Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Penduduk Dunia yang Mengalami Obesitas Mencapai 1,5 Miliar Jiwa

11 Januari 2014   13:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_315170" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Laporan hasil riset mengenai diet di sejumlah negara yang dipublikasikan Overseas Development Institute (ODI) pada Jumat lalu (10 Januari) mengungkap sejumlah fakta menarik.

Laporan yang berjudul “Future Diets: Implication For Agriculture and Food Prices” itu menyebutkan, sekitar sepertiga atau 1,46 miliar penduduk dewasa dunia mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Menariknya, prevalensi obesitas ternyata lebih banyak dijumpai di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, ketimbang di negara-negara maju.

[caption id="attachment_315156" align="aligncenter" width="610" caption="Sumber: ODI"]

1389420498185275655
1389420498185275655
[/caption] Sepanjang tahun 1980 hingga 2008, jumlah penduduk yang mengalami obesitas di negara-negara berkembang bertambah lebih dari tiga kali lipat, dari 250 juta menjadi 904 juta jiwa. Sementara pada periode yang sama, jumlah penduduk yang mengalami obesitas di negera-negara maju hanya bertambah 1,7 kali lipat.

Menurut ODI salah satu penyebab obesitas di negara-negara berkembang adalah pola konsumsi yang tidak berimbang. Idealnya, asupan makro nutrisi (lemak, protein, dan karbohidrat) dan mikro nutrisi (vitamin dan mineral lain yang penting bagi tubuh) harus berimbang.

Namun, di negara-negara berkembang, asupan karbohidrat lebih mendominasi. Hal ini disebabkan pilihan jenis makanan yang terbatas. Umumnya, penduduk di negara-negara berkembang tidak memiliki banyak pilihan dalam soal jenis makanan. Mereka mengkonsumsi apa yang bisa dimakan hari ini. Sayangnya, sebagian besar makanan yang dikonsumsi itu berjenis karbohidrat, seperti beras dan gandum, karena harganya yang lebih murah.

Di negara-negara berkembang, harga-harga makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat umumnya diproteksi, sementara harga-harga makanan jenis sayur, buah, dan sumber protein (ikan dan daging) tidak dipatok sehingga harganya bisa jauh lebih mahal.

Kasus di Indonesia pun serupa. Hasil Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan, sekitar 27,7 juta jiwa atau 11,7 persen penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun mengalami obesitas. Tingginya prevalensi obesitas di Indonesia juga dipicu oleh pola konsumsi yang tidak berimbang.

Asupan nutrisi penduduk Indonesia lebih didominasi oleh karbohidrat. Hal ini tercermin dari tingginya konsumsi beras dan mie instan (produk olahan gandum). Saat ini, angka konsumsi beras per kapita penduduk Indonesia mencapai 114 kilogram per orang per tahun, salah satu yang tertinggi di dunia. Sementara itu, konsumsi mie instan penduduk Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai 13,7 miliar bungkus sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir gandum terbesar di dunia.

Sebaliknya, asupan protein penduduk Indonesia sangat rendah. Menurut data FAO, konsumsi protein penduduk Indonesia kurang dari 10 gram per orang per hari. Sangat jauh bila dibandingkan dengan penduduk di negera-negara maju, yang bisa mencapai 100 gram per orang per hari seperti di Islandia. Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara pun, asupan protein penduduk Indonesia masih sangat rendah, hanya lebih baik dari Timor Leste.

Selain pola konsumsi yang tidak berimbang, tingginya prevalensi obesitas di Indonesia juga disebabkan oleh pola hidup tidak sehat—yang umumnya terjadi pada masyarakat urban—seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji berkalori tinggi, malas bergerak atau berolahraga, dan kebiasaan begadang dan ngemil di malam hari. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun