Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Inspirasi Bocah] Bersahabat dengan BMX Firebird, Beraksi ala Freestyler dan Kisah "Mbengkel" ala Mereka!

23 Maret 2016   07:37 Diperbarui: 23 Maret 2016   19:17 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rabbani dan teman-teman sedang "mbengkel" (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Eksplorasi mereka tidak berhenti disitu saja, mereka juga mulai berani memodifikasi sepedanya dengan berbagai gaya. mengganti roda dengan ukuran yang lebih kecil atau lebih basar, mengganti warna body dengan cara di cat semprot, bahkan beberapa kali saya perhatikan mengganti ukuran gear  dengan menggunakan peralatan bengkel seadanya milik saya. Khusus untuk mengganti warna body, si kuning juga tidak terlewatkan. Selama kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, seingat saya si firebird kuning sudah berganti rupa lebih dari 3 (tiga) kali, hitam, merah, coklat metalik dan biru. Sehingga julukan si kuning sudah tidak berlaku lagi sejak saat itu. Bahkan rem detangler kebanggaan si kuning akhirnya juga masuk ranah eksplorasi mereka, sayangnya sekarang sudah mereka lepas karena gearbelakang mereka bikin turbo(istilah Bengkel Bersama Banjarmasin) dengan cara di las. Sehingga mereka tidak memerlukan rem lagi, karena bila injakan pedal tidak dikayuh maka speda akan berhenti dengan sendirinya.

[caption caption="Suasana Bengkel Bersama Banjarmasin milik bersama (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Berawal dari berita dari mulut ke mulut antar sesama kawan di komplek, bakat dan keahlian terpendam si Raihan dan Rabbani dalam "mengolah" sepeda"by custom" ala mereka mulai terkenal. Sejak saat itu, ruang garasi menjadi semacam base camp anak-anak komplek. Ada saja yang mereka lakukan, dari yang ringan-ringan seperti mengencangkan baut-baut, memompa ban dan menempel sticker. Untuk level sedang, seperti nyetel kekencangan rantai, nyetel rem, bongkar pasang ganti setang atau dudukan (sadel). Sedangkan untuk level berat seperti ganti rangkaian tali/kawat rem, ganti ukuran roda, ganti ban dalam/luar, ganti gear bahkan ada juga yang minta ganti warna cat body. Semua gratis...tis...tis! Karena bahan-bahan yang diperlukan biasanya teman-teman si Raihan dan Rabbani membawa sendiri dari rumah.

 [caption caption="Raihan dan teman-temannya sedang asyik bermain sepeda (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Memang ada beberapa tetangga dan orangtua  yang memaksa memberikan ongkos setiap minta tolong perbaikan sepeda, saya anggap itu rejeki yang harus diterima sebagai penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan dan jerih payah si Raihan dan Rabbani. Biasanya, uang yang mereka dapatkan dipakai untuk membeli peralatan, onderdil atau sekedar aksesoris sepeda terbaru yang lagi tren, tapi tidak jarang juga dibelikan jajan dan dimakan bersama dengan teman-temannya.

Jujur! Awalnya saya sempat tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh anak-anak saya. Kebisaan terpendam yang mereka miliki sama sekali tidak pernah masuk dalam radar perhatian saya, sampai saya melihat dengan mata kepala sendiri ketika mereka berdua bisa membongkar dan memasang sendiri roda ban belakang sepeda motor bebek saya yang kebetulan harus ganti ban dalam dan luar karena sobek akibat sudah terlalu tipis, sedangkan untuk membawa ke bengkel lumayan jauh.

[caption caption="Raihan dan Rabbani dengan sepeda masing-masing (Foto ; Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Sejak saat itu, demi melihat minat, bakat dan antusias positif mereka pada dunia sepeda, khususnya perbengkelan. Saya tidak keberatan untuk mendukung hobi mereka dengan membelikan seperangkat alat-alat bengkel (toolshet) ketika mereka merengek-rengek memintanya. Apalagi, ketika saya mendengar bahwa anak-anak ingusan ini resmi memberi nama bengkel mereka “Bengkel Bersama Banjarmasin” disingkat B3 tapi dibaca "B" saja. Entah apa yang ada di alam pikiran mereka dengan “Bengkel Bersama” itu!? Saya benar-benar terharu mengikuti perjalanan kreatif mereka. Saya berpikir, aktifitas mereka sangat positif untuk memupuk kreatifitas, semangat untuk maju, jiwa sosial untuk berbagi dan mental pantang menyerah dengan prinsip kerja keras dan cerdas.

Hanya saja, tetap saya tegaskan kepada si Raihan dan Rabbani termasuk semua teman-teman mereka yang sudah saya anggap seperti anak sendiri, bahwa aktifitas positif mereka mbengkel di garasi saya tidak boleh mengganggu aktifitas pokok mereka untuk belajar. Sekolah tetap harus nomor satu.

Dari waktu kewaktu, tidak hanya anak-anak komplek saja yang suka berkumpul seusai pulang sekolah. Teman-teman sekolah mereka juga banyak yang mulai bergabung, kebetulan diatas garasi atau di lantai dua yang sengaja saya manfaatkan untuk perpustakaan untuk menyimpan berbagai koleksi buku dan majalah menjadikan mereka semakin betah untuk berlama-lama. Mereka seperti mendapatkan rumah baru yang cocok untuk menggali banyak hal baru.

[caption caption="Atraksi freestyle Rabbani (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Ada satu hal menarik setiap mereka berkumpul di garasi rumah saya. Disaat ada yang sedang membongkar pasang sepeda atau baca-baca buku cerita, ada beberapa diantara mereka yang mencoba berlatih freesyle dengan menggunakan sepeda masing-masing. Entah siapa yang memulai dan darimana mereka mengenal istilah sekaligus atraksi freestyler itu, yang jelas dari sinilah, awal mula si Raihan dan Rabbani ikut-ikutan bisa memainkan beberapa gaya freestyle dengan menggunakan sepeda BMX yang membuat saya terkesima dan geleng-geleng kepala. ...and show must go on!

 Link video atraksi freestyle si Rabbani, klik di youtube atau facebook

[embed width="506" height="285"]http://www.youtube.com/embed/kvnAmLRDmp4[/embed]

 ###

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun