Balik ke kampung halaman, Bali (tapi bukan mau ngomongin Danau Tamblingan), saya malah keinget Teluk Benoa. Ini adalah kawasan yang mengalami masalah yang berat, mungkin lebih berat dari yang dialami Tambling dulu. Jika Tambling di Lampung merupakan wilayah yang terpencil dan hanya sedikit wilayah pemukiman penduduk di sekitarnya, Teluk Benoa sebaliknya, dikelilingi oleh bukan saja pemukiman penduduk, tapi juga perkotaan dan industri wisata yang berputar di sekitarnya. Seperti halnya Tambling, kawasan Teluk Benoa juga masuk dalam wilayah perlindungan, yakni Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai.
Belakangan, Teluk Benoa ramai diberitakan, pangkalnya adalah rencana revitalisasi wilayah itu yang dianggap sebagian kalangan adalah upaya reklamasi semata. Para penolak beranggapan, perusahaan pengembang yang akan mengelola Teluk Benoa hanya akan mengambil keuntungan semata dan merusak alam di Teluk Benoa. Kecurigaan itu sah-sah saja sih, tapi menuduh tanpa alasan juga terlalu berlebihan. FYI aja, perusahaan yang akan mengembangkan Teluk Benoa ini berada satu payung dengan yang bekerjasama mengelola TWNC!
So, melihat apa yang mereka lakukan di Tambling, rencana mereka untuk merevitalisasi Teluk Benoa patut untuk didukung. Apalagi kondisi Teluk Benoa sudah parah, nggak bisa hanya didiamkan saja tanpa solusi. Kepedulian mereka terhadap lingkungan sudah terbukti, cara mereka mengelola juga sudah dipuji. Apalagi, banyak kajian yang menyatakan bahwa revitalisasi Teluk Benoa bukan hanya aman bagi lingkungan, tapi juga akan memberikan banyak nilai tambah bagi pariwisata di Bali yang tentu saja menguntungkan masyarakat Bali sendiri!
Â
Rumah Jendela, 260915
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H