Nasi kuning pera yang rasanya gurih khas Banjarmasin ini selalu dibungkus dengan daun pisang segar pilihan berwarna hijau tua, citarasanya benar-benar"ngangeni"! apalagi bagi penikmat sambal. Sambal yang melengkapi nasi kuning Cempaka ini selalu bikin ketagihan siapapun yang pernah merasakannya. Nasi kuning Cempaka disajikan dalam bentuk nasi bungkus dengan beberapa pilihan lauk, seperti telur itik, jeroan, ayam dan dendeng daging rusa. Di Banjarmasin ada beberapa outlet Warung Nasi kuning Cempaka di A Yani Pal 4, Jalan Niaga Pasar baru, Jl. Kampung Melayu Darat dan Jl. S Parman.
Nasi Itik Gambut
Nasi itik gambut adalah sajian menu khas dari daerah Gambut Jl. A.Yani Km.13, Kabupaten Banjar Kabupaten tetangga Kota Banjarmasin, tapi karena masih satu arah perjalanan ke Banjarmasin jadi bolehlah di coba juga. Kuliner bercitarasa manis dan gurih ini cocok untuk sarapan, makan siang bahkan makan malam sekalipun. Penyajian standartnya berupa nasi putih dengan tambahan lauk berupa potongan daging itik yang di "masak habang" (habang; merah,bhs banjar ) mirip masakan bumbu bali salah satu kuliner khas suku Banjar plus teh manis panas atau hangat. Hmmmmm Nikmaaaaat.....
C. Beli oleh-oleh khas Banjarmasin
Kaos HY-MUNK kental rasa Banjar-nya (Foto : kaos HY-MUNK)
Kaos Rasa Banjarmasin
Trend kaos dengan tema lokal (daerah) memang lagi booming, tidak ketinggalan di Kota Banjarmasin. Kalau di Jogja ada kaos DAGADU, di Banjarmasin ada kaos HY-MUNK yang artinya senang, bahagia. Berbeda dengan konsep kaos daerah lainnya, Kaos Asli Banjar ini lebih memilih untuk menjadi media promosi bagi berbagai potensi adat dan budaya masyarakat Suku Banjar secara detail. Bila melihat katalog produk dari kaos HY-MUNK, kita seperti melihat dan membaca rekam jejak (ensiklopedi) budaya, adat istiadat dan profil suku banjar serta daerah Kalimantan Selatan secara utuh tanpa harus mengurangi roh artistik dan komersial dari produk kaosnya. Sungguh eksotis dan pasti menarik untuk dipakai dan dikoleksi.
(Foto : Artikelku)
Kain Sasirangan
Kain sasirangan adalah kain khas suku Banjar di Kalimantan selatan. Nama "Sasirangan" sebenarnya adalah kata kerja, yaitu mengadopsi dari proses pembuatannya. "Sa" yang berarti "satu" dan "sirang" yang berarti "jelujur/lajur". Secara harfiah sasirangan bisa diartikan sebagai proses pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali lainnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.
Sasirangan setidaknya mengenal 19 motif, di antaranya sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), dan jajumputan (jumputan). Selain itu ada pula kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putrid menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan benawati (warna pelangi).
Menurut sejarahnya, masing-masing motif kain sasirangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam ritual upacara adat suku banjar, ada yang khusus untuk pengobatan orang sakit (ghaib), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.
Seiring ke-khasan kain Sasirangan yang "menjual", peruntukan kain sasirangan tidak hanya sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar saja, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya. Sekarang, ditangan pejuang-pejuang kreatif, (tanpa berusaha mengubah fungsi utamanya), kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, bahkan sudah siap untuk go internasional!