Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jar Nini, Kalau Mau Nabung Jangan Nunggu Ada Uang Sisa!

16 Mei 2016   22:08 Diperbarui: 16 Mei 2016   22:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perencanaan keuangan metode amplop (Foto : Koleksi Pribadi)

Kalimat petuah diatas sebenarnya saya terjemahkan dari petuah Bahasa Banjar Bahari (Petuah Bahasa Banjar Jaman dulu) yang lengkapnya sebagai berikut "Jar Nini, Kalaunya handak manabung, jangan mahadangi ada uang labihan!" Secara umum terjemahannya kurang lebih sama dengan judul tulisan diatas. Intinya kalau mau menabung jangan menunggu ada duit sisa dan ungkapan paninian (Bhs. Banjar ; Nenek) tersebut secara tersirat memberi petunjuk agar kita merencanakannya dari awal bukan menunggu sisa di akhir (periode) dan menurut saya petuah paniniantersebut selaras dengan logika sederhana teori ekonomi makro (tertutup) Keynes Y = C + S dimana Y = Pendapatan (income)seharusnya secara teori ekuivalen dengan C = Konsumsi (consumption)ditambah S = Simpanan (Saving).Jadi petuah bahari (Bhs. Banjar ; lama/kuno) paniniandiatas masih mempunyai relevansi dengan budaya saat ini, khususnya sebagai metode dasar bagi logika kita untuk menggerakkan alam sadar kita untuk peduli pada perencanaan keuangan (menabung) sejak dari awal atau bisa juga diterjemahkan sejak dari muda, sejak ada uang dan atau sejak masih produktif.


Memang, logika petuah paninian dan rumus keynes diatas sebagai dasar dari pola pikir perencanaan keuangan, relatif sangat sederhana dan menyederhanakan simpul kompleksitas elemen riil perekonomian (dalam keluarga) saat ini, karena fakta dilapangan memang tidak sesederhana itu. Banyaknya faktor yang mempengaruhi pola kehidupan masyarakat urban sekarang ini menuntut kecerdasan sikap, mental dan perilaku efektif guna mendapatkan pola perencanaan keuangan yang lebih dinamis, efektif dan efisien. Tapi setidaknya, seperti yang saya sebutkan diatas, konsep logika petuah paninianyang selaras dengan teori keynes diatas masih mempunyai relevansi sebagai dasar pijakan kita masyarakat urban dalam upaya mengelola keuangan. Sederhananya begini,

Teori Keynes (grafis : kelasx.blogspot.co.id)
Teori Keynes (grafis : kelasx.blogspot.co.id)
Konsep Pendapatan = Konsumsi + Menabung, merupakan sebuah rumusan untuk kondisi ideal, karena faktanya masih banyak masyarakat kita yang polanya Pendapatan = Konsumsi atau tidak bisa menabung. Lantas bagaimana solusinya agar elemen S (menabung) bisa muncul? Menurut saya, orang tidak bisa menabung ada 2 (dua) penyebabnya, yaitu

A. Karena memang benar-benar pendapatannya sangat minim atau dibawah/sama dengan kebutuhan konsumsi.

Cara uji sederhana untuk mengetahui perimbangan antara pendapatan (Y), konsumsi (C) dan tabungan (S) bisa dicoba metode atau sistem amplop, caranya sediakan amplop sebanyak jenis rincian kebutuhan. Beri identitas amplop sesuai nama jenis kebutuhannya. Setelah itu, bagi yang berpenghasilan bulanan, bisa langsung membagi penghasilannya sesuai kebutuhan masing-masing pos/amplop. Hasilnya? Tentu ada tiga kemungkinan kurang, cukup/pas dan lebih. 

B. Karena gaya dan pola hidup tanpa konsep perencanaan keuangan. 

Dari kedua penyebab gagal menabung diatas, tentu membutuhkan cara yang berbeda untuk mendapatkan threatment-nya agar bisa move onuntuk menabung. Berikut logika threatment sederhananya,

Untuk kondisi A :

1. Pada keluarga dengan pola pendapatan ini, yang pertama harus dibenahi adalah mindset atau pola pikir tentang konsep menabung. Ikuti petuah paninian diatas, maksudnya jika kita diposisi ini buang jauh-jauh pola menabung menunggu ada sisa atau kelebihan uang, karena pasti tidak akan pernah mungkin terjadi. Jadi pola pikirnya harus dibalik, kita rencanakan semua  dari awal. Kita desain ulang semuanya dengan mengidentifikasikan prioritas kebutuhan kita. Karena inti keberhasilan kita menabung bukan berapa jumlah yang kita punya, tapi sejauh mana kita cermat dan bijaksana dalam mengdentifikasi prioritas kebutuhan kita. Dengan begitu, berapapun yang kita tabung asal konsisten Insha Allah akan menuntun kita pada pola kehidupan yang lebih teratur, berimbang dan memberi manfaat.

2. Bila mindset sudah bisa dikendalikan dan diajak kompromi, tapi konsep menabung dan tabungan masih belum maksimal teraplikasi. Bisa jadi penghasilan kita memang pas, atau Y = C. Kalau ini yang terjadi, berarti kita harus segera melangkah pada threatment berikutnya. Dari skala prioritas yang sudah kita susun tentu kita bisa melihat pos-pos mana yang mungkin tidak telalu urgentsehingga bisa dikurangi atau justeru di hilangkan. Sehingga alokasi dananya bisa dialihkan sebagian atau seluruhnya untuk simpanan.

Misalkan :

Diantara pos kebutuhan kita ada pos untuk entertaint seperti jalan-jalan atau berlibur, mungkin karena pos ini kurang urgent bisa dikurangi frekuensinya, sehingga anggaran pos-nya bisa dialihkan untuk tabungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun