Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Money

Distribusi Pendapatan Kian Timpang

23 Mei 2012   06:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketimpangan distribusi PDB secara spasial juga masih menjadi persoalan klasik. Dominasi wilayah Jawa dan Sumatera terhadap pembentukan PDB secara spasial tidak banyak berubah. Kedua wilayah ini tetap digdaya dengan menguasai sekitar 81,1 persen PDB nasional: Jawa (57,5 persen) dan Sumatera (23,6 persen). Hal ini tentu tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan politik. Penduduk Indonesia di selain kedua wilayah tersebut bisa-bisa hanya merasa sebagai penonton dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Di sisi ketenagakerjaan, meskipun TPT terus mengalami penurunun, informalisasi ekonomi masih terus terjadi. Dari 112,80 juta angkatan kerja yang bekerja pada Februari 2012 lalu, hanya sekitar 42,06 persen yang bekerja di sektor formal. Sisanya, sekitar 57,94 persen, harus berjuang mencari penghidupan di sektor informal. Lebih menohok lagi, sekitar 35,55 juta orang (33,10 persen) dari mereka yang bekerja kenyataannya termasuk pekerja tak penuh: setengah menganggur (14,87 juta orang) dan paruh waktu (20,68 juta orang). Selain itu, sekitar 6,9 juta orang (6,08 persen) dari mereka yang bekerja ternyata memiliki jam kerja kurang dari 15 jam per minggu.


Masih tingginya jumlah penganggur akademik juga merupakan persoalan yang perlu diselesaikan. Faktanya, sekitar 7,50 persen angkatan kerja berpendidikan diploma I-III ternyata menganggur. Begitupula dengan angkatan kerja berpendidikan universitas, sekitar 6,95 persen ternyata juga menganggur. Mereka tentu merupakan potensi yang hilang (potential lost) bagi produktivitas bangsa.

Kita patut bergembira dengan angka pertumbuhan ekonomi triwulan I dan TPT Februari 2012 yang baru saja dirilis oleh BPS, Namun seiring dengan kegembiraan itu, sudah sepatutnya sejumlah catatan yang telah diuarai di atas dicermati dengan seksama. Pemerintah perlu diingatkan.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun