Menurut para pedagang nasi kuning yang pernah saya tanyai terkait asal usul daging dendeng rusa yang dijualnya, rata-rata mereka tidak mengetahui asal-usul dagingnya dari mana. Umumnya para pedagang mengaku mengambil atau membeli dari penjualnya di Pasar Induk sudah dalam bentuk dendeng setengah jadi.Â
Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, ada juga kabar asal-usul daging rusa yang dijual di pasar induk, yaitu dari para pemburu yang berburu di hutan-hutan di pedalaman daerah hulu sungai Barito di Kalimantan Tangah. Tapi sayang, akurasi kebenaran berita ini juga masih samar. Atau mungkin diantara para pembaca ada yang mengetahui jalur distribusinya lebih detail?
Nasi kuning lauk dendeng rusa dan ikan haruan masak habang mungkin sudah terlanjur identik atau menjadi ciri khas kuliner nasi kuning di banua Banjar, tapi melihat fakta semakin langkanya nasi kuning dendeng rusa di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan yang dimungkinkan karena semakin sedikitnya populasi rusa di alam, sepertinya semua pemangku kebijakan terkait masalah ini harus segera merekonstruksi ulang  pola perilaku masyarakat kita, khususnya terkait salah satu identitas kuliner kita yang ternyata masih belum bisa bersikap ramah terhadap lingkungan kita sendiri.Â
Selamat Ulang tahun ke 492 untuk Smart City, Kota Banjarmasin, Bumi Antasari tercinta. Kota Seribu Sungai, Kota Seribu Masjid dan Kota Seribu Damkar ...Kayuh Baimbai, Waja Sampai Kaputing!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H