Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Petani Kita di Ambang Kepunahan?

26 Juni 2018   06:11 Diperbarui: 29 Juni 2018   05:05 2995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Musim kemarau yang panjang memaksa para petani tanaman padi mengalihkan garapannya ke tanaman bawang. Eko Cahyono merupakan salah satu yang memilih opsi ini. Bersama dengan rekannya sesama warga Limbangan, Eko menggarap lahan seluas 1 hektar untuk ditanami bawang dengan modal Rp 30 juta hasil pinjaman. Gambar diambil pada Selasa (18/8/2015). (Foto: ARI PRASETYO/Kompas.com)

Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: Badan Pusat Statistik
Terkait hal ini, hasil SOUT 2017 mengungkap fakta yang sangat miris. Betapa tidak, sekitar 61 persen petani padi sawah kita ternyata berumur lima puluh tahun ke atas. Hanya sekitar 13 persen yang berumur 25-39 tahun. 

Selain itu, yang juga tak kalah miris, sebanyak 68 persen petani padi sawah kita hanya menamatkan pendidikan maksimal sekolah dasar (26 persen tidak bersekolah/tamat SD).

Sumber: Badan Pusat Statistik
Sumber: Badan Pusat Statistik
Hal ini tentu saja merupakan ancaman nyata terhadap keberlanjutan produksi beras kita di masa datang. Tampaknya akan tiba masanya ketika impor beras sudah tak perlu lagi diributkan seperti yang kerap terjadi selama ini karena produksi dalam negeri yang tak lagi mencukupi. 

Pasalnya, pola diet masyarakat Indonesia masih bertumpu pada beras sebagai sumber pemenuhan karbohidrat utama. Sementara jumlah penduduk Indonesia bertambah rata-rata sekitar 4 juta jiwa per tahun dengan angka konsumsi beras per kapita mencapai 114 kg per tahun. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun