Dengan caranya masing-masing mereka berupaya memobilisasi kekuatan dan membangun opini kepada masyarakat, bagaimana seharusnya memberdayakan gang Doliy dan semua elemen yang ada di dalamnya. Dari pihak yang dengan lantang menyatakan pro atau mendukung penutupan lokalisasi Gang Dolly adalah sekelompok pemuda–mahasiswa Surabaya yang diprakarsai oleh mantan Presiden BEM ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya) Dalu Nuzlul Kirom , ST. Mereka bergerak untuk memantapkan langkah pemkot Surabaya menutup lokalisasi Gang Dolly dan akan mengawal secara penuh rehabilitasi semua elemen Gang Dolly pasca penutupan, karena mereka meyakini menutup Gang Dolly saja tidak akan pernah bisa menyelesaikan kompleksitas problematika sosial seputar "Gang Dolly" secara tuntas. Untuk itulah, dibawah komando seorang Dalu Nuzlul Kirom , ST., mereka masuk dan terlibat secara langsung dalam merancang, mencetak dan membangun ulang peradaban Gang Dolly yang diharapkan lebih bermartabat, dengan mendirikan organisasi nirlaba dengan nama Yayasan Melukis Harapan dan mereka menamakan aktifitas gerakan mereka dengan "Gerakan Melukis Harapan"
Â
 Maklumat Gerakan Melukis Harapan
(Foto : melukisharapan.org)
Berikut konsep pola pikir dan kerja "Gerakan Melukis Harapan", yang ditulis langsung oleh Dalu Nuzlul Kirom , ST. selaku pendiri sekaligus Ketua Yayasan dalam rilis resmi laman situs Yayasan Melukis Harapan,
Gerakan Melukis Harapan memiliki mimpi menciptakan pembaharuan sosial untuk mewujudkan kesejahteraan umum, sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945.
Pembaharuan sosial yang ingin kami ciptakan bisa dianalogikan sebagai sebuah lukisan yang terdiri atas berbagai warna harapan masyarakat. Aktivitas melukis harapan memiliki tiga unsur utama, yakni Kanvas, Kuas, dan Pelukis.
Pertama, kanvas. Kanvas adalah masyarakat yang mengalami permasalahan sosial, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan atau lainnya. Permasalahan masyarakat dalam setiap daerah berbeda-beda, begitu pula kondisi budaya masyarakatnya. Masyarakat pertama yan g ingin dilukis oleh Gerakan kami adalah eks lokalisasi Dolly.
Kedua, kuas. Kuas adalah analogi dari nilai-nilai yang kami masukkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Nilai-nilai tersebut bisa bersumber dari agama dan budaya Indonesia. Dalam menyelesaikan permasalahan sosial, tidak selalu berfokus pada bidang permasalahannya. Justru yang paling penting adalah memasukkan nilai kesadaran kepada masyarakatnya untuk mau berubah.
Ketiga, pelukis. Pelukis yang dimaksud dalam gerakan ini adalah para pemuda daerah yang mengambil langkah konkrit untuk melukis harapan masyarakat daerahnya. Kami menyebut mereka pelukis harapan. Pelukis harapan adalah pemuda-pemudi yang tercerahkan, yakni mereka yang sadar akan keadaan kemanusiaan, budaya dan permasalahan di masyarakatnya. Kesadaran itu membuat hatinya tergerak untuk menciptakan perubahan masyarakat kearah yang lebih baik.
Dengan demikian, pelukis harapan tidak dilihat dari pendidikan formal-akademis, atau dari pekerjaan mereka, namun dari ukuran kesadaran dan rasa tanggungjawabnya. Pelukis harapan bisa pemuda yang berwirausaha ataupun yang bekerja, mereka yang mahasiswa atau sudah wisuda, pemuda yang pernah berpendidikan atau bahkan yang tidak pernah sekolah .