Kejadian ini terjadi sekitar 4 tahun yang lalu! Sebuah kisah dramatik setengah konyol yang lumayan menegangkan. Semua berawal dari “anggapan” sebagian besar masyarakat Kalimantan Selatan termasuk keluarga kami yang masih saja menganggap barang dari luar daerah lebih bergengsi daripada barang dari daerah sendiri, termasuk diantaranya urusan kode plat mobil. Di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan umumnya, plat B (Jakarta) dianggap “lebih” dari kode plat lokal DA (Kalimantan Selatan) disamping alasan “masuk akal” selisih harga di Jakarta yang konon lebih murah meskipun ditambah biaya cabut berkas dan balik nama di Kalimantan Selatan sekalipun. Dengan alasan itu akhirnya kamipun ikut-ikutan membeli mobil di Jakarta dengan meminjam identitas keluarga yang kebetulan tinggal di Jakarta, Om Tyo.
Setelah satu tahun berlalu, kami bermaksud untuk balik namasekaligus cabut berkas mobil tersebut berbarengan dengan membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Untuk keperluan itu kami sekali lagi meminta tolong kepada Om Tyo untuk mengurus semuanya. Untuk keperluan dimaksud, kami mengirimkan semua berkas yang dibutuhkan seperti BPKB, STNK, foto copy KTP pemilik baru dll dengan menggunakan jasa pengiriman JNE dengan pilihan layanan sehari sampai. Agar pengiriman lebih mudah dan lebih cepat, alamat pengiriman tidak di tujukan ke rumah Om Tyo tapi ke kantor tempat Om Tyo bekerja, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang angkutan kontainer di Jakarta Utara.
Sehari di tunggu, kiriman paket surat yang berisi berkas-berkas tersebut tidak juga muncul. Dua hari, tiga hari bahkan seminggu paket yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul di meja kerja Om Tyo. Kami semua sudah mulai gelisah dan was-was “Jangan-jangan…dan jangan-jangan….!”
Sejak hari kedua paket belum sampai, kami sudah mencoba menghubungi pihak JNE di Banjarmasin dan kami selalu mendapatkan jawaban standar “Mohon maaf Pak, kita akan cek dan konfirmasikan ke bapak beritanya!”. Ada juga yang bertanya “Kemarin paketnya diasuransikan nggak Pak?” plus beberapa berita simpang siur dari petugas JNE yang mengatakan “sepertinya barang kececer, Pak! Jadi nanti akan kami ganti dengan perhitungan…bla…bla…bla…”Terus berikutnya ada sedikit ralat “Sebenarnya sudah sampai Pak, Cuma kebetulan surat serah terimanya kececeralias belum ketemu”. Begitu terus sampai hari ke-10. Ditengah kekecewaan, kemarahan dan kebingungan kami yang memuncak, sempat terpikir oleh kami untuk memperkarakan masalah ini kejalur hukum terkait kelalaian pihak JNE.
Syukurnya, disaat yang semakin kritis dan menegangkan itu, kami mendapatkan kabar baik dari JNE, bahwa paket kami telah ditemukan dalam keadan masih utuh. Uniknya, paket surat tersebut ternyata ditemukan di kantor Om Tyo, sesuai dengan alamat penerima. Tidak lama setelah itu, Om Tyo juga memberi kabar sekaligus menceritakan kronologi tersesatnya paket surat tersebut. Menurut Om Tyo, Paket yang kami kirim ternyata “kesasar” ke ruang HRD. Mungkin karena tampilan fisiknya yang tidak jauh berbeda dengan paket surat lamaran kerja yang datangnya bersamaan, maka pihak security yang menerima paket kemungkinan besar mengira paket surat kiriman kami adalah paket surat lamaran kerja sehingga di kumpulkan menjadi satu dengan yang lainnya dan di distribusikan kepada bagian HRD. Dugaan ini diperkuat dengancatatan jurnal di pos security pada hari kedua setelah pengiriman, yang isinya “terima surat lamaran kerja via JNE 352 lembar “. Disinilah pangkal dari tidak terlacaknya jejak paket suratyang kami kirim via JNE dan sayangnya lagi, lembar data serah terima milik kurir JNE untuk pengiriman hari itu kebetulan belum juga ketemu dengan alas an keselip entah dimana.
Alhamdulillah, semua terjawab! Apapun yang telah terjadi yang jelas perasaan kami terasa “plong”, meskipun karenanya kami harus menambah biaya denda keterlambatan membayar pajak kendaraan.
Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua tidak bisa luput dari kesalahan. Terpenting, semua mau belajar mengambil hikmah dari segala hal yang telah terjadi. Untuk JNE, Selamat Ulang tahun ke 24 semoga dengan bertambahnya usia, berbagai layanan inovatif yang sudah ada (pesona dan jesika) akan memancing layanan inovatif lainnya dan bisa tumbuh berkembang untuk mewarnai dan melayani keberagaman masyarakat dan bangsa Indonesia dengan sepenuh hati. Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun! Salam penuh kasih dari Banjarmasin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H