Tahun Terbit       : 2020
Tebal              : 530 Halaman
No ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-623-920-4532
Sinopsis :
Setelah merampungkan perjalanan ke pedalaman Sunda dan Jawa, Hasan ‘Ali Al-Husaini segera memutuskan untuk balik ke Cirebon dengan sebelumnya mampir terlebih dahulu ke Keling untuk menjemput Raden Bondhan Kejawan, pemuda berdarah Jawa dan Wandhan, Putra Sang Penguasa Keling, Bhre Kertabumi dngan selir nya Dewi Wandhan Kuning, yang secara gaib telah terpilih sebagai sosok leluhur dari para penguasa Jawa Baru. Oleh Shri Mangana, Raden Bondhan Kajawan disamarkan keberadaannya dan diberikan nama baru santri Galinggangjati. Galingg sendiri adalah pohon yang sudah mati tapi masih berdiri tegak, jati berarti kesejatian. Dengan demikian Galinngangjati berati pencari kesejatian yang berasal dari wilayah yang sudah mati namun masih mampu berdiri tegak, yaitu Majapahit.
Atas usul Syekh Nurjati kepada Shri Mangana, Hasan ‘Ali Al-Husaini pun mendapat anugerah sebidang tanah di dekat perbatasan Kedhaton Japura dan Kedhaton Cirebon. Di sana lantas didirikan sebuah Padhepokan Pangaaran Agama Rasul yang diberi nama Padhepokan Krendhasawa. Satu nama yang terdengar sangat ganjil dan menakutkan. Krendha berarti Keranda dan Sawa berarti mayat. Hasan ‘Ali sendiri memilih  menamakan daerah yang ditempatnya dengan nama Lemah Abang, seturut dengan hasil pengalaman rohani yang diterimanya selama menasak pedalaman Sunda dan Jawa. Sehingga kemudian dirinya dikenali dengan gelar Syekh Lemah Abang!
Seorang pemuda hadir di Krendhasawa, dia mengaku bernama Malayakusuma. Mengenakan pakaian Malaka serba wulung. Dengan ikat kepala yang juga berwarna wulung. Pemuda ini datang hendak memasrahkan jiwa raga demi mencercap pengajaran dari Syekh Lemah Abang. Pemuda itu sebenarnya berdarah bangsawan Tuban dan Lasem, bahkan masih keturunan Adipati Wilwatikta. Pemuda ini lantas diterima sebagai santri dengan nama Santri Malayakusuma. Tak lama kemudian Kedhaton Cirebon kedatangan tamu agung dari Kesultanan Mesir yang masih merupakan Shri Mangana, Syarif Hidayatullah. Melalui Syekh Lemah Abang, Santri Malayakusuma Syarif Hidayatullah, dan Santri Galinggangjati, zaman baru akan dijelang. Sunda dan Jawa yang baru. Satu zaman dimana banyak rumput Jawan akan bertumbuh dengan pesatnya!
https://kaditaputri.blogspot.com/2020/10/review-novel-lemah-abang-2-damar.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H