Survei ini baru akan dilaksanakan di seluruh Indonesia pada tahun ini. Meskipun demikian, tahun lalu, uji coba survei telah dilaksanakan di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.
Hasilnya ternyata sedikit mengagetkan. Betapa tidak, sekitar 90 persen area pertanian di tiga lokasi uji coba tidak memenuhi kriteria pertanian produktif dan berkelanjutan karena produktivitas lahan yang relatif rendah.
Temuan uji coba survei sebetulnya mengkonfirmasi salah satu tantangan pertanian di Indonesia, yakni tingginya proporsi pertanian skala kecil (small scale food producers) dengan produktivitas yang rendah. Dengan demikian, mengangkat produktivitas mereka adalah kunci.
Yang juga mengkhawatirkan adalah praktik penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Kondisi ini mengancam keberlangsungan budidaya tanaman pertanian di masa datang karena hilangnya kesuburan tanah akibat menipisnya unsur hara dan mineral penting lainnya.
Hasil uji coba survei menemukan bahwa sekitar 60 persen lahan pertanian di tiga lokasi uji coba survei menggunakan pupuk secara berlebihan tanpa memperhatikan mitigasi risiko yang bakal terjadi.
Temuan ini sudah sepatutnya menjadi perhatian kita semua. Dari uji coba SITASI, ada indikasi kuat bahwa pertanian kita jauh dari praktik yang produktif dan berkelanjutan. Dengan demikian, modernisasi teknik budidaya pertanian yang ramah lingkungan harus dilakukan untuk memacu produktivitas.
Pada saat yang sama, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan oleh petani harus diakhiri. Hal ini, antara lain, dengan mendorong penggunaan pupuk organik atau kombinasi pupuk kimia dan organisk secara berimbang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H