Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

(Eksploitasi) Pariwisata Pulau Kakaban, Bukti Ego dan Keserakahan Manusia

21 Januari 2016   01:13 Diperbarui: 27 Januari 2016   22:58 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Snorkling di Danau Kakaban, seharusnya tidak perlu dilakukan (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption] Dari dua produk hukum diatas, intinya adalah sama! Ingin menjaga dan melestarikan habitat dan ekosistem Pulau Kakaban. Pertanyaannya, apakah dua produk hukum diatas sudah signifikan memberikan kontribusi maksimal bagi "keamanan" dan kelestarian habitat dan ekosistem Pulau dan Danau Kakaban? Sepertinya belum!

[caption caption="Jembatan titian menuju dermaga di bibir danau (foto : Koleksi pribadi)"]

[/caption]Status Kawasan Konservasi Laut (Daerah) yang disematkan kepada pulau Kakaban menurut saya kurang tepat, karena semua yang ada di dalam Pulau Kakaban terlalu berharga. Kalau melihat data dan fakta ilmiah Pulau Kakaban yang begitu luar biasa, seharusnya status Kawasan Pulau Kakaban adalah suaka margasatwa, cagar alam atau paling tidak Taman Nasional yang mempunyai konsekuensi pengelolaan dan pemeliharaan obyek alam dimaksud lebih ketat, kuat dan legitimate, baik dari segi hukum maupun kualitas action-nya.

Berdasarkan observasi pandangan mata sederhana ketika berkunjung ke Pulau Kakaban dan Danau Kakaban beberapa hari yang lalu bersama para risers-kompasianer dalam rangkaian event Datsun Risers Expedition-Kompasiana Blog Trip, ada kegundahan dan kekhawatiran yang langsung menyeruak ketika melihat langsung "cara dan proses" para pengunjung menikmati eksklusifitas habitat dan ekosistem, khususnya Danau Kakaban yang sangat tidak sejalan dengan semangat menjaga dan melestarikan sesuai amanat Permenhut Nomor P 57 Tahun 2008 dan Surat Keputusan Bupati Berau, No.70 Tahun 2004, karena:

[caption caption="Terkesan asal-asalan, tidak terurus dan tidak profesional (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]
  1. Dengan mengijinkan pengunjung berinteraksi secara langsung bahkan beraktifitas didalam ekosistem biota endemik yang masuk dalam spesies-spesies prioritas nasional untuk dilindungi, merupakan sebuah blunder dan kesalahan besar yang harus segera dikoreksi! Kita, manusia termakan jargon "ubur-ubur di danau Kakaban sangat bersahabat dengan manusia". Ini jelas konyol! Karena "bersahabat" jelas-jelas bukan naluri binatang. Jangan-jangan jargon ini sebenarnya adalah upaya legalisasi kita untuk menginvasi dan mengeksploitasi mereka yang lemah tanpa senjata berikut ekosistemnya?  Seandainya ubur-ubur di danau Kakaban bisa diajak berdialog dengan bahasa manusia, mungkin hanya keluh kesah dan bahasa galau yang akan keluar dari mulut mereka! Analogi berikut mudah-mudahan bisa membantu logika emosional kita. Kira-kira apa yang kita rasakan, ketika tiba-tiba ada segerobolan gajah yang tentunya lebih besar dan lebih kuat dari kita, meskipun jinak tapi tetap mempunyai naluri membunuh dan merusak, tiba-tiba masuk ke komplek perumahan kita, ingin berdekat-dekatan, bermain-main dengan kita, anak-anak kita dan lingkunan komplek perumahan kita? manusia
  2. Eksploitasi Danau Kakaban sebagai daerah pariwisata umum, seharusnya juga dikoreksi! Menurut Surat Keputusan Bupati Berau, No.70 Tahun 2004, kawasan Danau Kakaban seharusnya masuk dalam Inner Zone, yaitu fungsi perlindungan habitat dan ekosistemnya. Kalau kita memang ingin melindungi habitat dan ekosistem Danau Kakaban, seharusnya secara total jangan setengah-setengah, riilnya habitat dan ekosistem Danau Kakaban harusnya bersih dari berbagai aktifitas dan kegiatan manusia dalam bentuk apapun, apalagi berinteraksi/bersentuhan secara langsung dengan biota Danau Kakaban seperti berendam, berenang, snorkling dan diving, kecuali untuk tujuan pendidikan dan penelitian ilmiah. Kalaupun Danau Kakaban tetap dipaksa menjadi destinasi wisata umum karena keunikan fakta dan data ilmiah diatas, tidak seharusnya pengunjung bisa berinteraksi secara langsung dengan berenang, snorkling, bahkan menyelam sampai ke dasar, tapi cukup dengan mengamati dari dermaga yang sudah ada. Mungkin cara ini lebih arif dan bijaksana untuk menjaga eksklusifitas dan privasi ekosistem Danau Kakaban. Atau kalau memungkinkan, kedepan bisa dibuatkan semacam terowongan kaca seperti seaworld di dasar danau dari ujung dinding ke ujung dinding danau? Tapi opsi ini tentu harus melawati kajian yang mendalam meliputi teknologi dan dampak lingkungannya.
  3. Tidak ada mekanisme aturan atau peraturan yang secara jelas, lugas dan tegas untuk pengunjung, terpasang di lokasi yang mudah diakses oleh pengunjung, selain himbauan dan informasi umum yang dipasang dengan kesan asal-asalan, tidak terurus, tidak profesional bahkan terlihat jorok dan merusak view alam yang begitu indah, Materinyapun sudah tidak terlalu jelas isi pesannya.
  4. Tidak ada petugas pendamping atau sistem teknologi pengawasan yang ditugaskan, ditempatkan dan diterapkan dilapangan. Kesan yang tertangkap, pengunjung memang bebas untuk melakukan apapun di Danau Kakaban. Waduuuuuh! Seiring dengan tersebarnya keunikan dan kecantikan Danau Kakaban ke seantero dunia, logikanya pasti akan berbanding lurus dengan angka kunjungan wisatawan dan pasti berbanding lurus juga dengan juimlah manusia yang nyebur ke Danau Kakaban. Jadi ngeri membayangkan masa depan ubur-ubur yang begitu ramah menyambut kedatangan para pengunjung.

[caption caption=" Berinteraksi dengan ubur-ubur semacam ini seharusnya dilarang! (Foto : Koleksi Pribadi)"]

[/caption]Keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban dengan instrument laguna air payau peninggalan jaman prasejarah yang menjadi habitat berbagai spesies flora dan fauna langka hasil evolusi selama ribuan tahun lamanya, masih menyimpan banyak misteri ilmu pengetahuan yang belum terungkap dan harus diungkap dengan cara yang arif dan bijaksana. Itu tugas kita bersama! Mari kita sebarluaskan keunikan dan kecantikan Pulau Kakaban sekaligus mengkampanyekan larangan untuk beraktifitas dan berinteraksi langsung dengan ekosistem didalamnya!

[caption caption="Keindahan dan kecantikan Pulau Kakaban memang mempesona!"]

[/caption]Mari Kita Nikmati Keunikan dan Kecantikan Danau Kakaban Dengan Cara yang Cerdas! Lindungi Habitat dan Ekosistem Alami Danau Kakaban dengan Tidak Berenang, Snorkling dan Diving di dalamnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun