Bali sangat kaya akan peninggalan-peninggalan berupa naskah lontar. Lontar tersebut ada yang tersimpan di lembaga resmi seperti Pusat Dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Gedong Kirtya, UPT Lontar Universitas Udayana dan lembaga resmi lainnya termasuk lontar koleksi masyarakat.Â
Diantara banyaknya teks peninggalan lontar di Bali, ditemukan beberapa teks yang mengandung khazanah sastra yang berkaitan dengan agama Islam, diantaranya Teks Ana Kidung, Geguritan Amad Muhamad, Â Seh Umbul Brahim (Kitap Tasaup Cara Bali), Sejarah Selam Ing Mekah, Jejaluk Selam ing Mekah, Geguritan Amad dan Geguritan Siti Badariah, dan lontar lainnya yang berisikan ajaran islam. Â
Bertitik tolak dari beberapa teks susastra lontar di Bali yang berisikan ajaran-ajaran islam, sesungguhnya kita diajarkan untuk bisa bersatu di dalam dalam perbedaan.Â
Bagaimana kemudian sastra pada jaman dahulu, mampu mempersatukan keyakinan yang berbeda. Ini bisa dkatakan sebagai momentum, karena kenyataanya sebuah karya sastra Bali yang biasanya berkaitan erat dengan budaya Hindu, namun ada pula berisikan ajaran islam.Â
Dalam tulisan ini diambil contoh sebuah teks lontar geguritan krama selam. Teks geguritan krama selam menceritakan dua tokoh bersaudara yaitu kakaknya bernama I Wiradnyana dan adiknya bernama Wiracita. Dididiklah mereka berdua oleh seorang pendeta sakti.Â
I Wiradnyane diajarkan akan sastra weda dan I wiracarita diajarkan akan kitab Kroan. Teks lontar krama selam diawali dengan tembang berupa pupuh sinom sebagai berikut :
Awighnamastu. Wnten mangkin kacarita, Purwa saking tatwa lwih,Papalihan bangsa Islam, tekning igama Bali,mimitanya ring nguni,wntn rko Rsi putus, ring Candamayu kalumbrah, pasraman Idan lwih,wekas wibuh antuk soroh sarwa skar.
Terjemahan :
Semoga tiada halangan. Ada sekarang diceritarakan, cerita masa lampau yang berasal dari ajaran yang luhur, asal muasal dari umat Islam dengan umat igama Bali, Perihalnya dahulu, konon ada seorang Resi sakti yang tinggal di daerah Gandamayu umum diceritakan, Asrama beliau indah dengan dihiasi aneka bunga.
Ajaran islam dimulai pada kisah perjalanan I Wiracarita yang berjumpa dengan Ida Pranda Resyamuka. I Wiracarita kemudian diajarkan akan bagaimana memeluk agama islam yang diceritakan lewat pupuh durma sebagai berikut :
Sapratingkah menyaluk gama Islam, Padinda ngandikain, tunggil mangkin kaku,ngurukang adi nyadat, nanging da buka adi,tandruh ring awak,watak paican widi.