Mohon tunggu...
Kadita Putri
Kadita Putri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Menulis adalah caraku untuk memerdekakan pikiran" ( Kadita Putri ) Selain di kompasiana, kunjungi blog khusus resensi buku di : www.kaditaputri.blogspot.com Follow akun IG untuk terhubung : @kaditaputri_

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel Lemah Abang 2 ( Siti Jenar ) - Damar Shashangka

26 Oktober 2020   15:56 Diperbarui: 20 November 2020   20:32 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada postingan saya yang lalu, saya pernah memosting review novel Lemah Abang Seri 1 dengan penulis yang sama. Pada seri 1 kisah Lemah Abang sedang melalukan perjalanan spiritual nya dengan belajar ke inti pengajaran Jati Sunda dan Jawa. Lemah Abang "belusukan" ke setiap pedalaman  Sunda dan Jawa, yang pada akhir nya dirinya mendapatkan petunjuk untuk berlabuh ke sebuah tempat di penghujung timur pulau Jawa.  

Sudah menjadi kehendak Gusti dirinya bertemu dengan seorang Kuwu yang bernama Ki Ageng Tarub, disitulah awal mula Lemah Abang bertemu dengan Raden Bondan Kajawan putra dari Bhre Kertabumi Raja Majapahit .  Lantas Raden Bondhan Kajawan ikut serta dengan Lemah Abang untuk mempelajari pendalaman ajaran Islam di Caruban. 

Kemudian saat ia melakukan perjalanan kembali ( Raden Bondhan dititipkan ke Caruban ), Lemah Abang  mulai mengembara lagi, ia bertemu dengan seorang sosok Undhagi yang mengaku sebagai penjaga gerbang Nusantara ( siapakah diaaaa? ), Undhagi itu menitipkan benih rumput untuk ditanamkan oleh nya ke sebuah wilayah,  lalu atas petunjuk Undhagi tersebut ia lantas bertemu dengan sosok pertapa wanita yang menjadi petunjuk dirinya harus kemana untuk menanamkan benih rumput itu. 

Dan, pada akhirnya Lemah Abang menemukan wilayah yang ditunjuk untuk menanam benih rumput yang diberi oleh sosok Undhagi itu. Rumput itu ialah Rumput Jawan serupa padi. Orang yang kurang teliti menyangka bahwa rumput jawan adalah padi itu sendiri.

Benih rumput jawan yang kamu tanam ternyata bisa tumbh di tanah yang tandus seperti ini. Rumput Jawan adalah perlambang dari manusia-manusia Jawa kelak ketika Nusantara telah dipenuhi oleh pengajaran yang kamu sebarkan.”

“Padi adalah perlambang dari manusia Jawa yang sebenarnya. Dan manusia Jawan bukanlah manusia Jawa yang sebenarnya. Manusia Jawan adalah manusia Jawa yang telah kehilangan kejawaannya. Mereka sekadar mirip belaka dengan manusia Jawa. Mereka hanya menyerupai manusia Jawa. Mereka bukan lagi manusia Jawa. Mereka tak lebih sekadar tiruan belaka.” ( hlm.113)

Buku ini sangat menarik sekali, perjalanan Syekh Lemah Abang/Siti Jenar dari seri 1 ( pikukuh Jawa Sunda ) hingga seri 2 ( bertumbuh nya rumput jawan ), sangat mengandung makna. Penulis mengajak kita pada pemahaman esensi dari ajaran jati Sunda, Jawa dan Islam. Tidak hanya itu dalam edisi 2 ini penulis menyajikan kisah awal mula Majapahit akan mengalami keruntuhan. 

Anda tertarik? Silakan mencoba nya.

Judul                           : Lemah Abang 2 ( Rumput Jawan Bertumbuh)

Penulis                        : Damar Shashangka

Penerbit                     : Manjer Wisesa 

Tahun Terbit             : 2020

Tebal                           : 530 Halaman

No ISBN                     : 978-623-920-4532

Sinopsis :

Setelah merampungkan perjalanan ke pedalaman Sunda dan Jawa, Hasan ‘Ali Al-Husaini segera memutuskan untuk balik ke Cirebon dengan sebelumnya mampir terlebih dahulu ke Keling untuk menjemput Raden Bondhan Kejawan, pemuda berdarah Jawa dan Wandhan, Putra Sang Penguasa Keling, Bhre Kertabumi dngan selir nya Dewi Wandhan Kuning, yang secara gaib telah terpilih sebagai sosok leluhur dari para penguasa Jawa Baru. Oleh Shri Mangana, Raden Bondhan Kajawan disamarkan keberadaannya dan diberikan nama baru santri Galinggangjati. Galingg sendiri adalah pohon yang sudah mati tapi masih berdiri tegak, jati berarti kesejatian. Dengan demikian Galinngangjati berati pencari kesejatian yang berasal dari wilayah yang sudah mati namun masih mampu berdiri tegak, yaitu Majapahit.

Atas usul Syekh Nurjati kepada Shri Mangana, Hasan ‘Ali Al-Husaini pun mendapat anugerah sebidang tanah di dekat perbatasan Kedhaton Japura dan Kedhaton Cirebon. Di sana lantas didirikan sebuah Padhepokan Pangaaran Agama Rasul yang diberi nama Padhepokan Krendhasawa. Satu nama yang terdengar sangat ganjil dan menakutkan. Krendha berarti Keranda dan Sawa berarti mayat. Hasan ‘Ali sendiri memilih  menamakan daerah yang ditempatnya dengan nama Lemah Abang, seturut dengan hasil pengalaman rohani yang diterimanya selama menasak pedalaman Sunda dan Jawa. Sehingga kemudian dirinya dikenali dengan gelar Syekh Lemah Abang!

Seorang pemuda hadir di Krendhasawa, dia mengaku bernama Malayakusuma. Mengenakan pakaian Malaka serba wulung. Dengan ikat kepala yang juga berwarna wulung. Pemuda ini datang hendak memasrahkan jiwa raga demi mencercap pengajaran dari Syekh Lemah Abang. Pemuda itu sebenarnya berdarah bangsawan Tuban dan Lasem, bahkan masih keturunan Adipati Wilwatikta. Pemuda ini lantas diterima sebagai santri dengan nama Santri Malayakusuma. Tak lama kemudian Kedhaton Cirebon kedatangan tamu agung dari Kesultanan Mesir yang masih merupakan Shri Mangana, Syarif Hidayatullah. Melalui Syekh Lemah Abang, Santri Malayakusuma Syarif Hidayatullah, dan Santri Galinggangjati, zaman baru akan dijelang. Sunda dan Jawa yang baru. Satu zaman dimana banyak rumput Jawan akan bertumbuh dengan pesatnya!

Sumber:

https://kaditaputri.blogspot.com/2020/10/review-novel-lemah-abang-2-damar.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun