Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Than Must Soegenk", Sang Komendan....

27 Januari 2016   17:41 Diperbarui: 27 Januari 2016   18:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari kebiasaanya memperbaiki kaki palsunya yang sering gonta-ganti karena rusak, padahal harganya tidak murah. Akhirnya mengusik jiwa kreatif sugeng untuk berkreasi lebih jauh, yaitu membuat sendiri kaki palsu. Setelah merasa mampu, akhirnya sejak tahun 1995 Sugeng memberanikan diri membuka bengkel reparasi dan produksi prothesa kaki atau kaki palsu berbahan fiber dibawah bendera Than Must Soegenk Mirtha Production di rumah yang sekaligus menjadi bengkelnya tersebut.

Motivasi pedas dan nylekit ala Than Must Soegenk

Selain keahlian langkanya memproduksi prothesa kaki yang didapat secara otodidak, ada beberapa catatan tentang Sugeng Siswoyudono yang membuatnya cepat dikenal masyarakat luas, yaitu

 

Than Must Soegenk sedang memberikan penjelasan tentang kaki palsu buatannya

(Foto : AntaraFOTO)

1. Keahlian MEMOTIVASI orang tanpa si orang menyadari telah disuntik motivasi,

khususnya dalam memberi motivasi kepada semua "pasiennya" yang sebagian besar memang sedang dalam kondisi tertekan dan down akibat kehilangan kaki atau tangan karena berbagai sebab. Berbeda dengan sebagian besar dari kita yang lebih memilih untuk mengasihani dengan empati dan simpati yang cenderung dengan sikap dan ungkapan yang lemah lembut, Sugeng justeru sebaliknya! Dengan gaya bicara ceplas-ceplos yang selalu dibumbui dengan gaya berkelakar ala Jawa Timuran  plus logat Jawa Timurannya yang medok dan cenderung keras, dalam terapi mental yang biasanya dilakukan tanpa sengaja karena berlangsung secara alamiah saat sugeng dan pasiennya sedang ber-audiensi sepanjang proses pengukuran, pembuatan dan test produk.

Sugeng terlihat sama-sekali tidak memberi peluang "pasiennya" untuk merasa dikasihani, rendah, minder apalagi minta dikasihani, melalui sikap dan pilihan kosakata yang keluar dari mulutnya. Bahkan dengan beberapa kosakata khas Jawa Timuran yang bagi sebagian orang dimaknai sebagai kata yang kasar dan keras, ternyata justeru menjadi kata kunci untuk mengangkat kembali mental para pasiennya. Gambaran teknik motivasi ala Sugeng, sekilas bisa dilhat dalam iklan salah satu minuman energi terkenal yang dibintanginya bersama beberapa artis dan tokoh terkenal tersebut. Berikut ilustrasi singkatnya,

Ada seorang pria dengan satu kaki buntung terlihat murung. Lantas datang rekannya dan berteriak menasehati pria murung itu "Koen gak semangat?!  Yo goblok!" (Kamu tak bersemangat, ya goblok!).

Demikian ilustrasi adegan dalam iklan sebuah produk minuman energi yang melibatkan Sugeng Siswoyudono sang Komendan didalamnya. Pria yang datang menasehati itu, ternyata juga tak punya satu kaki seperti rekan yang dinasehatinya, dialah Sugeng Siswoyudono. Coba perhatikan pilihan kosa kota dalam iklan itu!

Cara dan teknik motivasi seperti diatas sudah menjadi trademark Sugeng Siswoyudono, menurutnya itu sebuah realitas. Teknik motivasi ini merupakan hasil kontemplasi yang dilaluinya sejak kaki kanannya di amputasi dan Alhamdulillah terbukti berhasil! Apa yang di lakukan Sugeng Siswoyudono, mengingatkan saya pada satu kalimat motivasi paling dahsyat yang pernah saya dengar dari seorang motivator terkenal Indonesia, Andri Wongso. "Kalau kita keras pada diri kita, maka dunia dan seisinya akan lunak kepada kita. Begitu juga sebaliknya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun