Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dalu Nuzlul Kirom (GMH) : Sebuah Gerakan Inspiratif, Yuk Ubah Wajah "Malam" Gang Dolly

26 Januari 2016   02:31 Diperbarui: 26 Januari 2016   07:05 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kedua, wanita-wanita "pekerja" yang "bekerja" di Gang Dolly biasanya ditempatkan atau dipajang dalam sebuah "akuarium"! Sebutan untuk ruang berkaca terang yang bisa dilihat oleh siapapun yang melewati gang ini. Walaupun tetap ada sebagian yang berdiri dijalanan. Kalau malam relatif lebih mudah untuk membedakan mana wanita "pekerja" dan mana yang bukan. Biasanya ditandai dengan gaya dandanan dan pakaian yang dikenakan ( ada yang mengatakan tergantung kelasnya!)

ketiga, Gang Dolly bisa dikatakan lengkap! Karena semua hiburan malam untuk laki-laki dewasa semua kelas tersedia (ada catatan sebuah LSM yang mengatakan 30% "pekerja" wanita di sini masih dibawah umur....naaaah lhooo!).

Tapi semua cerita diatas sudah lewat! Fenomena kebesaran Gang Dolly sekarang benar-benar telah menjadi bagian dari sejarah perjalanan Kota Surabaya. Walikota perempuan pertama Kota Surabaya Tri Rismaharini-lah yang mengubah arah sejarah Gang Dolly. Tepat tanggal 18 Juni 2014, Gang Dolly resmi ditutup oleh Wali Kota Surabaya dan dinyatakan terlarang untuk kegiatan dan aktifitas seputar prostitusi. (Sebagai catatan: Sekian puluh tahun Walikota Surabaya di jabat oleh laki-laki, tidak satupun yang "berani" menyentuh Gang Dolly. Alih-alih "menyentuhnya" dulu Gang Dolly justru sempat diwacanakan menjadi destinasi wisata resmi oleh pemerintah Kota Surabaya....wooooow! Kira-kira bentuk plesirannya seperti apa ya....?).

Memang tidak mudah untuk sekedar "menutup" Gang Dolly, Karena memang banyak kepentingan yang ada didalamnya! Tidak hanya masalah sosial dan ekonomi saja, Gang Dolly juga sering dijadikan komoditas politik khususnya di level internal Kota Surabaya. Maklum saja, karena di masa jayanya dalam semalam perputaran uang di Gang Dolly mencapai 1 - 2 Milyar! Ck..ck...ck...ck.

 

Gerakan menuju Kampoeng Harapan

(Foto : melukisharapan.org)

Melukis Mimpi Untuk Gang Dolly & Jarak

“Ketika segala sesuatu runtuh berantakan, kita dapat merancang ulang, mencetak ulang dan membangun ulang.”

(Muhammad Yunus, Peraih Nobel Perdamaian 2006)

Beberapa bulan sebelum penutupan lokalisasi Gang Dolly, Di surabaya muncul berbagai gerakan dan aktifitas masyarakat yang mewakili kepentingan masing-masing, baik yang pro atau mendukung penutupan maupun yang tidak mendukung penutupan lokalisasi Gang Dolly. Mereka yang mendukung penutupan, beralasan bahwa keberadaan Gang Dolly melanggar syariat agama dan etika masyarakat Indonesia, serta bermaksud untuk menyelamatkan mental dan kejiwaan anak-anak di lingkungan Gang Dolly dari dampak dan pengaruh negatif lingkungan lokalisasi. Ada pula misi untuk menyelamatkan wanita yang terjebak di pusaran hitam lokalisasi Dolly. Sedangkan kelompok yang menolak, memiliki beberapa alasan logis kenapa mereka menolak penutupan lokalisasi. Dari sisi ekonomi, ada kekhawatiran sumber penghasilan masyarakat akan hilang jika Dolly ditutup. Dari segi kesehatan, dikhawatirkan terjadi penyebaran penyakit HIV AIDS yang lebih luas jika aktivitas prostitusi tidak lagi terlokalisir.

Kampanye Gerakan Melukis Harapandengan tagline bahasa Suroboyoan "Golek Bolo"/mencari saudara (seperjuangan)

(Foto : melukisharapan.org)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun