Di Kalimantan Selatan, paguyuban-paguyuban yang biasanya dibentuk berdasar asal kabupaten di Pulau Jawa, jumlahnya mencapai puluhan dan mereka hampir semuanya berafiliasi kepada paguyuban masyarakat (keturunan) Jawa paling tua dan terbesar, yaitu Pakuwojo (Paguyuban Keluarga Wong Jowo).
Bagi masyarakat (keturunan) Jawa di Kalimantan Selatan, kehadiran berbagai paguyuban keluarga Jawa bukan bermaksud untuk membentuk eksklusifitas berlatar belakang primordialisme, tapi sebagai wadah komunikasi budaya untuk tetap menjaga proses lestarinya unggah-ungguh budaya Jawa di tanah rantau sebagai upaya untuk tetap menjaga harmoni dan keselarasan kehidupan dalam bermasyarakat sekaligus sebagai representasi komunal masyarakat (keturunan) Jawa dalam berkomunikasi dengan berbagai entitas budaya yang eksis di Kalimantan Selatan, khususnya budaya Banjar sebagai tuan rumah.Â
Terbukti, kehadiran berbagai paguyuban ini tidak hanya berhasil menjadi jembatan budaya bagi masyarakat Jawa Gambut untuk tetap mengenali bahkan melestarikan budaya leluhurnya saja, tapi juga berhasil menjadi salah satu elemenpenting dalam menjaga keberlangsungan proses kehidupan sosial masyarakat di Kalimantan Selatan tetap berjalan secara natural dengan mengedepankan prinsip, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung dan mikul dhuwur mendem jero!
Sejarah Panjang Komunikasi Jawa - Banjar
Sejarah komunikasi antara suku Jawa di Pulau Jawa dan suku Banjar di Kalimantan diduga sudah berlangsung sejak jaman eksistensi kerajaan Majapahit, hanya saja catatan literatur lebih banyak mencatat pada era perang Banjar, sejak kedatangan bala bantuan dari Kerajaan Demak di Jawa Tengah dalam upayanya membantu Kesultanan Banjar melawan penjajah Belanda dan antek-anteknya diakhir abad 19 silam.Â
Sejak itulah komunikasi yang diikuti dengan proses migrasi penduduk pulau Jawa ke Pulau Kalimantan dengan berbagai tujuan berlangsung dan ketika Orde Baru berkuasa, melalui program transmigrasi dengan tujuan pemerataan penduduk proses perpindahan penduduk ini diformalkan.
Selain itu, kosakata Bahasa Jawa dan Bahasa Banjar banyak yang mempunyai kemiripan dan kesamaan dalam hal penulisan, pelafalan dan pemaknaanya. Sebagai contoh kosakata Bahasa Bajar yang sama persis baik tulisan, pelafalan maupun artinya antara lain, lawang (pintu), banyu (air), uyah (garam), gulu (leher), jarang (rebus), tapih (kain/jarik).Â
Sedangkan yang mempunyai kesamaan tulisan dan arti tapi beda pengucapan, antara lain kiwa (kiri) Bahasa Jawa baca kiwo , Banjar tetap kiwa ada lagi kanca (teman) Jawa dibaca konco, Banjar tetap kanca dan yang mempunyai kemiripan tulisan dan pelafalan tapi mempunyai kesamaan arti antara lain abang = habang (Banjar) artinya merah, udek=Udak (Banjar) artinya aduk (di udak = diaduk), tape = tapai (Banjar) berarti makanan tape ketan/singkong... dan masih banyak yang lainnya!
Salam budaya dari Banua, Banjarmasin Bungas!
Artikel terkait  :