Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Wisata Banua] Berburu Kue Tradisional Banjar di Pasar Wadai, Kota Banjarmasin

18 Juni 2016   05:45 Diperbarui: 18 Juni 2016   14:31 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Wadai, Ajang Melestarikan Budaya Banjar Melalui Kue
Pasar Wadai Ramadan atau lebih familiar di kenal masyarakat sebagai Pasar Wadai merupakan event pariwisata tahunan yang rutin digelar oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan semua kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, setiap tahunnya selama satu bulan penuh di saat bulan Ramadan. Tujuan utama dari event ini, selain untuk menghidupkan suasana Bulan Ramadhan, juga untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kembali keberadaan berbabagi wadai khas Banjar di ruang publik masyarakat yang lebih representatif.

Seni instalasi payung dan tanggui di arena pasar wadai
Seni instalasi payung dan tanggui di arena pasar wadai
Salah satu stan di Pasar Wadai, Banjarmasin
Salah satu stan di Pasar Wadai, Banjarmasin
Pasar Wadai merupakan sebuah event bazar atau semacam eksibisi yang secara khusus menyajikan berbagai macam wadai (Bhs Banja: kue) khas atau tradisional masyarakat Banjar plus berbagai macam jenis kuliner, khususnya yang familiar untuk menu berbuka puasa. Berbeda dengan tempat penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, di Jalan Jenderal Sudirman atau di depan Kantor Gubernur lama yang dikenal masyarakat dengan pantai jodoh atau Siring Martapura Sudirman di tepian Sungai Martapura yang kebetulan saat ini sedang dalam proses perbaikan sehingga tertutup untuk kegiatan umum. Untuk tahun ini, penyelenggaraan Pasar Wadai Ramadan Kota Banjarmasin dilaksanakan di Jalan RE Martadinata atau di depan Kantor Wali Kota Banjarmasin.

Gerbang Kantor Walikota Banjarmasin
Gerbang Kantor Walikota Banjarmasin
Kawasan ini dulunya dikenal masyarakat sebagai destinasi Pelabuhan Lama. Bahkan oleh pemerintah juga sudah ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar budaya dan dikembangkan menjadi kawasan wisata edukasi dan budaya. Untuk menunjang fungsi cagar budaya sekaligus destinasi wisata edukasi dan budaya, Pemerintah Kota Banjarmasin telah melengkapi kawasan tersebut dengan taman kota dengan konsep terpadu siring Sungai Martapura yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai aktivitas kegiatan. 

Taman siring yang langsung menghadap ke sungai Martapura
Taman siring yang langsung menghadap ke sungai Martapura
Aktifitas senja masyarakat di Sungai Martapura
Aktifitas senja masyarakat di Sungai Martapura
Selain itu, Pemko Banjarmasin juga membangun panggung terbuka di area Taman Siring, tepat di bibir Sungai Martapura yang setiap akhir pekan secara reguler biasanya digunakan untuk pentas seni oleh berbagai komunitas seni di Kota Banjarmasin. Kebetulan saat saya berkunjung untuk berburu wadai di Pasar Wadai, terlihat komunitas kesenian Dayak sedang beraksi di atas panggung terbuka tersebut.

Atraksi Kelompok Kesenian Dayak di Pasar Wadai
Atraksi Kelompok Kesenian Dayak di Pasar Wadai
Berburu Aneka Wadai Khas Banjar di Pasar Wadai Ramadan
Sebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus etalase utama Propinsi Kalimantan Selatan, penyelenggaraan Pasar Wadai di Kota Banjarmasin memang relatif lebih menarik dibanding dengan event Pasar Wadai yang diselenggarakan oleh daerah lain di Kalimantan Selatan. Selain item wadai dan kuliner yang dijajakan lebih lengkap, penentuan lokasi event Pasar Wadai yang selalu ditempatkan di tepian Sungai Martapura juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung lokal dan wisatawan asing/luar daerah yang datang untuk menikmati keunikannya. Jadi, di sini pengunjung dan wisatawan yang datang bisa menikmati dua destinasi sekaligus, yaitu berbagai wadai dan kuliner khas Banjar plus keunikan aktivitas budaya sungai masyarakat Banjar yang telah berusia berabad-abad lamanya dan tentunya view cantik Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin.

Papan penunjuk arah wadai
Papan penunjuk arah wadai
Masyarakat Banjar mempunyai 41 jenis wadai tradisional yang dikenal dengan pakem atau sebutan wadai 41 sebagai warisan leluhur secara turun temurun yang dulunya 'wajib' disajikan dalam beberapa upacara adat, khususnya bagi keluarga bangsawan dan hartawan Banjar. Sebagian besar, jenis wadai tradisional Banjar mempunyai cita rasa manis yang begitu legit di lidah, sehingga sangat cocok untuk menu berbuka puasa, seperti bingka kentang, bingka barandam, wadai cincin, gagatas, kakalapun, putu mayang, amparan tatak, tapai, lam, lapis, pais pisang, wajik, agar-agar, untuk-untuk, lempeng pisang dsb. Selain jenis kue, masyarakat Banjar juga mengenal beberapa jenis bubur atau semacam bubur dengan cita rasa manis yang sangat cocok untuk berbuka puasa, seperti hintalu karuang, bubur baayak, kokoleh, dsb. 

Stand lempeng pisang dan kokoleh
Stand lempeng pisang dan kokoleh
Bingka kentang yang legit
Bingka kentang yang legit
Meskipun didominasi oleh kue dengan cita rasa manis legit, tapi bukan berarti masyarakat Banjar tidak mempunyai kue-kue/olahan nikmat yang bercitarasa lain seperti gurih dan gurih manis. Sebut saja kue ipau yang sebagian masyarakat menyebutnya dengan pizza Banjar, petah, babungku, lamang, dsb. Soal rasa jangan ditanya lagi..... Mak nyuuuuus!

Pedagang lamang di Pasar Wadai
Pedagang lamang di Pasar Wadai
Hmmmm siapa yang nggak ngikler memandangnya...?
Hmmmm siapa yang nggak ngikler memandangnya...?
Berbagai jenis wadai tersebut diatas tidak semuanya bisa didapatkan secara reguler setiap harinya, selain karena tidak ada pembuat secara reguler, ada juga jenis kue yang dibuat hanya untuk prosesi upacara adat sehingga tidak boleh diproduksi untuk kepentingan komersil, bahkan ada juga jenis kue yang dalam pembuatannya terdapat pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar dan bila dilanggar akan menyebabkan kue yang diproduksi bisa gagal proses, sehingga menyebabkan pembuatnya sedikit malas untuk membuatnya secara reguler. 

Bingka Barandam...legit manisnya bikin ketagihan!
Bingka Barandam...legit manisnya bikin ketagihan!
Tapi semua 'aturan' tersebut di atas sepertinya tidak berlaku untuk event Pasar Wadai. Inilah hebatnya Pasar Wadai! Karena dalam event ini semua jenis wadai dengan berbagai latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing-masing wadai tidak menghambat mereka untuk tetap unjuk gigi alias dipajang di etalase para pedagang wadai! Mereka seperti ingin kembali untuk berebut eksistensi di ruang publik masyarakat Banjar.

Salah satu wadai
Salah satu wadai
Berburu aneka wadai  khas Banjar di arena Pasar Wadai Ramadan memberikan pengalaman sekaligus tantangan tersendiri, apalagi di saat sedang menjalankan ibadah puasa seperti sekarang ini. Banyaknya stan pedagang dan ragam jenis wadai yang dijajakan malah sering membuat bingung pengunjung, terutama bagi pengunjung yang belum mempunyai referensi tentang wadai banjar termasuk pedagangnya, apalagi sebagian besar wadai-wadai yang dijual tidak dilengkapi dengan informasi identitasnya, misal nama wadai dan cita rasa dasarnya manis, gurih atau asin. Menurut saya identitas ini penting, mengingat ada beberapa wadai yang bentuknya hampir mirip, ternyata nama dan cita rasanya berbeda. Mungkin memang di sini keseruannya ya.....

Pedagang putri salat, amparan tatak dan kalalapun
Pedagang putri salat, amparan tatak dan kalalapun
Stan lamang Kandangan dan Hintalu Jaruk
Stan lamang Kandangan dan Hintalu Jaruk
Selain menjual berbagai macam wadai tradisional dan berbagai kuliner ringan untuk berbuka puasa, pedagang di pasar wadai yang tahun ini mencapai 154 stan juga banyak yang menyajikan kuliner 'berat' berupa masakan khas Banjar untuk menuntaskan buka puasa, seperti menu itik gambut, masak habang, haruan baubar, katupat kandangan, dsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun