawa, seperti Solo, Jogja, Pekalongan dan Cirebon semata.
Sekarang beragam batik dengan motif cantik, elegan dan berkarakter juga banyak bermunculan, tumbuh, berkembang dan mekar berseri-seri di berbagai daerah di seluruh pelosok Indonesia. Mulai dari masyarakat Papua sampai masyarakat Sumatera semuanya mempunyai jenis batik khas daerah masing-masing yang tentunya mengusung rasa bahan, pola desain, proses produksi, teknik pewarnaan sampai pola sebaran yang menjadi cirikhas dan ciriunik masing-masing daerah.
Sebagai contoh sederhana, berdasar lokasi daerahnya batik di kelompokkan menjadi batik pesisir dan batik pedalaman yang tentu mempunyai ciri khas berbeda. Batik pesisir sudah pasti muncul dan berkembang di daerah-daerah pesisir seperti Cirebon, Pekalongan bahkan Madura. Biasanya desain sampai pewarnaan batik mereka menyerap berbagai pengaruh dari para pendatang asing yang singgah  dan berhubungan dengan masyarakat pesisir yang biasanya ditandai dengan batik ddengan komposisi warna yang ngejreng atau warna-warna cerah dan pola penggambaran ornamen yang lugas tanpa simbol atau abstraksi. Jika menggambar pola burung merak, maka yang mucul pada media kain memang benar-benar burung merak seperti aslinya plus warnanya yang full colour.
Ciri berbeda, bisa di ambil dari batik dari wilayah yanglebih ke tengah atau ke dalam lagi di Pulau Jawa, yaitu Solo atau Jogjakarta. Dari kedua daerah ini, corak batik yang dihasilkan mempunyai warna yang lebih kalem (soft) tidak semeriah warna batik-batik pesisir. Selain itu batik Jogjakarta atau Solo kebanyakan menampilkan ornamen tumbuhan atau hewan tidak secara langsung seperti wujud aslinya, tapi menampilkan dalam bentuk simbol atau abstract setelah melalui proses stylish.
Salah satu daerah pesisir yang sejak dulu dikenal sebagai sentra produsen batik di Indonesia adalah si-Kota Udang, Cirebon. Di Cirebon awalnya batik tumbuh dalam lingkunan keraton, yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman yang kemudian bisa menyebar keluar lingkungan keraton setelah dibawa oleh para abdi dalem yang bertempat tinggal di luar keraton.
Inilah uniknya batik Cirebon! Meskipun dikenal sebagai kantong produsen batik pesisir yang khas, ternyata Cirebon juga mempunyai jenis batik lain yang mempunyai catatan sejarah cukup panjang, yaitu batik keraton!
Secara umum, Batik Cirebon dikenal mempunyai dua jenis ornamen batik yaitu batik keraton dan batik pesisir. Motif batik keraton seperti ornamen Paksi Naga Liman, Siti Inggil, Kanoman, Taman Kasepuhan, dan Taman Sunyaragi tergolong jenis batik klasik yang memiliki pola baku, berwujud simbolis dan bermakna religius. Menurut sejarahnya, batik keraton dihasilkan para putri keraton di kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.
Sedangkan untuk motif pesisir muncul karena sifat masyarakat Cirebon yang memiliki karakter terbuka terhadap budaya asing yang akhirnya membawa mereka juga untuk mempelajari seni batik sebagai barang dagangan. Sebagai salah satu kota pesisir di jalur Pantura, Pulau Jawa, sejak abad 16 Cirebon telah menjadi  tempat persinggahan pedagang asing dari Arab, Tiongkok, India dan Persia. Kehadiran pedagang asing tersebut selain berdagang juga menyebarkan agama Islam yang pada giliranya memunculkan akulturasi beragam budaya yang akhirnya menghasilkan banyak tradisi baru di Cirebon, termasuk diantaranya batik Cirebon pesisiran yang mempunyai pola sangat dinamis dan mengikuti permintaan pasar. Contoh ornamenya antara lain, Paksi Naga Liman pengaruh dari Persia, Soko Cino dari keramik Cina, dan Buraq dari Arab.
Secara garis besar, ornamen Batik Cirebon dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu
Wadasan : Batik yang dihasilkan biasanya disebut batik Keraton, ditandai dengan ornamen-ornamen yang berasal dari Keraton Cirebon. Nama-nama untuk motifnya antara lain adalah Singa Payung, Naga Saba, Taman Arum, dan Mega Mendung.
Geometris : Kain yang didesain sebelumnya harus diberi garis-garis dengan bantuan penggaris. Misalnya adalah motif Tambal Sewu, Liris, Kawung, dan Lengko-lengko.
Pangkaan (Buketan) : Motif batik menampilkan lukisan pohon atau rangkaian bunga yang lengkap, sering dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama untuk motifnya antara lain adalah Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, dan Kembang Terompet.
Byur : Motif batik ini ditandai dengan ornamen bunga dan dedaunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok secara penuh, misalnya adalah Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung, dan Banyak Angrum.
Semarangan : Motif ini menampilkan penataan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata agak renggang, misalnya adalah motif Piring Selampad dan Kembang Kantil.
Membicarakan keunikan Batik Cirebon, tentu ujung-ujungnya pasti menuju Trusmi. Apa itu Trusmi? Â Trusmi merupakan salah satu kawasan sentra batik Cirebonan yang sangat terkenal. Nama trusmi diambil dari sejarah pendirian kawasan itu yang awalnya berupa hutan, karena hendak dijadikan pemukiman maka warga menebang berbagai tumbuhan dalam hutan tersebut. Tapi anehnya, setelah ditebang pepohonan itu tumbuh kembali. Sehingga kawasan tersebut oleh masyarakat akhirnya dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.
Menurut sejarah, Batik Trusmi Cirebon sudah ada sejak abad ke 14. Batik Trusmi merupakan karya dari seorang pemuka agama Islam, Ki Gede Trusmi  pengikut setia Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Agama Islam di kawasan desa Trusmi. Strategi dakwah Ki Gede Trusmi  dalam menyebarkan Islam di Desa Trusmi cukup jitu, sehingga sukses menarik perhatian masyarakat desa Trusmi tersebut. Selain mengajarkan agama Islam, beliau juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga akhirnya kawasan Desa Trusmi dikenal sebagai Kampung Batik Cirebonan sampai sekarang.
Sampai sekarang, makam Ki Gede Trusmi masih terawat baik, setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.
Menggeliatnya pariwisata Cirebon tentu juga berimbas positif pada usaha souvenir  atau pernak-pernik oleh-oleh bagi para wisatawan. Untuk urusan oleh-oleh ini, dsetinasi wisata kawasan sentra batik Desa Trusmi menjadi pilihan utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Cirebon.
Situasi ini dibaca oleh pelaku pariwisata di desa trusmi yang terus berbenah. Sekarang DesaBatik Trusmi disulap menjadi One stop destination, yaitu destinasi wisata yang lengkap dalam satu kawasan.Â
Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, banyak bermunculan showroom batik dari yang kecil sampai yang terbesar plus diikuti pertumbuhan kawasan wisata dengan aneka fasilitas wisatanya. Disini, wisatawan tidak hanya bisa belanja batik, tapi juga bisa melihat pentas kesenian khas Cirebon juga wisata kuliner sampai memborong oleh-oleh di dalam satu kawasan.
Inspirasi dari BT Batik Trusmi
BT Batik Trusmi merupakan showroom pusat grosir batik Cirebon terbesar di kawasan Desa Trusmi yang didirikan oleh Sally Giovanny. Pengusaha muslimah muda, cantik dan sukses yang sekarang sedang naik daun dan menginspirasi banyak orang!Â
Dengan luas mencapai 1,5 hektar menjadikan BT Batik Trusmi sebagai outlet atau showroom Batik  terbesar di Cirebon dan  Jawa Barat  bahkan mungkin se-Indonesia yang didirikan dengan konsep one stop shopping dimana pengunjung bisa berwisata kuliner, menonton kesenian daerah khas Cirebon,  belanja berbagai aksesoris kerajinan tangan khas Cirebon, belajar membatik di workshop batik dan tentunya  sambil berbelanja batik Trusmi. Selain itu, Di sini juga terdapat tempat permainan anak-anak dan pijat refleksi bagi para pengunjung yang kelelahan.
Saat ini, showroom BT Batik Trusmi yang mempunyai tagline BTAlways Batik ini, memperkerjakan lebih dari 850 orang pekerja dan bekerja sama dengan lebih 500 pengrajin batik di desa Trusmi dan desa-desa di sekitarnya. Tidak hanya menjadi "jago kandang", tangan dingin  Sally Giovanny telah berhasil mengembangkan sayap BT Batik Trusmi- nya  menjadi beberapa showroom batik berkelas yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan.Â
Mengikuti tren milenial saat ini,  BT Batik Trusmi juga membuka toko virtual di dunia maya dengan alamat http://btbatiktrusmi.com/ . Dengan  toko virtual ini, otomais BT Batik Trusmi bisa tetap buka selama 24 jam, sehingga tetap bisa melayani pelanggan dari berbagai belahan bumi manapun kapanpun dan hasilnya mulai nampak lho! Sekarang,  penjualan Batik Trusmi sudah merambah ke mancanegara, antara lain diekspor ke beberapa  negara di Eropa dan juga Amerika.
Inilah dunia batik dengan segala pernak-perniknya. Mudah-mudahan bermanfaat dan menginspirasi semua elemen bangsa, Â agar terus bergairah untuk berkreasi melestarikan batik Indonesia. Warisan dari leluhur kita untuk anak cucu kita kelak! Jangan sampai mereka hanya mendengar dan membaca sejarah kalau kita pernah mempunyai batik!
Referensi :
http://wartakota.tribunnews.com
https://www.kompasiana.com/irwanrinaldi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H