Sekadar gambaran, pada 2015 misalnya, Jakarta hanya mendapatkan overall rating sebesar 54,6 dengan rincian rating stabilitas sebesar 50,5, layanan kesehatan 45,8 (sangat rendah), budaya dan lingkungan 59,3, pendidikan 66,7, dan infrastruktur 57,1.
Tidak mengherankan bila dengan raihan ini, Jakarta hanya menempati peringkat 116 dari 140 negara yang dicakup dalam survei pada 2015. Dalam soal kenyamanan hidup, di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) Jakarta bahkan kalah bersaing dengan Singapura (49), Kuala Lumpur (73), Bandar Sri Begawan (101), Bangkok (102), dan Manila (104).
Dengan segala tantangan yang dihadapi, Jakarta memang memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus dibereskan untuk menjadi kota yang nyaman bagi warganya. Kita berharap hal ini dapat menjadi fokus utama gubernur dan wakil gubernur yang baru saja terpilih, yakni bagaimana menata Jakarta agar lebih baik dalam lima tahun mendatang.
Sejumlah masalah mendasar seperti banjir, kemacetan lalu lintas, hunian yang layak, transportasi publik, ketersediaan ruang terbuka hijau untuk rekreasi, kemiskinan kota serta kesenjangan sosial yang semakin melebar harus menjadi agenda prioritas untuk dibenahi. Terkait hal ini, pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa mengambil pelajaran berharga dari pengalaman kota-kota lain di dunia yang sudah maju, terutama kota-kota yang memiliki karakteristik yang mirip dengan Ibu Kota.
Patut diperhatikan bahwa mengurus kota sebesar Jakarta bukanlah perkerjaan yang remeh. Karena itu, terlalu sederhana jika persoalan membereskan Ibu Kota hanya direduksi pada isu siapa yang menjadi pemimpin. Dengan segala kompleksitasnya, keberhasilan dalam membangun dan menata Jakarta bukanlah one man show yang hanya bisa dibebankan pada pundak seorang gubernur dan wakilnya.
Membangun Jakarta adalah sebuah kerja kolektif dan jangka panjang yang membutuhkan peta jalan yang jelas dan partisipasi aktif semua pihak. Hanya dengan sinergi antara pemimpin dan warganya, kota yang telah berumur 489 tahun ini dapat mensejajarkan diri dengan kota-kota lain di dunia yang sudah lebih maju. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H