Khusus untuk  rombongan paunjunan, yang biasa berburu ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) dll dengan cara berkelompok, biasanya mereka mempunyai jadwal kunjungan ke lokasi pemancingan berupa rawa-rawa lebak secara teratur dan bergantian di tiap lokasi atau daerahnya dan biasanya mereka sudah hapal betul dengan siklus musim berburu ikan, maklum aktivitas maunjun (Bhs.Banjar ; memancing) bagi masyarakat Banjar bukan hanya sekedar hobi atau aktifitas menghabiskan waktu saja, tapi bisa menjadi profesi.
Jadi permintaannya dari hari-kehari semakin tinggi seiring semakin populernya kuliner nasi kuninmg dan ketupat Kandangan dan sayangnya untuk budidaya ternak masih belum bisa maksimal.Â
Mungkin ada yang sudah tahu harga sekilo ikan haruan atau ikan gabus di Banjarmasin? Sekarang untuk ukuran besar yang sekilo isi satu ekor, harganya sekitar 110.000,- /kg jadi kalau rata-rata sehari dapat 5 kg ikan haruan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Ini fakta lho! (Insha Allah, akan saya tulis dalam artikel terpisah).
Salah satunya, saya sempat terkaget-kaget, ketika tiba-tiba melihat sejenis burung yang hidup berkelompok sekitar 3-5 ekor, bentuknya seperti ayam mutiara tapi larinya sangat kencang diatas tanah  menyeberang jalan di hadapan saya.
Di kampung ini, terlihat sisa-sisa jalanan beraspal yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak diperbarui lagi, sehingga terkelupasnya sebagian besar aspal jalanan menyisakan kerikil dan batu split yang tampak di sepanjang jalan.Â
Betul dugaan saya, ternyata saya memang sudah memasuki desa Tandipah yang menjadi muara dari perjalanan pulang saya menuju Kota Banjarmasin, karena setelah berjalan lagi sekitar 1-2 km  akhirnya saya bertemu dengan titian kayu ulin yang menuju ke Jembatan Gantung Tandipah.Â
Setelah melewati titian sepanjang sekitar 50 meter, akhirnya jembatan gantung Tandipah mulai terlihat membentang panjang diatas Sungai Martapura.