Di ruas Pasar Sungai Lulut yang lokasinya tepat di pinggir jalan veteran (sebagian ada yang menyebut jalan Sungai Lulut, tapi ada juga yang menyebut jalan Martapura lama), kita akan bertemu dengan jembatan berkonstruksi baja yang bentuknya unik seperi busur di sebelah kiri jalan. Konstruksi Jembatan ini menurut saya juga termasuk unik dan khas Kalimantan Selatan. Jembatan sengaja dibentuk melengkung seperti busur karena sungai dibawahnya merupakan jalur lalu lintas aktif masyarakat. Jadi maksudnya, agar kepala pengendara kelotok/jukung tidak nyangkut di badan jembatan.Â
Kalau Jembatan busur sudah terlihat, sebenarnya kita sudah meninggalkan wilayah Kota Banjarmasin. Posisi jembatan sudah masuk wilayah desa Sungai Bakung, Kec. Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Untuk menuju ke Pasar Terapung Lok Baintan, maka kita harus belok kiri dengan menaiki jembatan busur, karena kalau lurus terus maka kita akan menuju Kota Martapura. Ibu kota Kabupaten Banjar yang dikenal sebagai kota Intan.
Turun dari Jembatan busur kita terus lurus meyusuri jalan yang terbuat dari susunan paving blok sejauh sekitar 1km, selanjutnya jalanan di dominasi oleh tanah keras yang bertabur dengan batu-batu split hasil pengerasan oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu. Jujur! saya sebenarnya agak bingung ketika melihat kondisi jalan menuju destinasi wisata andalan Kalimantan kok sepertinya kurang mendapat perhatian ya...? Padahal....! Ah sudahlah kita jalan lagi aja yuk...!Â
Ternyata semakin jauh saya memacu kendaraan, jalanan semakin menantang . Kali ini bukan batu split yang terhampar di jalanan tanah tersebut, tapi berupa pecahan batu kali yang berbentuk bongkahan. Jadi saya tidak bisa memacu kendaraan lebih kencang lagi. Untung pemandangan hijau segar areal kebun jeruk, nangka, pisang, area rawa lebak/persawahan dan hutan nipah yang banyak mendominasi sepanjang jalan berhasil merayu mata saya untuk menikmati kesegarannya. Tapi, saya tetap tidak merekomendasikan akses jalur darat ini untuk ibu-ibu hamil, apalagi jika harus mengendarai kendaraan roda dua.
Ada satu hal menarik yang sempat membuat saya takjub, sejak turun dari jembatan busur, yaitu keramahan warga di sepanjang jalan yang saya lalui! Setiap berpapasan dengan warga setempat seyum tulus mereka selalu mengembang penuh ketulusan, padahal saya sama sekali tidak kenal dengan mereka. "Sesuatu" yang seharusnya biasa ini, bagi saya menjadi sangat luar biasa! Karena jarang saya temukan di lingkungan perkotaan tempat saya tinggal.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 4 km dari jembatan busur, kita akan bertemu dengan pertigaan jalan di desa Gudang Hirang Kec. Sungai Tabuk, satu-satunya persimpangan yang saya temui sejak turun dari jembatan busur. Di pertigaan yang ditandai oleh bangunan Sekolah Dasar Negeri Gudang Hirang 2 di sebelah kiri jalan ini, kita ambil arah belok kiri.Â