Setelah ngobrol beberapa saat, si bapak menyarankan agar memasang mesin airnya di dalam kamar mandi saja biar aman, toh ada kuncinya! Kami pikir-pikir, sepertinya ide ini yang paling masuk akal untuk meminimalisir resiko!Â
Setelah berdiskusi beberapa saat untuk menentukan "rekayasa" alur  rangkaian pipanya, Setiawan dan udin langsung mengerjakan instalasi pipanya. Karena, hari sudah menjelang maghrib, saya pamit ke Setiawan dan Udin, termasuk si bapak tukang yang masih berada disitu karena saya harus menyusul keluarga besarku yang menginap di salah satu hotel di sekitar Bandara Djuanda. Untuk pengerjaan finishing rumah semuanya saya percayakan pada Setiawan.
Setelah sepuluh hari menghabiskan waktu di Banjarmasin dengan mengambil cuti menikah plus nambah cuti tahunan, akhirnya saya pulang ke Sidoarjo dengan membawa serta permaisuriku, bidadari yang akan selalu menemaniku.Â
Setelah pesawat yang membawaku landing, Â kami langsung memesan taksi untuk tujuan dalam kota Sidoarjo. Tidak sampai 30 menit, taksi sudah berhenti di depan "surgaku"! Dengan perasaan bangga aku tunjukkan pada bidadariku, inilah surga kita sayang!Â
Setelah puas melihat-lihat hutan kecil di depan rumah yang sedikit mereduksi panasnya udara Sidoarjo. Kami masuk kedalam rumah mungil kami yang terlihat agak berdebu seperti beberapa hari nggak dibersihkan. Karena merasa kegerahan, istriku kepingin langsung mandi.Â
Setelah puas melihat-lihat hutan kecil di depan rumah yang sedikit mereduksi panasnya udara Sidoarjo. Kami masuk kedalam rumah mungil kami yang terlihat agak berdebu seperti beberapa hari nggak dibersihkan. Ketika membuka pintu rumah, betapa kagetnya kami melihat kondisi rumah yang masih berantakan.
Kecuali cat rumah yang sudah rampung, perabotan rumah dan juga alat kerja yang sepertinya milik Setiawan semuanya berhamburan. Ada apa ini? Apa yang dikerjakan Setiawan sama si Udin selama kutinggal?
Surprise belum berhenti disitu! Karena merasa kegerahan, istriku kepingin langsung mandi. Selain ku tunjukkan letak kamar mandi di belakang rumah, juga kutunjukkan anak kunci untuk membuka pintu kamar mandi yang masih tergabung dengan kunci-kunci pintu lainnya dalam satu bundel.
"Abang, kok gak ada airnya di bak!?" Teriak istriku dari dalam kamar mandi.
"Masak!? Nyalain aja pompa airnya!" Teriakku sambil menyapu lantai dalam rumah.